Mengais Kepercayaan Diri

on
Senin, 20 Oktober 2014
Kemarin saya - nggak sengaja - main ke rumah temennya temen saya. Iya, nggak sengaja. Soalnya tujuan awal saya ke kost temen saya, eehh dianya lagi main di rumah temennya, jadi saya disuruh nyamperin ke rumah temennya itu deh.

Alhamdulillah-nya, saya nggak benar-benar baru pertama ketemu sama si temennya temen saya itu. Orangnya juga ramah, jadi nggak canggung. Alhamdulillahnya lagi, disitu saya disuguhi rujak mangga muda. Allah... itu nikmat yang luar biasa sekali bagi saya :)))

Usai makan siang temen saya ketiduran. Jadilah saya ngobrol berdua dengan temennya, sembari ia asyik browsing. Sewaktu saya melirik, saya melihat dia tengah membaca info tentang kursus kepribadian. Spontan saya bertanya, "Kok cari info kursus kepribadian?". Lalu dia cerita kalau dia pengen banget ikut kursus kepribadian, tapi mahal sekali.

Saya mengerutkan kening, lalu bertanya lagi, "Apa yang membuat kamu merasa perlu ikut kursus tersebut?"

Iya, saya heran. Saya nggak tau persisi sih apa aja yang diajarkan dalam kursus kepribadian. Tapi asumsi awam saya, saat seseorang merasa 'butuh' mengikuti kursus seperti itu, berarti dia merasa ada yang perlu diperbaiki dari kepribadiannya.

"Soalnya aku merasa kok jadi orang nggak pede-an banget... minder, merasa nggak punya kelebihan apa-apa..." jawabnya. Lalu mengalirlah curhatannya seputar masalah itu.

"Ah, itu saya banget! Saya pernah merasa seperti itu. Saya adalah orang paling minderan beberapa tahun lalu..." ucap saya.

FYI, dia ini belum lama menyelesaikan pendidikan profesi, dan sedang gencar berikhtiar melamar pekerjaan. Sampai saat ini usahanya belum terlihat membuahkan hasil. Menurut saya, fase seumuran kami memang tergolong rawan. Rawan putus asa, rawan nggak pede, dll. Lulus kuliah kalo belum dapet kerja itu buat sebagian besar orang tekanan yang sangat luar biasa, kan? Belum lagi bagi wanita, tekanan akan semakin bertambah jika belum punya calon suami. *rasanya ini curcol, abaikan!*. Haha

Ya, saya pernah mengalami dan merasakan perasaan yang amat menyiksa itu. Nggak pede, merasa nggak punya kelebihan apapun, nggak tau harus gimana mengarahkan hidup sendiri, dll. Tapi Alhamdulillah... saya bisa dibilang telah melewatinya. Mungkin memang belum sepenuhnya, tapi seenggaknya sudah jauh lebih baik dari beberapa tahun lalu.

Curhatannya kemudian terus mengalir. Saya amat berempati pada perasaannya. Matanya bahkan berkaca-kaca saat bercerita. Saya pengen banget bisa kasih saran, tapi blank. Yang bisa saya sarankan cuma dua: banyak baca tulisan-tulisan yang positif, dan banyak bergaul dengan orang-orang positif. Ya, karna saya merasa pertolongan Allah untuk saya saat saya dilanda perasaan menyiksa itu datang melalui hadirnya orang-orang baik yang secara 'nggak sengaja' (nggak ada yang nggak sengaja di dunia ini!) saya kenal.

Di penghujung pertemuan kami, dia bilang, senang sekali hari itu bisa bertemu saya. Ah, bahagianya :)) Padahal saya belum kasih pencerahan apa-apa. Saya janji sama dia untuk kasih rekomendasi buku, tulisan, atau apapun untuk buat dia lebih baik. Saya yakin dia bisa segera keluar dari fase ini, karna dia punya kemauan. Dia cuma butuh seseorang yang bantu dia menunjukkan jalan, atau seenggaknya kasih rambu-rambunya.

Adakah yang berkenan bantu  saya kasih rekomendasi buat dia? Kalau ada, tulis di kolom komentar yaa. Terima kasih :))
4 komentar on "Mengais Kepercayaan Diri"
  1. Aku lupa siapa yg nulis tapi kayaknya judulnya berpikir dan berjiwa besar. Trus juga 7 habits high efective peoplenya steven. Ada juga salon kepribadiannya Asma Nadia, cha. Coba aja.

    BalasHapus
  2. Nah, ini judul2nya, cha. http://terakreditasi.blogspot.com/2011/06/8-buku-motivasi-dan-pengembangan-diri.html?m=1

    BalasHapus
  3. Nah, ini judul2nya, cha. http://terakreditasi.blogspot.com/2011/06/8-buku-motivasi-dan-pengembangan-diri.html?m=1

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasiiihh mba ilaaa... nanti aku rekomendasikan ke temenku yaa :)

      Hapus

Terimakasih telah berkunjung, tinggalkan kesanmu ya :)

Signature

Signature