Modal Menjadi Orangtua

on
Jumat, 27 Januari 2017

Modal Menjadi Orangtua. Gak lama lagi Insya Allah saya punya amanah baru, yaitu sebagai orangtua. Amanah yang konon sama sekali gak ringan. Dan itu bikin saya banyak merenung, sekaligus sedikit resah. Selain resah memikirkan siapa nanti yang jagain si adek selepas masa cuti melahirkan saya habis, saya juga resah memikirkan soal; sudah punya modal apa saya untuk menjadi orangtua sebentar lagi? Saya takut gak punya cukup modal, sehingga saya gak bisa jadi orangtua yang baik buat anak saya. Apa ini tergolong terlalu paranoid?

Anehnya, semakin ke sini saya justru semakin malas membaca buku-buku bertema parenting. Beda sekali dengan saat sebelum menikah. Dulu saya rajin sekali baca buku parenting karna merasa itu modal penting untuk bisa menjadi orangtua yang baik. Sekarang, beberapa buku parenting malah bikin saya merasa semakin takut. Takut gak bisa memenuhi berbagai standar itu. Takut gagal.

Tapi, saya mendapatkan sebuah 'titik terang' saat pulang kampung seminggu lalu.

Saya dan mas suami mendapat kejutan ketika memasuki kamar. Di sana, sudah ada sebuah almari anak-anak baru, yang ternyata dipersiapkan oleh ibu khusus untuk anak saya. Saya terenyuh seketika. Sudah ada pula ember mandi bayi.

Padahal saya hanya akan dua bulan tinggal di sana selama cuti melahirkan. Setelah itu, saya akan kembali berdomisili di Semarang, dan ibu saya akan kembali harus bersabar menahan rindu pada saya, plus pada cucu barunya.

Lalu kenapa ibu saya mau repot-repot menyiapkan almari dll, padahal toh beliau tau bahwa gak lama kemudian beliau akan kembali kami 'tinggalkan'?

Pikiran semacam itu juga terlintas di benak saya ketika saya hendak menikah.

Bapak-ibu saya merupakan orang yang paling bahagia setelah saya, sekaligus paling sibuk mengurus segala macam persiapannya. Sibuk pikiran, materi dan tenaga. Saya mikir, kenapa mereka mau-maunya sebegitu dibuat repotnya sekaligus sebegitu bahagianya menyambut pernikahan saya, padahal mereka tau bahwa setelah saya menikah maka seketika itu hak mereka atas saya berpindah tangan pada orang lain (suami saya)? Padahal mereka juga tau bahwa hanya beberapa hari setelah segala macam keriuhan acara pernikahan saya, saya akan meninggalkan mereka dalam kesepian?

Kenapa?

Tulus. Karna mereka punya cinta yang tulus pada saya. Ketulusan lah yang membuat mereka turut berbahagia sepenuh hati saat melihat anaknya bahagia, meski setelahnya mereka harus menanggung nestapa.

Ketulusanlah yang membuat mereka tak hendak menghitung-hitung apa yang telah mereka keluarkan, untuk dimintai balasan pada anaknya.

Ketulusanlah yang membuat mereka selalu berupaya memberikan dan melakukan yang terbaik demi anaknya.

Dan saya simpulkan, itulah (salah satu) modal utama menjadi orangtua: KETULUSAN.

Saya tau belajar berbagai ilmu parenting juga modal yang penting. Tapi pengetahuan atas ilmu parenting yang gak didasari ketulusan sepertinya hanya akan membuat kita kelelahan saat berusaha mengaplikasikannya.

Seorang teman bercerita pada saya. Sebelum memiliki anak, dia sering bangun kesiangan. Setelah memiliki anak, dia selalu terbangun jam tiga dini hari, dan segera bergegas menyiapkan segala macam keperluan anaknya sebelum dia berangkat kerja jam tujuh pagi.

Saya tanya, gimana caranya mengubah kebiasaan bangun? Karna saya sudah pernah mencoba sendiri untuk melakukan itu, dan belum berhasil sampai sekarang. Sama sekali bukan hal mudah. Teman saya menjawab; naluri tulus sebagai seorang ibu lah yang bikin saya bisa melakukan itu.

Jadi, sebelum terlalu pusing belajar teori ini-itu tentang parenting, sepertinya membangun cinta yang tulus pada anak mulai sekarang menjadi jauuhhh lebih penting. Bukannya perasaan itu akan muncul dengan sendirinya? Entahlah. Tapi menurut saya enggak. Pernah dengar cerita tentang orangtua yang 'menuntut' anaknya membalas apa yang telah ia berikan? Atau contoh sederhananya, orangtua yang 'menuntut' anaknya meraih predikat terbaik di sekolah karna telah dileskan macam-macam. Menurut saya itu bentuk ketidaktulusan. Jadi menurut saya, tetap butuh usaha.

Ini hanya tulisan dari seorang calon ibu yang tengah resah mempersiapkan diri. Bisa jadi banyak yang gak pas. Bisa jadi, ada yang berkenan membagi cerita tentang membangun ketulusan pada anak? Saya pasti akan senang sekali :)
27 komentar on "Modal Menjadi Orangtua"
  1. Semoga lancar ya lahirannya cha :)

    BalasHapus
  2. Betul. Tulus itulah yang menghilangkan segala lelah, segala amarah dan berganti jadi kesabaran yang berlipat. Dan yang saya rasain, tulus itu tumbuh dg sendirinya. Selama kita menyadari bahwa kita sudah dianugerahi titipan yang luar biasa ga ada tandingannya :')

    BalasHapus
  3. Belajar sambil jalan, mbak. Justru anak-anaklah yang membelajarkan diri kita.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, kadang anak hadir justru untuk mendidik orangtuanya ya :)

      Hapus
  4. Setuju sama mbak ade. Its natural thing. Tulus akan tumbuh dgn sendirinya detik pertama kita memegang si kecil.kita sadar sudah jd ibu n amanah dr Allah ini tanggung jawab kita.bangun pagi n banyak pengorbanan lain akana kita lakukan dgn senang hati. Semoga lanCar2 persalinanya say. Sehat anak ibu ya :)

    BalasHapus
  5. Aku setuju, mba. Cinta yang tulus yang membuat cinta anak kepada orangtua tak bakalan luntur. Begitupun cinta ibu pada anaknya

    BalasHapus
    Balasan
    1. cinta orangtua tu cinta yg luar biasa ya mbak...

      Hapus
  6. Menurut Mba Ocha, modal menjadi orangtua sama nggak sama modal menjadi suami/istri?

    BalasHapus
  7. menjadi Orang tua adalah sebuah achievement dan juga burden karena tanggung jawab yang besar untuk membina, mendidik dan membesarkan anak anaknya. Terima kasih sudah share. Salam hangat selalu dari POntianak. Kalimantan Barat

    BalasHapus
  8. bener banget mba, setuju. SEpertinya berbagai ilmu di buku parenting ga ada artinya dibanding ilmu parenting langsung yang ditunjukkan orang tua kita ya. Sama sekarang setelah lahiran dan dalam masa pemulihan ini semuanya diurus sama Ibu saya. SUbhanaallah, cinta mereka luar biasa, dan jadi pelajaran banget buat saya...
    Semangat menunggu lahiran ya mba... Semoga lancar persalinannya.

    BalasHapus
  9. Wah mbak, saya belum nikah (rencana sih tahun ini).
    Tapi cerita mbak udah bisa bikin baper sekaligus motivasi T_T

    BalasHapus
  10. Hmm..
    Semoga dilancarkan untuk proses kelahirannya Mbak.
    N smoga dpat anak yg shalih-shalihah nantinya :D

    BalasHapus
  11. Ketulusan orangtua memang tiada duanya

    BalasHapus
  12. kalau males baca, liat aja ortumu. Gitu aja sih. Jd org tua kalo dipikir ya susah. Nikmati aja

    BalasHapus
  13. Dijalani dan dinikmati mbak... Pasti nanti ketemu muncinya sendiri, parenting paling tepat untuk mbak dan buah hati nantinya. Semoga lancar kehamilan sampai dengan persalinan nanti ya mbak...

    BalasHapus
  14. Hai Mba, aku terharu loh bacanya. Sekarang saya juga lagi hamil semoga kita bisa melahirkan lancar, alami dan normal ya.. lucky u punya Ibu yang perhatian^^

    BalasHapus
  15. dulu aku pun sering galau saat akan jadi orang tua... itu dulu, sekarang sih.... masih galau... hehehe. Seiring waktu kita pasti akan bisa menghadapi kehidupan sebagai orang tua, learning by doing aja mbak, semoga lancar jaya yaa lahirannya, sehat semua ibu dan debaynya

    BalasHapus
  16. semoga kelhirannya lancar ya mbak

    BalasHapus
  17. Mbak mau nanya dong manfaat nikah muda apa ?

    BalasHapus
  18. semoga kelahirannya lancar ya mbak.

    saya dan suami juga penuh persiapan sebelum punya anak.
    salah satunya ya rutin belajar ilmu parenting.

    karena mengurus anak juga ada ilmunya dan harus serius mengurusnya.

    BalasHapus

Terimakasih telah berkunjung, tinggalkan kesanmu ya :)

Signature

Signature