Nostalgia Putih Abu: Persahabatan Bagai Kepompong

on
Selasa, 09 Februari 2016

Hari minggu kemarin, Andri -- salah satu sahabat baik saya saat SMA, datang ke rumah. Dia sempat nyasar, katanya. Saking lamanya gak mengunjungi rumah saya, mungkin. Bahkan pertemuan kemarin pun merupakan pertemuan kami setelah hampir 5 tahun gak ketemu. Dan Andri datang dengan membawa sebuah kabar bahagia. Sebuah undangan pernikahan.

Andri gak lama di rumah saya, hanya sekitar 30 menitan saja. Tapi efek kedatangannya tertinggal bahkan hingga hari ini. Memori saya seperti kembali memutar episode demi episode masa putih abu-abu 8 tahun silam.

Jika banyak orang mengatakan bahwa masa putih abu-abu merupakan masa-masa paling indah, maka saya akan turut mengaminkannya. Namun jika definisi 'indah' bagi kebanyakan orang adalah 'kisah cinta', maka sama sekali tidak bagi saya. Saya hampir tidak punya sedikitpun kisah cinta di masa SMA. Kalau pertama kali mengenal cinta pada lawan jenis, mungkin iya. Tapi mengenal cinta tidak serta-merta menjadi kisah cinta, kan?!

Masa putih abu-abu saya indah, karna ia dipenuhi dengan segudang kisah manis tentang persahabatan. Ya, pada masa itu saya benar-benar belajar tentang bersahabat. Tentang orang-orang yang luar biasa baik meski bukan saudara. Saya belajar tentang memiliki 'keluarga' meskipun tak setetes pun darah kami berasal-usul sama.

Saya memiliki tiga sahabat. Wahyu Putri Utami -- yang biasa kami panggil dengan sebutan Mami, Novi Andrianto atau Andri, dan Wachid Amilludin atau Amil. Saya biasa memanggil Andri dan Amil dengan sebutan Kakak. Yup, secara otomatis, diantara kami berempat, sayalah bungsunya.


Saya bingung bagaimana menceritakan tentang betapa manisnya kisah kami berempat. Karna saat hendak menceritakannya, dada saya sudah lebih dulu dipenuhi rasa haru, rindu, dan sesak luar biasa. Tanyakan pada seluruh teman seangkatan kami pada masa itu, maka bisa dipastikan semua tau bahwa saya, Mami, Amil dan Andri adalah 'satu paket'.

Mengenang masa putih abu-abu berarti mengenang pertama kali saya jatuh cinta pada seorang kakak kelas, dan Mami dengan memasang muka tembok rela mempermalukan diri meminta foto si 'dia' demi saya. Mengenang masa SMA berarti mengenang saat saya menemani Mami yang sedang pingsan lantaran shock mengetahui 'cinta pertamanya' jadian dengan seorang adik kelas, untuk dibawa ke RSUD Kudus dengan menggunakan becak.

Mengenang masa putih abu-abu berarti mengenang tentang perseteruan saya dan Andri lantaran Andri dengan teman dari kelas sebelah. Bukan, sama sekali bukan lantaran cemburu. Tapi lantaran saya tau bahwa si teman dekat Andri itu tidak bisa menerima kedekatan saya dan Andri sebagai sahabat. Saya dan Andri 3 tahun berturut-turut sekelas, dan selalu saya selalu duduk tepat di depan meja Andri. Selain paling dekat, kami juga paling sering berseteru.

Mengenang masa putih abu-abu, berarti mengenang tentang sebuah penyesalan pada Amil. Menyesal karna saya tau persis dia sedang sedih karna ayahnya tengah sakit serius, tapi saya tak henti merengek padanya tentang perseteruan saya dengan Andri. Menyesal, karna selang sehari setelah saya merengek pada Amil, dia tidak masuk sekolah karna ternyata Ayahnya meninggal dunia. Sungguh saya masih ingat persis ketika saya celingukan mencari Amil yang tak tampak di barisan kelasnya saat upacara. Saya masih ingat persis ketika hendak kembali ke kelas, saya melihat Mami ternyata tengah berada di UKS karna pingsan. Saya masih ingat persis ketika Mami akhirnya membisikkan tentang kabar duka dari Amil sembari tersedu. Saya masih ingat persis betapa menyesalnya saya saat itu yang terlampau tidak peka menafsirkan tatap mata Amil yang penuh gayut keresahan hari sabtu sebelumnya.

Mengenang masa putih abu-abu, berarti mengenang tentang kepedihan luar biasa dalam yang saya rasakan, saat tiba waktunga bagi kami untuk berpisah.

Persahabatan bagai kepompong, merubah ulat menjadi kupu-kupu...

Ya, saya amat setuju dengan lirik tersebut. Bagi saya, persahabatan saya di masa putih abu-abu benar-benar ibarat masa 'kepompong' bagi kami, sebelum menjelma menjadi kupu-kupu yang indah dan cantik. Dan hari ini, kupu-kupu itu telah menjelma satu persatu.

Mami kini telah menjadi ibu dari dua jagoan tampan bernama Kenzie dan Keinan, serta satu calon baby yang masih berada dalam kandungan.

Kenzie dan Keinan

Andri, telah mengambil keputusan untuk menjadi imam bagi wanita pilihannya, yang akad nikahnya akan diselenggarakan tanggal 12 Februari 2016, Insya Allah. I'm really happy for you, Kak... :)


Amil, yang dari dulu sudah 'istimewa', semakin menunjukkan keistimewaannya. Semakin dewasa dan matang, terutama pada religiusitasnya.

Saya? Biar orang lain yang menilai :)

Yang jelas, saya belajar. Bahwa waktu akan mampu mengubah segalanya. Sekuat apapun kami menjaga persahabatan kami, kami tetap tal akan bisa memungkiri bahwa kini kami punya dunua kami masing-masing. Tapi saya tau, meski tak selalu berkomunikasi dan tak lagi mengagendakan untuk bertemu, kami tetap merasa saling memiliki satu sama lain :)

Postingan ini diikutsertakan dalam event Giveaway Nostalgia Putih Abu arinamabruroh.com

7 komentar on "Nostalgia Putih Abu: Persahabatan Bagai Kepompong"
  1. Waah..betapa indah persahabatannya mbak...semoga selalu terjalin silaturrahim hingga nanti ya..

    BalasHapus
  2. Ngangenin yah putih abu2, susahnya klo mau ketemuan krna udah sibuk masing2

    BalasHapus
  3. Persahabatan di masa-masa SMA, emang ngangenin banget ya mba :')

    BalasHapus
  4. Beneeer, masa putih abu-abu yang paling berkesan dan selalu bikin ati ngerembes mengenangnya :'D

    BalasHapus
  5. Semoga persahabatannya terus terjaga.. aamiin..

    makasih banyak mba Rosa.. :)

    BalasHapus

Terimakasih telah berkunjung, tinggalkan kesanmu ya :)

Signature

Signature