#Ramadhan13: Bukan Untuk Bermain-main

on
Selasa, 30 Juni 2015

"Maka apakah kamu mengita bahwa Kami menciptakan kamu main-main (tanpa ada maksud) dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? Maka Mahatinggi Allah, Raja yang sebenarnya; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Tuhan (yang memiliki) 'Arsy yang mulia"
(QS. Al-Mu'minun: 115)

Lagi rame tentang LGBT ya, Dear... Hmm... Ya begitulah. Kita sudah sampai di jaman yang oleh ibu saya diistilahi 'jaman akhir'. Kata beliau jaman akhir kui bejone wong sing iseh eling. Artinya, hidup di jaman akhir ini yang beruntung adalah orang-orang yang masih ingat. Ingat apa? Ingat Allah tentunya. Ingat bahwa kita hidup bukan buat main-main. Semua ada perhitungannya. Silahkan saja melakukan apapun yg kita mau... Toh nanti kita sendiri yang akan menuai hasilnya :)

Maka, dear... Mari tanamkan dalam ingatan. Otak yang Allah anugrahkan ini, sama sekali bukan diciptakan untuk menjadi tandingan bagi syari'at.

Biarkan mereka mendebat apa-apa yang sudah Allah tentukan... Asal kita, semoga tetap dihindarkan dari hal-hal sejenisnya... Aamiin

#Ramadhan12: Menulis Kebaikan

on
Senin, 29 Juni 2015
sumber
"Sampaikanlah dariku (yakni dari Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam) walau hanya satu ayat” (HR. Al-Bukhari)

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”
(TQS. Ali Imran : 104)

Saat pertama kali membuat blog di akhir 2011 lalu, niat saya nggak lebih dari sekedar iseng. Hingga akhirnya saya bergabung dengan grup Warung Blogger dan kumpulan Emak Blogger di facebook, setelah tau tentang dua grup tersebut dari Mbak Esti dan Mbak Susi. Darisitulah awalnya saya mulai tau bahwa blog bukan sekedar 'buku diary'. Saya mulai tau bahwa banyak hal yang bisa saya lakukan melalui blog. Salah satunya berdakwah. Ya,karna saya cukup sadar diri saya nggak punya kapasitas berdakwah dengan berbicara di depan khalayak ramai atau menjadi pembicara di kajian-kajian keagamaan, semoga kewajiban dakwah saya sudah terbayar dengan menulis hal-hal baik melalui blog ini -- meski saya tau hal baik yang saya tulis mungkin baru seujung kuku.

Meski perkembangan blog saya cenderung amat lambat, apalagi jika dibandingkan dengan teman-teman yang lain, saya sudah sangat bersyukur diijinkan Allah untuk bisa merasakan bersentuhan dengan dunia blogging. Merasakan nikmatnya silaturahim yang batasannya menembus ruang dan waktu merupakan nikmat utama dari menjadi seorang blogger (meski masih amatir). Tapi, tentu saja saya nggak boleh pasrah melihat blog saya yang 'gitu'gitu aja' terus. Hehe

Salah satu langkah saya untuk meningkatkan diri sebagai blogger adalah dengan membeli domain. Alhamdulillah, setelah saya tunda-tunda sekian lama, akhirnya kemarin saya memantapkan diri. Mba Esti dan Mba Ila sudah beberapa kali mendorong saya untuk membeli domain. Tapi nggak tau kenapa saya belum juga mantap. Bagi saya, membeli domain adalah salah satu bentuk komitmen. Komiten terhadap diri sendiri tentunya; komitmen untuk semakin rajin menulis dan meningkatkan kualitas tulisan. Belum lagi kalo sudah beli domain berarti punya kewajiban untuk memperpanjangnya tiap tahun. Berarti saya harus punya komitmen untuk jadi blogger yang long lasting dong... :D Dulu salah satu yang bikin ragu tiap mau beli domain ya itu: takut nanti bosen jadi blogger, dll.

Alhamdulillah saya sudah berhasil mengalahkan semua keraguan itu. Terima kasih untuk dua teman yang paling saya repoti dalam proses pembelian domain ini. No mention, ya... tapi Insya Allah doanya tetep nggak akan nyasar. Semoga Allah membalas kebaikan kalian dengan kebaikan yang jauh lebih baik :)

Doakan saya semakin semangat nge-blog ya, teman-teman... :)) Doakan semoga saya istiqomah menulis kebaikan melalui blog ini. Jangan sungkan juga mengingatkan jika apa yang saya tulis ada yang tidak sesuai.

Pengen bikin giveaway dalam rangka tasyakuran.. tapi Insya Allah nanti setelah Ramadhan aja. Teman-teman banyak yang lagi ngejar target tilawah kayaknya. hehe

Duh, maaf ya kalo saya norak banget... seneeeeeeng sih akhirnya bisa jadi (dot)com :D

#Ramadhan11: Makan Berlebih-lebihan

sumber

Apa gunanya puasa menahan lapar sesiangan, jika hanya untuk balas dendam setelah maghrib tiba?
Mengisi perut sebanyak yang kita bisa, dan melupakan esensi utama dari diperintahkannya puasa.

Bukankah salah satu tujuan diperintahkannya puasa adalah agar kita tau rasanya lapar, dan merasa cukup dengan yang secukupnya?

Kalo dengan puasa kita justru menjadi berlebih-lebihan, pantaskah kita mengikrarkan kemenangan di hari idul fitri nanti?

Wallahu a'lam bishawwab...

#Latepost

#Ramadhan10: Jangan Menilai Hanya Dari Tampilan Luar

on
Sabtu, 27 Juni 2015

Dari majelisnya yang mulia, Nabi pernah meminta para sahabat memperhatikan dua orang. Orang pertama, tamoan dan gagah, kaya dan berpakaian indah, serta berpenampilan mewah.

"Orang ini, ya Rasulullah, " demikian kata para sahabat, "jika melamar pasti diterima. Jika memberi saran pasti diikuti. Jika berjalan banuak yang mengiringinya. Jika duduk banyak yang menemaninya."

Orang kedua miskin dan ringkih, compang-camping dan rombeng, kusut dan semrawut.

"Adapun yang ini," kata para sahabat, "jika melamar pasti ditolak. Jika memberi saran tak ditanggapi. Datang dan perginya, hampir tak disadari."

"Tapi satu laki-laki yang kalian remehkan kebaikannya ini, "demikian sabda Sang Nabi, "adalah lebih baik daripada sepenuh bumi berisi orang-orang seperti yang satunya."

**dikutip dari buku 'Lapis-Lapis Keberkahan' karya Salim A Fillah

Hmm.. Dari cerita di atas, kita bisa ngambil banyak sekali ibroh, ya, Dear... Jangan hanyak sibuk memperindah tampilan luar, tapi lalai memperhatikan amalan.
Jangan pula menilai orang lain semata-mata dari penampilan saja.

Tapiii... Jangan juga terlalu cuek sama penampilan. Penampilan tetep harus diperhatikan, asal nggak berlebihan. Patokannya hanya satu: sesuai syariat :)

Semoga kita bisa sama-sama memperbaiki langkah agar semakin taat pada syariat, ya... Ingatkan saya jika salah :')

#Ramadhan9: Keberkahan Waktu Sahur

on
Jumat, 26 Juni 2015
sumber
“Makan sahurlah kalian karena dalam makan sahur terdapat keberkahan” (HR. Bukhari no. 1923 dan Muslim no. 1095)

Dear, pasti sebagian besar dari kita sudah tau bahwa sepertiga malam terakhir itu waktu yang sangat luar biasa, ya. Allah berjanji bahwa waktu sepertiga malam terakhir adalah salah satu potongan waktu yang amat mustajab untuk berdoa. Nah, nah... waktu untuk makan sahur itu kan ada di sepertiga malam terakhir, kan?! Sudahlah waktunya ada di waktu-waktu mustajab, makan sahur-nya pun dalam rangka mengikuti sunnah.

Jadi, rasanya salah sekali kalo ada yang menyepelekan makan sahur dengan dalih, 'Ah, saya nggak sahur tetep kuat puasa kok, males bangun, lebih enak tidur!". Oo... Oo... nggak gitu, dear. Kita makan sahur itu bukan semata biar bisa makan kenyang, biar nggak lemes pas siangnya gara-gara puasa. Ah, remeh sekali rasanya kalo sekedar untuk makan. Kita bangun untuk sahur semoga dengan kesadaran penuh bahwa hal tersebut merupakan sunnah Rasul, dan waktunya pun penuh keberkahan. Sayang sungguh sayang kalo dilewatkan :)

Maka, yuk.. optimalkan waktu sahur kita -- bukan sekedar untuk makan. Sisakan waktu untuk ibadah. Sholat tahajud dan tilawah misalnya. Atau lebih bagus lagi kalo sholatnya di awal, sebelum makan. *kalo saya lebih sering setelah makan sih, hehe*. Jangan lupa juga banyak berdzikir. Sambil makan berdzikir Insya Allah bisa, ya :)

Yang sangat disayangkan, masih banyak saudara kita yang justru menggunakan waktu penuh keberkahan ini dengan melakukan kegiatan yang enggak penting. Apa itu? Nonton TV contohnya. Apalagi kalo yang ditonton acara-acara yaaaaang... emm, lucu-lucuan gak jelas itu. Jangan lupa, Dear... kita ada di jaman di mana perang tidak lagi di medan laga dengan mengangkat senjata. perang kita pake pemikiran. Mereka yang ada di industri entertain semata memikirkan 'untung'. Maka kita juga nggak boleh kalah pinter. Apa kita mau hanya mereka yang untung karna rating acaranya bagus, sementara kita rugi besar karna melewatkan banyak sekali keberkahan waktu sahur? :)

Wallahu a'lam bishawwab...

#Ramadhan8: Istighfar

on
Kamis, 25 Juni 2015
sumber 
Rasulullah bersabda,”Barangsiapa yang senantiasa beristighfar, maka Allah akan memberikan kegembiraan dari setiap kesedihannya, dan kelapangan bagi setiap kesempitannya dan memberinya rizki dari arah yang tiada disangka-sangka,” (HR.Abu Daud, Ibnu Majah dan Ahmad).

Lagi sedih? Itighfar ajaaaa :))

Lagi punya masalah dan sepertinya jalan keluar terasa buntu? Istighfar ajaaa :))

Lagi merasa seret rizki? Istighfar ajaaa :))

Mungkin ada dosa-dosa kita yang masih luput dari istighfar kita, dan menjadi penyebab atas riak-riak dalam hidup kita.

Nah nah... buat yang masih sering galau juga niihh, mungkin istighfarnya masih kurang banyak :p *termasuk yang nulis, hihi*

Kata adek saya si Jundi, Galau itu banyak mikir kurang dzikir *_*

#Ramadhan7: Tidak Mudah Marah dan Cepat Meridhai

on
Rabu, 24 Juni 2015
Dalam riwayat Abu Said al-Khudri, Rasulullah Shalllahu 'alaihi wasallam bersabda, "Sebaik-baik orang adalah yang tidak mudah marah dan cepat meridhai, sedangkan seburuk-buruk orang adalah yang cepat marah dan lambat meridhai" (HR. Ahmad)

Sebenernya nggak mau posting hadist itu hari ini. Udah ngetik cerita yang lumayan panjang. Belum saya save, eeehh karna kompi lagi agak bermasalah jadi ilang :((( Gelo banget. (Pada tau bahasa gelo nggak sih?).  

Yaudah ngetik lagi aja!

Kalau yang suka nulis pasti tau deh kalo udah nulis, terus tulisan tiba-tiba ilang tanpa jejak mau ngulang nulis lagi tuh rasanya 'beda'.

Ah, yasudahlah. Nasi sudah jadi bubur.

Jadi introspeksi sih, apa saya masih masuk ke golongan kedua dalam hadist di atas, ya? Saya nggak marah, cuma nyesel aja kok ya tadi nggak di save dulu sebelum ditinggal.

**maafkeun karna saya nyampah di bulan Ramadhan gini -_-


#Ramadhan6: Menghargai Setiap Potongan Takdir

on
Selasa, 23 Juni 2015
“Allah telah menulis seluruh takdir seluruh makhluk sejak lima puluh ribu tahun sebelum Allah menciptakan langit dan bumi.”
(Shahih, riwayat Muslim dalam Shahih-nya, kitab al-Qadar (no. 2653), dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash radhiyallahu ‘anhuma, diriwayatkan pula oleh Tirmidzi (no. 2156), Imam Ahmad (II/169), Abu Dawud ath-Thayalisi (no. 557)) => sumber

Ramadhan hari ke-6 setahun lalu, di jam-jam segini pula, saya dibuat bingung, terkejut sekaligus senang karena datangnya sebuah paket berisi sepaket pakaian+jilbab syar'i. Ya, pengirimnya memang @BerbagiHijab, sebuah gerakan sosial yang getol mengkampanyekan pakaian syar'i, dengan menghadiahi muslimah-muslimah yang sedang berproses untuk hijrah, maupun muslimah yang merasa membutuhkan.

Dari pertama saya menerima paket, jujur feeling saya langsung 'menuduh' seseorang sebagai aktor di balik datangnya kiriman paket ini. Nggak mungkin banget @BerbagiHijab langsung tau nama, alamat bahkan nomor HP saya, sedangkan sebelum menerima paket itu saja saya sama sekali belum tau tentang gerakan itu :p

Meski sampai hari ini pun saya tetap nggak sekalipun menerima pengakuan secara blak-blakan dari si tertuduh, keyakinan saya sudah ada di level 100% :P

Hari ini, saya memutuskan berdamai dengan hati saya sendiri dengan memberanikan diri menulis tentang ini. Ya, dulu, saat keputusan 'akhir' telah sepakat kami ambil, saya sempet bilang akan menghapus kontak dia, meng-unfriend FB dia, meng-unfollow twitter dia, dll. Tapi semua itu akhirnya urung saya lakukan. Buat apa? Toh semua itu nggak akan bisa serta-merta menghapus total episode tentang 'kisah kami' dari memori hidup saya. Saya yakin Allah punya misi yang dititipkan pada setiap orang yang Dia hadirkan dalam hidup kita. Termasuk dengan pernah adanya dia di hidup saya. Jadi, dengan kesadaran itu, saya memilih tetap menghargainya sebagai kenangan dan bagian dari potongan takdir saya, tidak peduli semasam apapun ending ceritanya :) Toh, saya sadar, saya nggak pernah punya alasan buat benci sama dia, karna saya nggak bisa mengenang kecuali tentang kebaikannya. Ya, karna memang nggak sekalipun dia melakukan keburukan pada saya.

Dia... adalah orang yang paling tahu caranya menasehati tanpa menggurui -- yang pernah saya kenal. Kiriman paket itu adalah contohnya. Saya tahu melalui paket itu dia tengah menasehati saya untuk memperbaiki pakaian saya. Dia adalah orang yang sangat paham dan telah menerapkan bahwa nasehat yang paling efektif adalah dengan mencontohkan, bukan sekedar retorika. Dia... adalah orang yang hampir nggak pernah terpancing emosi, sepelik apapun masalah yang ia hadapi. Keyakinannya pada kebesaran Allah membuat ia selalu yakin bahwa semua akan baik-baik saja. Dia... adalah orang yang karena besarnya ambisi, kadang bertindak 'terkesan' terlalu berani.

Saya, sebenarnya tahu -- bahkan sejak awal perkenalan -- bahwa dia bukan untuk saya. Dia sangat berhak mendapat yang jauh lebih baik. Saya merasa pantas untuk tidak pantas mendapatkannya (pinjem kalimat bang Yudi Darmawan) :)

Kiriman foto yang paling saya suka, dan masih saya simpan :)
Saya bersyukur Allah pernah jadikan dia sebagai bagian dari takdir saya, sebagai salah satu proses bagi saya sampai pada titik ini. Kalau nggak pernah kenal dia, mungkin sampe hari ini saya tetap menjadi Rosa yang hobi memendam kebencian dan kemarahan seperti di waktu silam :)

Sekali lagi, saya menghargainya sebagai bagian dari potongan takdir saya.

#Ramadhan5: Hikmah Dari Sepotong Cerita Serial 'Di Bawah Lindungan Abah'

on
Senin, 22 Juni 2015
"Seungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mu'min, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam keta'atannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu', laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar." (Al Ahzab: 35)
“....Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal” 
(Al Hujuraat: 13)

Semalem ada yang nonton serial 'Di Bawah Lindungan Abah' nggak? Saya untuk pertama kalinya nonton. Ternyata, ada Reza Rahardian yang selalu mempersonaahh itu, yah. #eh #apasih #abaikan

Saya termasuk jarang banget nonton TV, apalagi kalau di rumah. Paling nonton TV cuma buat pengantar tidur. Nah, semalam saya nyetrika buanyaakk *ditulis, biar keliatan rajin, hihi*, sambil nonton TV. Setelah pindah-pindah channel, ketemulah sama wajah gantengnya Bang Reza *halah* serial 'Di Bawah Lindungan Abah'. Nggak dari awal sih saya nontonnya, cuma sepotong. Cumaa, qodarullah passs banget dapet potongan yang syarat makna. *ehm

Buat yang semalem nggak nonton, saya ceritain secara singkat, ya. Jadi, Gaza (diperankan oleh Reza Rahardian) yang merupakan anak orang kaya raya tengah jatuh cinta pada seorang muslimah cantik nan anggun bernama Jasmine (diperankan oleh Shireen Sungkar). Nah, Jasmine ini kebetulan berasal dari keluarga yang 'beda kasta' sama keluarga Gaza. Bumi-langit deh pokoknya. Ayah Jasmine yang tunanetra merupakan seorang mubaligh di kampungnya. Em, ahya, adegan pertama yang saya lihat semalem adalah adegan ketika Gaza tertegun saat ia diam-diam mengintai rumah Jasmine. Saat itu, ia melihat ibunda Jasmine sedang menjual botol bekas dan koran bekas. Yah, kalo saya sih biasa aja, yaa... ada botol bekas yang bisa diuangkan buat tambah-tambah beli cabe sama bawang kan lumayan banget. Lha tapi kalo Gaza yang (ceritanya) udah kaya bawaan orok? Ya shock lah! Hahaha

Nah nah... sesampainya di rumah Gaza ditanya-tanya sama orangtuanya perihal cewek yang sedang ditaksirnya (Jasmine). Pertanyaan intinya, seperti apa latar belakang keluarga si wanita itu. Tadinya si Gaza (yang juga masih terlihat depresi setelah mengetahui latar belakang Jasmine) hanya mengatakan pada orangtuanya bahwa Jasmine tinggal di sebuah gang sempit, dan berasal dari keluarga sederhana. Orangtuanya masih kekeuh ngejar, minta penjelasan yang lebih detail. 'Sederhananya tu sesederhana apaaaa???', pekik mamanya geregetan. Haha. Lalu pertanyaan-pertanyaan spesifik mulai muncul satu persatu secara bergantian dari papa-mama Gaza.

'Itu rumah sendiri apa ngontrak?'

'Rumahnya ada garasinya?'

'Rumahnya ada parabolanya?'

de el el

Setelah pertanyaan-pertanyaan itu dijawab gaza apa-adanya, makin histerislah papa-mamanya. Ahahaha. Malamnya - menjelang tidur - mereka resah. Merana memikirkan kemungkinan harus mempunyai besan yang 'beda kasta' sama mereka.

Pada potongan cerita selanjutnya, jasmine sedang berbincang-bincang dengan abahnya. Abahnya bertanya perihal Gaza. Lalu Jasmine dengan nada sendu mengatakan bahwa ia minder karna latar belakang keluarga mereka dengan keluarga Gaza beda jauuuhh banget. Nah, pada potongan adegan inilah saya termehek-mehek. Berikut akan saya tulis percakapan antara Abah dan Jasmine. Emm, mungkin nggak bisa sama plek, tapi Insya Allah intinya sama dengan percakapan semalam.

Abah: Jasmine, bolehkah Abah bertanya? Jawablah dengan jujur

Jasmine: Boleh, Bah...

Abah: Bagaimana sholat lima waktumu selama ini?

Jasmine: Alhamdulillah selalu tepat waktu, Bah

Abah: Sudah berapa kali kamu khatam Al-Qur'an?

Jasmine: Emm, sekitar 10 kali, Bah

Abah: Bagaiamana puasa sunnahmu?

Jasmine: Insya Allah, tiada pekan yag Jasmine lewatkan tanpa puasa sunnah senin-kamis

Abah: Bagaimana hubunganmu dengan orangtua?

Jasmine: Kalau itu, kan Abah dan Umi yang lebih tau. Sekarang Jasmine tanya, apakah Abah dan Umi ridho pada bakti Jasmine selama ini?

Abah: Ya, Abah dan Umi menerima baktimu. Apakah keluarga ini pernah memberimu makanan yang tidak halal?

Jasmine: Setahu Jasmine Insya Allah tidak pernah, Bah...

Abah: Lalu apa yang membuatmu merasa minder?? Keluarga ini memang miskin, tapi Insya Allah keluarga ini menghasilkan wanita-wanita berkualitas baik. Percayalah, sampai akhir jaman, akan selalu ada laki-laki yang mencari wanita baik untuk dijadikan istri.

Duh, rasanyaaa... JLEB JLEB JLEB!!!

Jleb pertama... mendengar jawaban-jawaban Jasmine, membuat saya merasa tertampar sekali. Noohhh, wanita sholihah tuh kayak gituuu, bukan kayak giniii *tunjuk hidung sendiri*.

Jleb kedua, kadang secara nggak sadar kita masih sering dibuat minder sama hal-hal 'sepele' dan 'duniawi sekali', sedangkan untuk hal-hal yang lebih hakiki, kita sering luput memperhatikannya.

Emm, apa perbedaan mencolok dari keluarga Gaza dan jasmine yang tercermin dalam percakapan mereka? Kalau menurut saya, kelurga Gaza mungkin memang kaya raya. 'Terlihat' punya segalanya. Tapi mereka 'miskin' hati, hingga mudah dibuat resah dan gundah oleh hal-hal yang tidak hakiki. Terlihat dari apa yang mereka tanyakan. Garasi, parabola, dll???!!! Sedangkan keluarga Jasmine yang sederhana, justru menjelma 'kaya raya'. Karna mereka punya Allah. Mereka nggak merasa perlu mengkhawatirkan apapun, selama mereka selalu menjalankan apa yang Tuhan mereka perintahkan.

Fiuhhh... harusnya kita belajar dan introspeksi, ya, dari mereka - keluarga Gaza maupun keluarga Jasmine.
Dari keluarga Gaza kita bisa bertanya pada diri sendiri, apakah saya masih sering memikirkan hal-hal yang tidak hakiki dan menjadikannya pertimbangan? Apakah kalau saya sekaya mereka, saya juga akan memandang sebelah mata orang yang 'di bawah' kita?

Dari keluarga Jasmine kita bisa bertanya, sudah semaksimal apa kita berusaha menjadi hamba yang di ridhoi oleh Allah?

Di Bawah Lindungan Abah pada dasarnya bercerita tentang realita. Apa masih ada orang-orang seperti orangtua Gaza yang merasa pilihan anaknya amat menyedihkan 'hanya' karna latar belakang sosial yang tidak sepadan? Banyaaaakkkk!!!! Yup, meski sistem kasta 'sepertinya' hanya pernah kita baca dalam buku pelajaran SMA, sejatinya kita masih sering melihat prakteknya dalam keseharian.

Untuk itu, meski bukan fans Bapak Presiden Jokowi, saya angkat topi untuk beliau -- yang sama sekali tidak tampak keberatan berbesanan dengan rakyat jelata, saat tampuk kepemimpinan sedang ia genggam. Semoga Allah mencurahkan berkahnya bagi keluargamu, Pak :)

Akhir kata, yuk, sama-sama memperbaiki konsep diri. Nggak perlu minder sama hal-hal yang tidak hakiki, dan berhenti menilai sesuatu dari sudut pandang yang tidak hakiki pula. Kalau salah satu kalian pernah jadi 'Jasmine' yang akhirnya tidak diterima oleh keluarga 'Gaza', percayalah, mereka tidak cukup baik untuk mempunyai menantu sebaik kamu :) Yup, intinya satu: fokus menjadikan diri sendiri sebagai pribadi yang lebih Allah ridhoi. udah, itu aja.

**Sejatinya, ini nasehat untuk diri sendiri. Saya bagi di sini,
dengan selaksa harap semoga bermanfaat untuk yang sengaja/tidak sengaja membaca :)

#Ramadhan4: Menghamba, Menyambung Taqwa

on
Minggu, 21 Juni 2015

"Jadikan senantiasa taqwa sebagai bekalmu. Letakkan selalu akhirat di depan matamu." (Imam Ahmad)

"Izinkan kami, wahai Ibunda," kata 'Urwah ibn Zubair dari balik hijab, "berada di sini sejenak. Dan ceritakanlah kepada kami perkara paling memesona dari semua yang pernah engkau saksikan pada diri Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam."

'Aisyah Radhiyallahu 'Anhua menarik nafas panjang. Kemudian dengan terisak menahan tangis, beliau bersuara lirih, 'Kaana kullu amrihi 'ajabaa'. Adalah semua perilakunya menakjubkan.

"Aku pernah bertanya," demikian 'Aisyah melanjutkan, "apakah perlu engkau sampai seperti ini, ya Rasulullah, hingga bengkak dan pecaj kakimu karena lamanya berdiri menghadap Rabbmu, padahal telah Dia ampuni bagimu segala yang telah berlalu, yang sedang berlaku, maupun yang akan kautuju?" Beliau menjawab, "Tidak pantaskah aku, wahai 'Aisy, menjadi hamba-Nya yanh bersyukur?"

Inilah Rasulullah yang kita rindu. Betapa sempurna pemahamannya tentang kehambaan yang lekat pada kemakhlukannya. Sebakda keyakinan kukuh itu berakar, tunbuhlah ia menjadi ibadah yang menjulang menggapai langit. Dan keharuan cerita 'Aisyah menjadi saksi, betapa harum, manis, dan lembutnya buah akhlak dari pohon imannya yang dirasakan oleh sang istri.

*Ngutip dari buku Lapis-Lapis Keberkahan, Karya Salim A Fillah, halaman 184-185

#Ramadhan3: Tanda-Tanda Kebesaran Allah

"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi prang yang berakal" (TQS. Ali Imran: 190)

Guys, apa kalian salah satu orang yang sering (pernah) bilang 'belum dapet hidayah' saat diingatkan untuk menjalankan apa yang Allah perintahkan? Kalau iya, yuk resapi ayat di atas. Hidayah itu harusnya bukan ditunggu, tapi diusahakan. Karna Allah sudah membentangkan tanda-tanda kebesaran-Nya di jagad rasa ini. Kita cuma butuh sedikit lebih serius mengasah akal dan hati kita untuk bisa melihatnya :)

Yuk, renungkan apa-apa di sekitar kita, maka semoga dengan itu Allah semakin memepertajam kepekaan kita atas kebesaran dan kemahaan-Nya.

#Ramadhan2: Pesan Rasulullah Tentang Bulan Ramadhan

on
Jumat, 19 Juni 2015
Dari Ali Bin Abi Thalib, Rasulullah bersabda:
 
"Wahai manusia, sungguh telah datang pada kalian bulan Allah dengan membawa berkah rahmat dan maghfirah. Bulan yang paling mulia di sisi Allah. Hari-harinya adalah hari-hari yang paling utama. Malam-malamnya adalah malam-malam yang paling utama. Jam demi jamnya adalah jam-jam yg paling utama.

Inilah bulan ketika kamu diundang menjadi tetamu Allah dan dimuliakan oleh-Nya. Di bulan ini nafas-nafasmu menjadi tasbih, tidurmu ibadah, amal-amalmu diterima dan doa-doamu diijabah. Bermohonlah kepada Allah Rabbmu dengan niat yang tulus dan hati yang suci agar Allah membimbingmu untuk melakukan shiyam dan membaca Kitab-Nya.

Celakalah orang yang tidak mendapat ampunan Allah di bulan yang agung ini. Kenanglah dengan rasa lapar dan hausmu, kelaparan dan kehausan di hari kiamat. Bersedekahlah kepada kaum fuqara dan masakin. Muliakanlah orang tuamu, sayangilah yang muda, sambungkanlah tali persaudaraanmu, jaga lidahmu, tahan pandanganmu dari apa yang tidak halal kamu memandangnya dan pendengaranmu dari apa yang tidak halal kamu mendengarnya. Kasihilah anak-anak yatim, niscaya dikasihi manusia anak-anak yatimmu.

Bertaubatlah kepada Allah dari dosa-dosamu. Angkatlah tangan-tanganmu untuk berdoa pada waktu shalatmu karena itulah saat-saat yang paling utama ketika Allah Azza wa Jalla memandang hamba-hamba-Nya dengan penuh kasih; Dia menjawab mereka ketika mereka menyeru-Nya, menyambut mereka ketika mereka memanggil-Nya dan mengabulkan doa mereka ketika mereka berdoa kepada-Nya.

Wahai manusia! Sesungguhnya diri-dirimu tergadai karena amal-amalmu, maka bebaskanlah dengan istighfar. Punggung-punggungmu berat karena beban (dosa)-mu, maka ringankanlah dengan memperpanjang sujudmu.

Ketahuilah, Allah Taala bersumpah dengan segala kebesaran-Nya bahwa Dia tidak akan mengadzab orang-orang yang shalat dan sujud, dan tidak akan mengancam mereka dengan neraka pada hari manusia berdiri di hadapan Rabbal-alamin.

Wahai manusia, barangsiapa di antaramu memberi buka kepada orang-orang mukmin yang berpuasa di bulan ini, maka di sisi Allah nilainya sama dengan membebaskan seorang budak dan dia diberi ampunan atas dosa-dosa yang lalu.
 
Seorang sahabat bertanya, "Ya Rasulullah, tidaklah kami semua mampu berbuat demikian." Rasulullah meneruskan khotbahnya, "Jagalah dirimu dari api neraka walau pun hanya dengan sebiji kurma. Jagalah dirimu dari api neraka walau pun hanya dengan seteguk air."

Wahai manusia, siapa yang membaguskan akhlaknya di bulan ini, ia akan berhasil melewati Sirathal Mustaqim pada hari ketika kaki-kaki tergelincir. Siapa yang meringankan pekerjaan orang-orang yang dimiliki tangan kanannya (pegawai atau pembantu) di bulan ini, Allah akan meringankan pemeriksaan-Nya di hari kiamat. Barangsiapa menahan kejelekannya di bulan ini, Allah akan menahan murka-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya.

Barangsiapa memuliakan anak yatim di bulan ini, Allah akan memuliakanya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barangsiapa menyambungkan tali persaudaraan (silaturahmi) di bulan ini, Allah akan menghubungkan dia dengan rahmat-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barangsiapa memutuskan kekeluargaan di bulan ini, Allah akan memutuskan rahmat-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya.

Barangsiapa melakukan shalat sunat di bulan ini, Allah akan menuliskan baginya kebebasan dari api neraka. Barangsiapa melakukan shalat fardu baginya ganjaran seperti melakukan 70 shalat fardu di bulan lain.

Barangsiapa memperbanyak shalawat kepadaku di bulan ini, Allah akan memberatkan timbangannya pada hari ketika timbangan meringan. Barangsiapa di bulan ini membaca satu ayat Al-Quran, ganjarannya sama seperti mengkhatam Al-Quran pada bulan-bulan yang lain.

Wahai manusia! Sesungguhnya pintu-pintu surga dibukakan bagimu, maka mintalah kepada Tuhanmu agar tidak pernah menutupkannya bagimu. Pintu-pintu neraka tertutup, maka mohonlah kepada Rabbmu untuk tidak akan pernah dibukakan bagimu. Setan-setan terbelenggu, maka mintalah agar ia tak lagi pernah menguasaimu.
 
Aku (Ali bin Abi Thalib yang meriwayatkan hadits ini) berdiri dan berkata, "Ya Rasulullah, apa amal yang paling utama di bulan ini?" Jawab Nabi, "Ya Abal Hasan, amal yang paling utama di bulan ini adalah menjaga diri dari apa yang diharamkan Allah."
 
Pesan diatas disampaikan oleh Rasulullah pada akhir bulan Sya'ban. 

Semoga dengan membaca pesan Rasulullah di atas, kita jadi tambah semangat memuliakan bulan Ramadhan ini dan mengisinya dengan amal-amal terbaik, ya, Dear :) Ingat, belum tentu kita bisa ketemu lagi sama Ramadhan tahun depan :') *sambil ngingetin diri sendiri*
 
 
Catatan: Saya pertama tahu tentang hadist di atas saat kajian pagi hari Rabu tanggal 17 Juni 2015 kemarin. Tapi kelewatan nyatet riwayatnya. Ada yang bisa bantu?

#Ramadhan1: Ingat Allah, Allah Ingat

on
Kamis, 18 Juni 2015

'Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku.' (TQS. Al-Baqarah: 152-153)

Hai dear, puasa hari pertama, yaa... Masih semangaattt dong?! Semoga semangatnya bertahan, bahkan semakin berkobar hingga akhir Ramadhan, ya :)

Masya Allah... Merinding yaa baca terjemah di atas. Betapa Allah Maha baik :') Kita ingat Allah, maka Allah juga PASTI akan mengingat kita pula. Allah adalah sebaik-baik pembalas, bahkan seringkali membalas dengan yang lebih baik dari apa yang kita berikan.

Jadi nggak kayak manusia yang sering bikin kita kecewa, ya! *bukan curhat*. Jadi, masih rela buang-buang waktu buat mengingat orang yang belum tentu ingat sama kita juga? Dih, mending sih inget Allah aja :))

Mumpung Ramadhan, dan masih hari pertama... Yuk latih dan biasakan diri untuk mengingat Allah sebanyak-banyaknya, di setiap hela nafas kita. Biar Allah juga banyaj-banyak ingat kita. Aamiin :')

Selamat menjalankan ibadah puasa ^_^

Marhaban Yaa Ramadhan: Persiapan Menyambut Ramadhan

on
Selasa, 16 Juni 2015
dr Tumblr
Marhaban Yaa Ramadhan...

Serasa baru kemarin menyapa Tamu Agung ini. Betapa cepat waktu berlalu. Masih berbekaskah jejak-jejak tarbiyah atas Ramadhan tahun sebelumnya? *ngaca* *lalu mringis*

Ya, itulah kebanyakan dari kita. Ramadhan harusnya kita gunakan sebagai moment perubahan. Sebagai lompatan perbaikan. Bukan memompa diri selama sebulan, lalu melempem di 11 bulan berikutnya. Sungguh, sejatinya bukan untuk itu Ramadhan di hadirkan. Ramadhan adalah bulan pendidikan. Yang dengannya diharapkan ada perbaikan ummat secara signifikan, yang jejaknya menempel kuat pada jiwa. Bukan hanya sebatas lewat.

Tapi tidak ada kata terlambat. Dengan Rahman dan Rahim-Nya, Allah selalu bersedia menerima kita kembali. Dan salah satu nikmat terbesar tentu saja dengan diijinkannya kita bertemu kembali dengan mulianya Ramadhan. Balighna fii Ramadhan, Yaa Rabb...

Setiap menjelang Ramadhan, saya selalu berusaha memperbarui semangat. Semangat untuk membuat Ramadhan ini sebagai catatan emas di hidup saya. Meski, ya, harus diakui semangat itu masih amat lemah kobarnya hingga amat mudah goyah seiring tanggal Ramadhan yang semakin menua. Tapi saya nggak mau menyerah. Maka, 1 1/2 hari menjelang Ramadhan tahun ini, saya akan membagi 3 hal yang saya persiapkan dalam menyambut tamu istimewa tersebut.

1. Niat dan Tekad

Semua amal dinilai berdasarkan niatnya, begitu kata salah satu hadist. Maka tentu saja hal tersebut menjadi hal utama yang harus terus diperbaiki. Mari meniatkan untuk mempersembahkan amal-amal terbaik kita di bulan di mana pahala-pahala dibuat berlipat ganda hanya karena Allah semata.

Lalu tekad. Besarnya pahala konon berbanding lurus dengan tingkat kepayahannya. Begitu juga dengan Ramadhan. Berbagai janji keistimewaan nilai atas amalan kita di bulan tersebut, sungguh akan dihadang berbagai kepayahan. Apa itu? Kalau saya pribadi, kepayahan yang sering sekali membuat saya menyerah kalah adalah serangan rasa kantuk. Ya, saya adalah orang yang masih lumayan kepayahan jika jam tidur kurang. Sunnah untuk makan sahur mau tidak mau membuat jam tdiur kurang. Di 10 harian pertama, biasanya saya masih kuat untuk nggak tidur setelah sahur dan mengisinya dengan tilawah. Tapi selanjutnya? Keok :( Nah, tahun ini saya ingin menguatkan lagi tekad saya untuk mengalahkan rasa kantuk itu. Tidurnya orang berpuasa mungkin memang ibadah, jika dibanding tidak tidur tapi maksiat. Tapi tidur adalah ibadah tentu saja tidak akan lagi berlaku jika dibandingkan dengan tidak tidur karena tilawah. Iya, kan? :)

2. Target

Seberapa penting target? Menurut saya penting sekali. Tanpa target kita nggak akan terpacu untuk mengerahkan segala usaha demi tercapainya target tersebut. Kata Aa' Gym, gagal merencanakan sama dengan merencanakan gagal. Nah, menurut saya rencana itu salah satunya bisa kita tuangkan dalam susunan target. Yah, meskipun target tentu saja tidak akan berarti apa-apa tanpa point nomor satu di atas.

Saya berencana membuat form pemantauan ibadah seperti ini:

nuun.blogdetik.com
'Kok ibadah dicatet-catet sih?!'

Lha emang kenapa? Jika dengan mencatatnya kita jadi semakin terpacu untuk terus meningkatkannya, apa salahnya? :) Jadi, sama sekali bukan untuk menghitung-hitung berapa nilai pahala kita, ya, dear :) Ah, mana mampu kita untuk itu. Cukup ridho Allah saja yang kita harapkan.
'Nggak takut riya', ya?'

Kan catetannya bukan untuk dipublikasi :) Buat diri kita sendiri aja. Dan kalaupun ada salah satu saudara kita yang nanti memublikasikannya, mungkin niatnya semata untuk membuat kita iri dan turut memacu diri. Yuk, saling berlomba dalam kebaikan ^_^
3. Persiapkan Kondisi Badan

Tidak dipungkiri, Ramadhan amat membutuhkan fisik yang prima. Apalagi jika selama Ramadhan kita tetap tidak bisa menghindar dari berbagai aktivitas fisik. Perubahan pola makan serta jam tidur membuat metabolisme kita harus segera menyesuaikan diri. Minggu-minggu kemarin orang-orang di sekitar saya banyak yang terserang flu dan radang tenggorokan. Tidak terkecuali saya sendiri. Nah, gangguan-gangguan 'ringan' kesehatan ini alangkah baiknya berusaha kita perbaiki, agar saat Ramadhan menyapa kita dalam keadaan yang benar-benar fit. Jika badan fit, Insya Allah berbagai ibadah pun akan dengan nikmat kita cecap :)

Nah, tiga point di atas-lah yang saya persiapkan untuk menyambut Bulan penuh berkah tahun ini -- Insya Allah. Semoga Allah menyampaikan umur kita untuk bertemu dengannya hingga sempurna. Saya tiba-tiba ingat beberapa tetangga (salah satunya masih sangat muda) yang dijemput Izrail beberapa saat lalu. Hati saya miris. Pernahkan terbersit di benak mereka pada Ramadhan tahun lalu, jika mereka takkan pernah lagi bertemu Ramadhan tahun ini? :(

Ya, meski tinggal 1 1/12 hari lagi Ramadhan tiba, sungguh tetap tidak ada jaminan untuk kita bisa bertemu dengannya. Jika Ramadhan tahun ini saja belum tentu, apalagi Ramadhan tahun depan? Maka, jika Allah mengijinkan kita kembali mencecap nikmatnya bulan penuh berkah tahun ini, yuk tanamkan tekad sekuat baja di hati kita masing-masing untuk menjadikan Ramadhan tahun ini Ramadhan terbaik, dan menjadi titik balik kita sebagai hamba yang lebih baik di mata-Nya.

Balighna fii Ramadhan, Yaa Rabb... Aamiin...

Kalau kalian, apa saja yang persiapan kalian untuk menyambut Ramadhan kali ini? Share, yuk :) 

Antara Menyegerakan dan Tergesa-gesa

on
Kamis, 04 Juni 2015
Saya mengenal seorang perempuan hebat yang kisahnya bisa membuat kita lebih paham tentang perbedaan antara menyegerakan dan tergesa-gesa menikah.

Beliau menikah pada tahun 2013 setelah menjalani 28 kali proses ta'aruf dalam kurun waktu 10 tahun (2003-2013).

Kegagalannya dalam ta'aruf disebabkan oleh berbagai faktor, ketidakcocokan, ketidakjelasan kabar dari pihak laki-laki, belum adanya restu atau persetujuan dari orang tua.

Hebatnya, beliau tidak pernah lelah berikhtiar. Ta'aruf demi ta'aruf pun dijalani sambil berharap itulah ta'aruf yang terakhir (yang berlanjut ke pernikahan).

Beliau tetap berikhtiar untuk menyegerakan pernikahan, namun tidak tergesa-gesa. Beliau tetap menikmati setiap prosesnya sambil terus meningkatkan kapasitas dan kualitas diri serta tentu saja bertawakkal kepada Allah.

Jika beliau mau, mungkin beliau bisa saja melawan orang tua yang belum merestui demi cepat menikah. Jika beliau mau, bisa saja beliau menikah diam-diam. Asalkan menikah deh. Tapi beliau sabar. Sabar menikmati setiap ikhtiar, menunggu waktu yang menurut Allah tepat. Beliau tidak tergesa-gesa menikah dengan mengorbankan hal yang lebih penting seperti ridho orang tua.
Sudah lihat perbedaannya, kan?

Orang yang menyegerakan menikah  dan yang tergesa-gesa menikah punya tujuan yang sama, yaitu menikah. Tapi cara yang mereka pilih berbeda.

Seperti orang yang sedang menyetir mobil, orang yang bersegera tahu kapan harus mengerem, mengganti persneling, menekan gas. Mereka taat pada tata tertib. Berhenti jika lampu lalu lintas berubah merah, bedanya dengan yang menunda-nunda, setelah lampu berubah hijau, mereka langsung melaju, tidak melambat-lambatkan. Mereka pun ingin segera tiba di tujuan, tapi mereka bersiap dan berhati-hati agar selamat dalam perjalanannya dan menjadikan perjalanan itu sebagai peristiwa yang bermakna dengan cara menikmatinya.

Sedangkan yang tergesa-gesa hanya tahu satu hal : dia harus tiba di tujuan secepat-cepatnya, dengan cara apapun. Akhirnya, dia lupa mempersiapkan bekal yang cukup : Lupa mengisi bensin, lupa memeriksa kondisi kendaraan, lupa menyiapkan makanan dan minuman untuk di perjalanan. Yang menyebabkan dia terhambat di perjalanan. Dia juga tak terlalu menganggap penting rambu-rambu. Lampu merah diabaikan, perintah Pak Polisi dilanggar. Yang dia mau hanya satu : Cepat sampai ke tujuan. Kecepatan penuh pun diambil untuk mewujudkan kemauannya itu. Ia lupa pada risiko kecelakaan.

Orang yang bersegera akan menikmati perjalanan. Sedangkan orang yang tergesa-gesa sangat ingin cepat-cepat sampai tujuan sampai tak terpikir untuk memperhatikan indahnya panorama di kiri kanan selama perjalanan.

Tepat waktu. Itu kata kuncinya. Semuanya tepat jika sesuai dengan waktunya. Bukan sekadar indah, semuanya akan berkah dan mudah jika waktunya sudah tiba.

sumber: http://urfaqurrotaainy.tumblr.com/

oOo

**Saya sudah pernah 'terjatuh' pada tergesa-gesa, dan saya nggak ingin mengulanginya. Karna sungguh, setan banyak sekali menumpang di dalam segala sesuatu yang tergesa-gesa.

Signature

Signature