Jatuh Cinta

on
Selasa, 31 Januari 2012

Tolong ceritakan padaku tentang bagaimana rasanya jatuh cinta...!!!
Bukan, tentu saja bukan karna aku belum pernah merasakannya. Aku pernah mencicipi rasanya beberapa tahun lalu. Dan derasnya arus kehidupan sepertinya sudah perlahan menghanyutkan semua ingatan.

Ya... sudah lama sekali aku merasakan perasaan aneh yang kata banyak orang namanya jatuh cinta. Yang aku ingat, aku pernah menangis tersedu di satu malam ketika siang hari sebelumnya aku tak melihat kelebat bayang sang pujaan. Yang aku ingat pula, dadaku pernah berdegub amat kencang saat menunggu balasan sms meski hanya beberapa saat. Satu lagi yang aku ingat, aku pernah melakukan hal terbodoh sepanjang sejarah hidupku, hanya untuk mengetahui beberapa potong keterangan tentang hidupnya.

Benarkah seperti itu jatuh cinta??

Ada yang bilang jatuh cinta itu menyenangkan. namun juga tak jarang aku dengar orang bilang jatuh cinta kadang bisa amat menyakitkan.
Ah, cinta... tema yang tak pernah habis digali sebagai inspirasi.
sudah cukup lama aku tak merasakannya. dan ada kalanya, aku merindukannya. rindu mencecap candunya.

Aku sepertinya termasuk dalam satu dari sekian orang yang amat sulit jatuh cinta. sampai 21 tahunku di dunia, seingatku baru ada satu orang yang membuatku merasakan perasaan maha aneh itu.
Ah, namun aku berharap, saat aku kembali jatuh cinta, maka cinta itu aku jatuhkan pada hati yang juga mencintaiku, dan pada hati yang memang tertulis untuk menjadi penggenap separuh jiwaku. Bukan menjatuhkan cinta pada orang yang ibarat bakso di saataku bosan mie ayam, tapi menjatuhkan cinta pada orang yang bagai nasi, dimana aku takkan bisa tanpanya selagi nyawa masih ada di raga. *Amin Ya Rabb...*

Selangkah lagi!!!

on
Rabu, 25 Januari 2012

Hoshh!!! **buang napas

Tiga setengah tahun hampir purna meski dengan proses yang tak selalu purna
Setelah peluh orang tua dan kakak – kakakku terperas lengkap dengan jatuh bangunnya, setelah berbagai tugas yang sekali dua kali nyontek, berbagai mata kuliah yang kadang bikin kepala muter – muter, nilai terburuk di transkrip yang bikin trauma sampe sekarang, dan tentu aja skripsi yang sempet menyita alam sadar maupun bawah sadarku…

Lebay nggak sih??
Kalo bagiku yang punya IQ rata – rata sih kayaknya nggak!!

Okee… setelah semua itu, sebentar lagi ada embel – embel ‘SE’ di belakang namaku. Wuih, Subhanallah Walhamdulillah… Nggak nyangka sekali, akhirnya…

Ya walaupun ngrasa nggak pantes juga sih kalo berani menepuk dada Cuma karna tu embel – embel. Aduuh, hari gini kan embel – embel ‘S…’ dengan berbagai macam variannya udah bukan barang langka lagi. Jadi, yang terpenting kan sebenernya “Aku bisa apa dengan embel – embel SE di belakang namaku???”

Emm, tapi pertanyaan itu nggak hanya tentang ‘kerja apa ato dimana’ lho… sempit sekali menurutku kalo embel – embel itu diperjuangkan dengan segenap jiwa dan segenap raga *kalo ini lebay*, lantas kemanfaatannya Cuma berkutat masalah materi. Yah, tetep berharap sih semoga dapet kerja di tempat terbaik… tapi kan nggak boleh mentok sampe itu.

Intinya, nggak pengen aja jadi Sarjana yang dianggap ‘lebih’ oleh masyarakat, tapi kenyataanya NOL BESAR!! Nggak pengen juga mentang – mentang sarjana jadi merasa ‘boleh’ sombong. Nah, kalo tekad itu sebenernya terbersit bermula dari keresahan Ibu dan kakakku yang sedih karna aku nggak apal nama tetangga dan emang ‘kurang hobi’ nyapa. Jadi ada beberapa orang yang udah kasih aku ‘stempel’ sombong. Hiks… :’(

Okee… jadi PR yang harus segera diselesaikan sambil nunggu waktu wisuda,  ngapalin nama tetangga kali yaaa…?! Hehe…, eh sama belajar berwirausaha ding!!!
Jadi, inti dari tulisan semrawut nggak tentu arah menjelang disematkannya gelar SE dibelakang namaku ini adalah…. Aku nggak pengen aja jadi sarjana yang cuma keren dilihat *aku tinggal di desa yang cenderung masih nganggep ‘wah’ gelar Sarjana*, tapi pengen benar – benar ngasih kemanfaatan buat mereka.

So, semoga Allah menjadikan ilmuku Barokah dunia akhirat, Amiiiinnnn……

... Ulang Tahun (?)...

on
Jumat, 20 Januari 2012

Ulang tahun?? Aku pernah menjadi salah satu dari sekian banyak orang yang teramat exited menyambut hari yang tanggalnya tepat sama dengan tanggal kelahiran kita itu. Seolah hari itu merupakan hari keramat yang amat membahagiakan. Tapi, entah karna apa, kadar ‘kehebohan’ itu kian lama kian menyusut. Kalau aku bilang, mungkin efek pendewasaan cara berpikir J
Ya, hari ini 20 januari, tepat 21 tahun aku melihat dunia ini. di 21 umur aku, ucapan selamat ulang tahun yang isinya berbagai macam doa baik untukku (yang sepenuh hati aku aminkan)coba aku transformasikan dalam arti lain. Aku mencoba menanamkan ke dalam benakku sendiri, bahwa semua ucapan tersebut sebenarnya memiliki 1 makna tersebunyi, yaitu: ‘selamat karna semakin dekat dengan kematian, dan jangan lupa persiapkan diri!!’

Aku kemudian merenung. Malu sekali mengingat bahwa dulu pernah amat suka cita merayakan ulang tahun, meniup lilin di sebuah kue tart (yang entah apa artinya!), lalu ketawa – ketiwi dengan teman – teman. Heemmm… Padahal bukankah hari itu justru kontrak hidup sudah semakin mendekati waktu kadaluarsanya?!
Emm, meski dengan mengingat kematian, bukan berarti kita jadi terpaku dan justru tidak melakukan apapun. Bukankah mengingat mati harus selalu seiring sejalan dengan usaha untuk terus menjadikan waktu yang masih tersisa di dunia maksimal kemanfaatannya?!
Dan sekarang, aku memaknai tanggal kelahiranku untuk terus menjaga nyala semangat atas mimpi – mimpi yang telah aku torehkan dalam hati. Ya, aku ingin terus bermimpi, Dan  memilih ‘rumah pena’ – ku ini untuk menuangkannya dalam sebuah tulisan yang semoga menjadi ikrarku pada semesta, bahwa aku akan berusaha mewujudkannya dengan serangkai doa dan segenap usaha.

Lihatlah semesta, hari ini aku bermimpi...
Bahwa suatu saat aku memiliki sebuah taman baca di desa kelahiranku…
Bahwa suatu saat aku akan menjadikan beberapa anak yatim piatu sbg anak asuhku…
Bahwa suatu saat aku adalah istri dari seorang lelaki sholeh yang menjadi sahabat bagi urusan dunia pun akhiratku…
            Bahwa suatu saat aku adalah seorang Ibu dari putra putri sholih sholihah yang amat membanggakan…

Bahwa suatu tidak lama lagi, aku berjanji pada diriku sendiri untuk menjemput ‘Janji Kehidupan’ yang amat indah dan lebih baik, bagiku… bagi keluargaku…

Kalau kemudian aku menuliskan mimpi – mimpi itu disini, semoga tidak secuil pun dibarengin rasa ingin ‘riya’ atas impian tersebut. wallahu a’lam bishawwab…

*Rabb… ijinkan aku menuliskan segala mimpiku dalam lembar – lembar hidup yang Engkau anugerahkan padaku… dan aku, akan selalu tahu bahwa penghapusnya tetap ada di tanganMU… hapuslah Rabb… hapuslah yang menurut Engkau kurang baik bagi hamba, karna aku tau Engkau akan menggantinya dengan rencanaMU yang teramat jauh lebih baik… dan berilah hamba kekuatan dan kemudahan untuk mewujudkan yang menurut Engkau baik bagi hamba…*

Kamar Kost,
20 Januari 2012
Rosa

Logika yang 'AcAkAdUt'

on
Selasa, 17 Januari 2012

Siang itu, dalam perjalanan pulang dari Semarang, seperti biasa perjalanan saya untuk sampai dirumah terganjal di perempatan Mayong. Saya harus menunggu angkutan yang antri menuunggu penumpang hingga penuh, dan tidak jarang memakan waktu yang lama dan cukup membuat saya mati gaya alias bête abis.
Tapi ternyata benar. Baik atau buruk suatu kondisi itu tergantung dari cara kita menyikapinya. Ya, dan hari itu aku mencoba menikmati. Dan, Ahaa…!!! Saya menemukan objek perhatian yang cukup menarik dan menjadi sumber inspirasi bagi tulisan saya ini.
Tidak jauh dari tempat saya duduk, segerombolan siswi SMA tengah asyik ‘ngrumpi’. Dugaan saya, mereka juga tengah menunggu angkutan sama seperti saya. Sejenak saya tersenyum melihat tingkah polah mereka. Menurut istilah ‘gaul’ – mereka ababil alias ABG2 labil. Bukan, saya bukan tersenyum karna melecehkan mereka. Saya tersenyum karna saya ingat polah tingkah saya waktu seumuran mereka. **kesannya tua bgt ya saya!
Okee… selain asyik mengamati tingkah polah mereka, saya kemudian dibuat tertegun oleh isi obrolan mereka. Hei, saya bukan nguping! Saya nggak sengaja dengar kok, karna jarak mereka memang dekat dengan saya.**sama nggak  sih nggak sengaja dengar dengan nguping itu???

Isi pembicaraan yang amat menggelitik saya kurang lebih seperti ini:
A : eh, si X kemarin malem habis maen ke rumahmu ya??
B : iya! Sampe malem banget lho. Soalnya rumahku lagi sepi. Bapak sama ibu lagi pada pergi. Jadi X aku minta nemenin!
C : haayooo… ngapain aja kalian berdua??? **lalu disambut ledekan riuh teman2nya yg lain
A : jangan – jangan kamu (*maaf) ci**m*n ya sama X??
B : idih, sorry ya… X kan belum resmi jadi pacarku, masa’ udah cipokan! Kecuali kalo udah resmi jadi pacarku, nah itu baruuuu….

Reaksi pertama saya saat mendengar potongan percakapan tersebut adalah tertegun, mengerutkan kening, lalu istighfar.
Heemmm… betapa acakadutnya logika banyak orang di jaman sekarang. Kalo si B bilang “kalo udah resmi jadi pacarku”, saya lalu ingin sekali bertanya: lembaga apa yang meresmikan ikatan pacaran?? Lalu sekokoh apa keresmian pacaran hingga membuat seorang wanita merelakan diri dicium oleh seorang pria, dan seorang pria berani – beraninya mencium seorang wanita?? Masyaallah…
***
Okee… kali ini saya ingin bercerita tentang hal lain yang membuat saya kembali tertegun. Cerita yang satu ini merupakan pengalaman kakak saya. Jadi saya dapet cerita dari dia.
Kakak perempuan saya adalah seorang piñata rias pengantin. Nah, jujur, beberapa kali beliau mendapatkan job untuk merias pengantin yang ternyata NBA.
Di salah satu job yang diterima mbak nita beberapa bulan lalu, setelah beres merias pengantin wanita dan mendudukkannya di pelaminan, seorang wanita setengah baya yang mengaku tante (Y) dari si pengantin menghampiri mbak nita.

Y : Mbak, tadi masang stagennya nggak terlalu kencang kan?!
Mbak nita : ya biasa Bu… lha emang kenapa to??
Y : lha kan perutnya ‘udah ada isinya’ mbak… takutnya kalo ntar kenapa – napa!
Mbak nita : (tidak bisa menyembunyikan raut kaget dan heran), Astaghfirullah…. (sambil memegang dada, kaget!)
Y : wheleh mbak, kaya’ gitu kan sekarang udah biasa!!

Astaghfirullah…
Saat itu, mbak nita menceritakannya dengan raut yang masih amat heran. Ternyata dia memikirkan hal yang sama dengan yang ada di benak saya. Betapa ironisnya degradasi moral yang melanda masyarakat kita. Hamil diluar nikah sudah dianggap sebagai ‘hal biasa’. Bahkan oleh seseorang yang masih terhitung keluarga, yang umumnya akan merasa sangat malu dan menanggung aib saat hal seperti itu menimpa keluarganya. Naudzubillah…
Yang lebih membuat miris, hal itu terjadi di wilayah yang tegolong masih ‘berperadaban’ desa. Bukankah selama ini kita menganggap orang desa masih memegang teguh nilai – nilai moral?! Jika masyarakat desa saja ternyata sudah turut mengalami kemerosotan moral yang sebegitunya, lalu bagaimana dengan orang – orang ‘metropolis’?! bukankah ini juga salah satu cermin bahwa logika banyak orang sudah semakin acakadut?!!
***
Mungkin masih amat banyak cerita – cerita lain yang membuat kita mengelus dada. Tentang infotainment yang terkesan ‘mencemooh’ orang yang berpoligami lewat narasinya, tapi justru memberikan narasi yang ‘amat biasa’ seakan mengatakan ‘itu bukan masalah’ saat membahas artis yang kumpul kebo hingga menghasilkan seorang anak. Tentang orang – orang yang menganggap sinis orang – orang yang ingin lebih baik ke-islamannya dengan memberikan predikat ‘sok alim’, ‘sok suci’, dll.
Bagaimana tidak acakadut?! Seharusnya kita berpikir, bukankah amat jauh lebih baik ‘sok alim’ daripada ‘sok bejat’??!!

Semoga Allah terus memberikan petunjuk pada hati kita untuk tetap berjalan pada rel yang sudah di tentukan-NYA. Amin…
Wallahu a’lam bishawab...

**percakapan yang ada dalam artikel ini sebenarnya memakai bahasa jawa. Tapi, demi kenyamanan untuk dibaca, maka saya translate ke bahasa Indonesia.

Antara Ikhtiar & Takdir

on
Senin, 02 Januari 2012
Perhatikanlah telapak tanganmu....

 
Disitu, terdapat banyak garis yg dapat di ibaratkan sebagai rangkaian garis hidup yang harus kita jalani di dunia. 

Lalu, genggamlah tanganmu...

Garis yg berada dalam genggaman, merupakan takdir - takdir yang bisa engkau raih dan usahakan dengan serangkaian ikhtiarmu.

Sekarang, coba kau perkuat lagi genggamanmu, sekuat yg kamu bisa...


Maka, akan tetap ada garis yang tak mampu kau genggam.

Dan itulah takdir - takdir yang menjadi hak prerogatif Allah, yang tak akan bisa kita ganggu gugat, bahkan sekuat apapun ikhtiar kita...

MbanyuUrip, Purworejo
Awal 2012, 2 Januari
Rhosa Al-Rhosyid

Signature

Signature