Doa...

on
Jumat, 25 Oktober 2013
Allah... Buat kami tetap mampu menjaga diri dalam beratnya masa penantian ini...

Aamiin...

Panggil Aku...

on
Minggu, 13 Oktober 2013

Namaku Rosalina Susanti. Nama pemberian Bapakku. Jangan tanya apa artinya, karna aku gak bakal bisa jawab. Pun dengan Bapak. Nggak tau kenapa, Bapak kok ngasi nama anaknya 'asal' aja ya. Gak pake makna-makna filosofis gitu, biar keren. Tapi yasudahlah, aku tetap menerima namaku dengan sukacita.

Waktu TK, teman-teman dan Guruku memanggilku Rosa. Waktu SD, teman-teman dan Guruku menyapaku Santi. Panggilan yang rasanya tidak pernah aku terima sepenuh hati. Aku pernah tanya ke ibu, kenapa dulu dipanggil Santi? Katanya, pada jaman itu nama Santi terdengar indah, sedangkan panggilan Rosa terdengar aneh. Hmm.. Oke oke. Tapi, karna beberapa hal yang cukup traumatis bagi mentalku saat itu, sejak lulus SD aku sangak gak suka dipanggil Santi.

Maka, sejak SMP dan seterusnya nama panggilanku di kalangan teman-teman kembali Rosa. Meski ada juga beberapa orang yg nyleneh. Seingatku ada 2 orang teman laki-laki di SMA yang suka manggil aku Lina. Lalu beberapa orang manggil Ocha (turunan dari Rosa). Nah, yang mulai kacau saat kuliah. Ada salah satu sahabat yang membuat trend panggilan baru. Yaitu Uchay, dan Ucil. Darimana asalnya? Turunan dari Ocha!! :D

Kalo lingkungan sekitar dan keluarga, lebih beragam lagi. Bapak Ibu manggil Gendhuk (panggilan sayang anak perempuan di daerah asalku). Kakak-kakak manggil kadang Susan kadang Ocha. Ponakan-ponakan juga gitu. Ada juga sodara yang manggil Anti, tapi kalo tetangga kebanyakan Susan.

Hmm.. Beragam sekali yah sapaanku. Terus apa inti dari cerita ini? Gak ada sih, cuma iseng pengen cerita aja :D

**Oh ya, yang jelas cita-cita panggilan tertinggiku di dunia adalah: Bunda. Semoga :)

Menguji Diri Sendiri

on
Jumat, 11 Oktober 2013

Siang tadi, tiba-tiba terbersit keinginan untuk sejenak menyingkir dari akun sosmed yg paling intens saya geluti. Apalagi kalo bukan facebook. Kenapa? Entahlah. Alasan tersimpel dan terkuat, mungkin untuk memastikan bahwa saya tidak tengah menjadi pecandu sosmed tersebut. Yang jauh lebih penting, untuk memastikan bahwa saya tidak gila sanjungan dan gila apresiasi dari sesama manusia, hingga seringkali melupakan apresiasi yang jauh lebih hakiki. Ya, jujur saya merasa semakin kosong saat melakukan sesuatu yang hanya 'berakhir' pada pujian manusia, serta membuat batas antara ingin membagi kebaikan dan menjaga eksistensi diri semakin abu-abu.

Maka, saya akan menguji diri saya sendiri. Saya ingin melihat berapa lama saya bisa menahan diri dari hingar bingar facebook.

Emm, lewat sepotong obrolan dengan seorang sahabat tadi pagi melalui whatsapp, saya juga seperti baru terjaga kembali, lalu bertanya pada diri sendiri, dimana dan seberapa besar porsi bagi Tuhan saya dalam hari-hari yang terlalui?

Rumah, 11 Oktober 2013

Segalanya Bagiku

on
Rabu, 09 Oktober 2013

Ibu...

Jika aku tak penah menulis tentangmu, itu bukan berarti aku tak mencintaimu.

Jika aku tak pernah menulis untukmu, itu semata karna tanganku selalu kelu, merasa aku belum punya cukup diksi yang mampu mewakili indahmu.

Ibu... Engkau segalanya bagiku, meski baktiku belum mencapai seujung kuku segala kasihmu untukku.

Signature

Signature