#Ramadhan29: Hari Kemenangan

on
Minggu, 27 Juli 2014

Kemenangan adalah milik mereka yang taatnya bertambah ketika Ramadhan usai...

Lalu apakah kita salah satunya? Atau hanya bersibuk diri pada jumlah baju baru dan toples kue kering?

Ah...
Semoga Allah tuntun kita selalu agar mampu terus berjalan menuju-Nya...

Semoga Allah ijinkan kita kembali jumpa Ramadhan di tahun berikutnya...

Semoga Allah menerima amalku, amalmu dan amal kita semua... Taqabalallahu minna wa minkum...

Atas banyaknya kata dan kalimat yang tak berkenan dalam rumah maya saya ini, atau interaksi yang tak melegakan hati, mohon dibukakan pintu maaf yang seluas-luasnya... Mohon maaf lahir batin...

Rosa Alrosyid

#Ramadhan28: Berdoalah...

on
Sabtu, 26 Juli 2014

"Berdoalah kepada Tuhanmu dengan rendah hati dan suara yang lembut. Sungguh, Dia tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan." (QS. Al-A'Raf: 55-56)

Dengan rendah hati, suara yang lembit, rasa takut dan penuh harap. Mari berdoa :)

#Ramadhan27: Pada Sisi Allah...

on
Jumat, 25 Juli 2014
Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang gaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Al Lauh Al Mahfuz)”. (QS. Al An’am: 59)

Menentramkan sekali, ya....

Basa-Basi Yang Basi

Peringatan: Tulisan kali ini akan sangat sarat dengan unsur curhatan. Tapi menurut penerawangan saya, akan banyak yang diem-diem ngomong dalam hati, "Iiiihhh.... guee bangettttt!!" :p
oOo
Minggu lalu ada obrolan HOROR sekaligus seru di grup whatsapp BBI JogloSemar. Tentang apa? Tentang persiapan menguatkan mental menghadapi pertanyaan basa-basi yang benar-benar basi, yang biasanya marak sekali saat event lebaran. Apalagi kalo bukan pertanyaan: KAPAN???

Fiuuhhh.

Alhamdulillah-nya, bahas tema-teman yang sebenernya bikin tingkat kegalauan makin akut gini, sama sekali nggak berlaku di Joglosemar. Adaaa aja cara untuk bisa tetep 'menertawakannya'. Yup, bersama mereka saya tau ada banyak cara menikmati hidup :)



Saya cukup tercengang waktu itu. Eh, ternyata banyak ya yang juga merasakan apa yang saya rasakan. Lebih tercengang lagi karna saya baru tau kalo cowok-pun bisa dibikin galau sama pertanyaan-pertanyaan model begitu. Saya masih inget banget ucapannya Kang Opan dalam obrolan pagi itu. "Aku bener2 nggak nyangka akan masuk dalam fase seperti ini". *Pukpuk Kang Opan* :D

Lalu Mas Dion bilang - kurang lebih, "Mungkin mereka yang tanyanya ttg kapan mulu' tuh karna nggak punya pertanyaan yang lebih menarik, seperti: kamu kasih rating berapa untuk buku ini, dll". Muahahaha. Bisa jadi bisa jadi. Nggak punya pasal, yesss... jadi pasal buat basa-basinya kelewat basi deh :p

Sedihnya, pertanyaan-pertanyaan semacam ini jujur bikin antusiasme menyambut event-event yang memungkinkan kita buat kumpul sama kerabat tuh menurun drastis. Ah ya, pertanyaan kapan yang kita obrolin di sini bukan hanya tentang 'kapan nikah', ya... termasuk 'kapan punya anak', 'kapan nambah anak', 'kapan lulus', de el el. Cuma memang konsentrasi terbesar ada di dua paling awal ituuh. hehe. Emm, sebenernya kami (para korban pertanyaan kapan) nggak selalu sewot sih tiap ditanya begitu. Kami belum terlampau mati rasa kok buat bisa bedain mana 'pertanyaan kapan' yang bener-bener karna peduli, dan mana yang murni cuma buat basa-basi (yang basi) - terlebih yang sekedar mau nyinyir.

Kalo yang bener-benar karna peduli biasanya setelah kita jawab mereka bakal bilang, "Yaudah, yang sabar saja... terus berdoa" (cuma salah satu contoh), tapi kalo yang nyinyir biasanya nyambungnya ke --- "Kamunya nggak usaha sih!" atau "Kok nggak cepetan nyari, to?". Ampun deh... emang barang ilang dicari? :p. Belum lagi soal pertanyaan 'Kapan punya anak'. Bisa-bisanya ada yang nyinyir bilang, "Lho, udah umur berapa kok belum punya anak?", dan herannya yang ngomong gitu tuh sama-sama cewek :(((
Intinya sih kalo tanyanya karna peduli pasti lanjutannya tuh bantu doa dan bantu kasih solusi, bukan malah nyinyir.

Waktu itu Mba Esti menyela (di tengah suasana obrolan yang semakin horor), bilang bahwa mungkin orang-orang yang suka nyinyir sama kita soal hal-hal kayak gitu tuh hidupnya nggak sebahagia kelihatannya. Jadi dia pengen memastikan bahwa hidupnya tetep lebih bahagia dari kita, dengan cara ngulik hal-hal yang kita belum punya dan bikin kita terintimidasi.

Aduh, gimana ya, saya sampe kehabisan kata buat ngungkapin hal ini (kehabisan kata tapi kok panjang banget tulisannya. haha). Jadi gini, kami itu sebenernya sudah (sangat) disibukkan dengan upaya 'berdamai' dengan hati kami sendiri. Lalu, dengan semena-mena, kalian (yang hobi tanya kapan) membuat semua upaya itu porak poranda dalam seketika? Dan yang lebih mengenaskan, kalian tanya bukan dalam rangka benar-benar peduli, tapi semata karna basa-basi. Omaigad. Kalo yang tanya kayak gitu orang sepuh sih kita agak maklum, yaa.... tapi kalo yang tanya tuh temen sendiri yang sebelumnya juga mengeluhkan hal yang sama semacama ini, rasanya tuuhhhh.... pengen nyakar-nyakar tembok!

Trus komentar yang lucu lagi - lupa dari Mba Vina apa Mba Lila, ya? - pertanyaan-pertanyaan kayak gitu tuh nggak bakal berhenti. Belum nikah ditanya kapan nikah, udah nikah ditanya kapan punya anak, udah punya anak ditanya kapan nambah, udah nambah eehhhh dikomentarin banyak banget anaknya. mhihihihi....

Yah intinya sih, hidup tu memang adaaaa aja ujiannya, ya. Termasuk ujian tentang kopan-kapan-kopan-kapan ini. Kita kan nggak bisa ya bikin dunia seisinya berlaku seperti apa yang kita pengen. Kayak kata -- emm, aduh lupa kata siapa -- namanya juga hidup. Tuhan yang menentukan, kita yang menjalani, orang lain yang komentar!. Hihihi

Ah ya, tambahan satu lagi dari saya (nambah terus!), yang hobi nanya 'kapan nikah' itu harusnya besok pas kita beneran nikah amplopnya harus paling tuebeeeellll yaaa.... buat kompensasi atas hati kita yang kayak di silet-silet tiap denger pertanyaan kayak gitu :p

Eeehh, satu lagi satu lagi... salah satu cara kami menikmati 'ujian' ini adalah dengan berjanji buat salaing menghitung berapa kali dapet pertanyaan 'kapan' selama masa libur lebaran ini. haha...

#Ramadhan26: Dosa dan Cara Kita Memandangnya

on
Kamis, 24 Juli 2014
"Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang" 
 (QS. Az Zumar: 53) 

 oOo
 Semalam saya tiba-tiba resah luar biasa. Teringat sebuah dosa (yang mungkin saya anggap) kecil, tapi sering saya ulang :(. Saya resah, dicekam ketakutan. Semakin resah ketika saya dibayangi rasa malu saat mengucap istighfar. Hati saya seperti bilang, "Kamu istighfar, tapi ntar diulang lagi. Kamu pikir Allah nggak bosen?"

Apa itu salah satu bentuk bisikan syaitan? Bukankah Allah nggak pernah bosan mengampuni dosa hamba-Nya yang mau kembali selagi hamba-Nya tidak menyekutukan-Nya? Tapi bukan berarti kita jadi enteng ngulang-ngulang dosa mentang-mentang kita tau Allah Maha Pengampun, kan?? Ah, entahlah... ilmu saya masih tipis sekali soal ini :(

Lalu saya tiba-tiba inget tausiyah dari seorang syekh dari Arab (lupa namanya) dalam acara Wisata Hati-nya Ust. Yusuf Mansur di AnTV dulu. Beliau bilang - kurang lebih, perbedaan orang beriman dengan orang munafik dalam memandang dosa adalah: kalo orang beriman memandang dosa itu seperti gunung yang hendak roboh menimpang, benar-benar menakutkan. Sedang orang munafik memandang dosa hanya seperti seekor lalat yang hinggap di ujung hidungnya, yang bisa diusir hanya dengan mengibaskan tangan. Nah lho... pernah nggak sih kita saat melakukan dosa (yang kita anggap kecil), lalu dalam hati bilang, "Ah, gakpapa... nanti taku istighfar, deh!". Jujur saya pernah :(((

Dan seperti yang sering terjadi sebelumnya, moment-nya selalu pas. Saat saya lagi kepikiran soal itu, buka blog, langsung nemu postingan Mba Prima dengan tema senada. Iya, harusnya kita jauh lebih waspada dengan dosa kecil yang sering diulang-ulang. Karna jangan-jangan justru itu yang kelak bikin kita bangkrut di hari perhitungan. Ah, Ya Allah... Naudzubillah :(((

#Ramadhan25: Khalifah

on
Rabu, 23 Juli 2014
Rasulullah SAW bersabda, “Tidak seorang hamba pun yang diserahi oleh Allah untuk memelihara dan mengurusi kemaslahatan rakyat, lalu dia tidak melingkupi rakyat dengan nasihat, kecuali ia tidak akan mencium bau surga.” (HR al-Bukhari)

oOo
Sudah beberapa bulan ini Indonesia diwarnai dengan drama 'perebutan tahta' sebagai RI 1. Dan, wow... benar-benar luar biasa. Timeline facebook maupun twitter hampir nggak pernah bebas dari status-status tentang itu, link-link bermuatan negatif, saling nyinyir, dll. Hmm, mrinding. Belum lagi konon banyak yang jadi 'berseteru' dengan temannya hanya gara-gara beda pilihan. Bener-bener heran kalo ada yang kayak gitu. Halloooo... kalian bukan anak kecil, kan?

Saya sempat agak terbawa arus 'panasnya' sih. Tapi alhamdulillah segera bisa mengendalikan diri lagi. Saya nggak pernah benar-benar tau siapa dan seperti apa mereka berdua, kan. Takut jatuhnya fitnah kalo asal nge-share tulisan-tulisan yang nggak tau sumbernya dari mana :)

Alhamdulillah 9 Juli dan 22 Juli telah terlewati - dua tanggal penting dalam rangkaian. Saya kira setelah tanggal itu suasana - terutama di dumay - akan lebih segar dan adem. Yang tadinya nyinyir jadi ramah dan arif lagi, yang tadinya musuhan bisa berteman lagi. Menerima hasil dengan bijak dan lapang dada. Eh, ternyata enggak loh. Patah hati deh :(

Emm, yang paling bikin saya heran, kok tahta presiden sepertinya sebegitu menggairahkannya ya bagi mereka - dua pasang calon? Seluruh energi seolah mereka kerahkan demi mendapatkannya. Bahkan beberapa jam setelah pemungutan suara dilakukan, dua-duanya langsung mendeklarasikan kemenangan  atas dasar quickcount versi mereka masing-masing - terlepas dari mana yang benar. Mereka tampak sukacita banget. Emm, jujur saat itu saya heran sekali... kok semuanya jadi kayak kekanak-kanakan, ya? Nggak sabar banget untuk jadi sang pemenang. Ah, entahlah.

Saya pernah baca dan dengar dari seorang kakak di kampus dulu, tentang kisah para sahabat saat diangkat menjadi khalifah. Mereka menangis, karna takut nggak bisa manjalankan amanah yang luar bisa berat sebagai khalifah. Bahkan di tingkat yang jauh lebih rendah, saat pemilihan ketua rohis di kampus dulu, yang dicalonin pasti wajahnya tegang dan ketakutan, bahkan saat dinyatakan terpilih mereka menangis. Alasannya? Takut nggak bisa amanah, kata mereka. Lalu gimana dengan para capres-cawapres kita? Begitu terpilih sujud syukur, mendapat banyak ucapan selamat, dll... seolah mendapat nikmat dan anugrah yang luar bisa besar. Ah, belom benar-benar terpilih saja mereka sudah lebih dulu melakukan :|

Tapi sudahlah. Saya nggak punya sedikitpun hak untuk men-judge mereka. Saya yakin mereka punya niat baik membawa Indonesia ke arah yang lebih baik. Terakhir, Selamat berjuang Pak Jokowi dan Pak JK yang dinyatakan terpilih oleh KPU kemarin. Semoga pertolongan Allah senantiasa mengiringi langkah kalian dalam memimpin negeri ini. Aamiin.

#Ramadhan24: Jilbab dan Prosesnya

on
Selasa, 22 Juli 2014
"Hai Nabi,katakanlah pada istri-istrimu,anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin:”Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka.”Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal,karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS.33  al-Azhab:59)

 
Tadi malem nggak sengaja nemuin buku ini di meja tempat saya biasanya ngetik atau baca. Seneng banget, soalnya buku itu sangat bersejarah buat saya. Bukunya kecil dan tipis - buku saku gitu bentuknya. cuma 40 halaman, tapi isinya padat berisi. Kalo nggak salah yang beliin Mba Nita, waktu saya masih SMP. Dari buku itu untuk pertama kalinya saya tau dan bilang, "Oh, jadi jilbab itu wajib, toh...", dan akhirnya memutuskan pake jilbab begitu masuk SMA.

Tapi waktu itu  pemahaman saya baru bener-bener sepotong. Saya kira berjilbab saat pergi-pergi jauh plus kalo ada acara-acara, itu ya udah cukup, udah bisa dibilang memenuhi perintah berjilbab itu. Jadi dulu saya ke sekolah pake jilbab. Begitu sampe rumah misal disuruh Ibu ke warung ujung jalan, ya pede aja pake celana pendek. Haha.

Barulah saat kuliah alhamdulillah dapet pemahaman yang lebih utuh. Berjilbab itu ya di manapun dan kapanpun, sepanjang di situ memang ada golongan non-mahram kita. Aduh, makanya kadang suka bete kalo pasa malem-malem udah pewe pake baju tidur di ruang tivi trus ada sepupu cowok maen ato ada tamu buat Bapak gitu :|

Saya bersyukur. Bersyukuuuurrr sekali Allah kasih saya pemahaman dan kemauan untuk menunaikan salah satu kewajiban utama seorang wanita ini, meski masih banyak yang harus saya perbaiki lagi di sana-sini. Nggak semua wanita punya itu, kan - meski sekedar kesadaran?? Selanjutnya, saya berdoa semoga Allah mengistiqomahkan saya untuk tetap teguh di jalan ini. Aamiin. 

Yang nggak pernah bosen saya ulang, jangan dong pada hobi mencibir jilbab seseorang gara-gara ia melakukan kesalahan. Pake jilbab nggak bikin wanita jadi malaikat yang nggak bakal salah loh, catet ya! Pernah denger kan orang yang beralibi, "aduh, saya belom pantes pake jilbab, kelakuan aja masih gini", atau "Aku mau jilbabi hati dulu, deh"... itu kayaknya salah satu bentuk ke-parno-an mereka terhadap komentar-komentar kayak semacam, "Ih, pake jilbab tapi kok kelakuan gitu!".

Jadi, buat yang belum pake karna merasa nggak pantes atau belum yakin, yuk langsung pake aja secepetnya :). Nggak ada yang berhak bilang wanita muslim itu nggak pantes pake jilbab kok. Kalo kamu merasa kelakuan masih amburadul (termasuk saya), Insya Allah jilbab akan jadi pengendali yang efektif buat pelan-pelan merubahnya menjadi lebih baik. Yakinlah pertolongan Allah selalu hadir bagi orang-orang yang berjalan menuju-Nya, salah satunya dengan berjilbab :) 

Masjid Arrahmah Purwogondo-Jepara, Anggun nan Menyejukkan di Tengah Keramaian


Masjid Arrahmah Purwogondo, terletak persis di pertigaan Purwogondo – Jepara. Masjid itu berdiri anggun dan amat menyejukkan dipandang, ditengah hiruk pikuk lalu lintas kendaraan dan aktifitas manusia di sekitar situ, karena memang daerha tersebut merupakan titik pertemuan dari beberapa arah dan dekat dengan kawasan pertokoan dan pasar. Hari minggu kemarin saya sholat ashar di Masjid itu. Interiornya sangat indah, dengan nuansa Jepara yang amat kental – terlihat dari banyaknya aksen ukiran di semua kusennya. Suasananya di dalamnya amat syahdu, se-syahdu memandang bangunannya.




#Ramadhan23: Semua Sesuai Porsi

on
Senin, 21 Juli 2014

"Dan tidak satu pun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam kita yang nyata (Lauhul Mahfudz)." (QS. Hud: 6)

Kata Cite, nggak ada yang kebetulan di dunia ini. Segala sesuatu telah diatur. Termasuk orang-orang yang datang dan pergi, semua membawa misinya masing-masing buat kita pelajari.

Dan Allah akan selalu mengirimkan orang yg tepat dan sesuai sama 'kebutuhan belajar' kita, sepanjang kita percaya. Seperti sekarang, Allah mengirimakan mba Primadita sbg teman berbagi banyak hal.

Sebelumnya saya ngefans banget sama mbak satu itu. Di mata saya dia cewek sempurna banget. Smart, sholihah, dll. Tp ternyata enggak juga lho. Mba prima ternyata juga punya rasa minder, punya rasa males, dll.

Karna apa? Sebelumnya saya cuma menilai dari jauh. Namanya menilai dari jauh, hasilnya bisa jauh lebih bagus dari aslinya, bisa juga sebaliknya.

Yah tapi satu hal yang saya ambil pelajarannya, nggak pernah ada hidup orang yg bener-bener sempurna, dan nggak pernah ada hidup orang yg bener-bener buruk. Semua sesuai porsi.

Jadi, nggak perlu lah yaa merasa jadi orang paling menderita saat dapet ujian, lalu iri memandang hidup orang lain yg 'kelihatannya' sempurna sekali. Yakinlah, orang lain jg punya ujiannya sendiri, cm mereka nggak ngeluh atau kita nggak tau :)

Emm, oh ya... Sejatinya nggak pernah ada yang perlu kita khawatirkan, kan yah... Semua sudah di jamin oleh-Nya... Apa yang memang buat kita, pasti akan jadi milik kita - asaall, kita memenuhi hukum sebab akibatnya. Simpelnya, harus tetep ikhtiar ;)

#Ramadhan22: AJAL

Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya. (QS. Al A'Raf: 34)
 
oOo
Kemarin sore saya mrinding baca status teman saya yang suaminya sedang S3 di Belanda. Dia bercerita bahwa yang pada tanggal 16 Juli lalu terbang dengan Malaysia Airlines Dari Amsterdam ke Kuala Lumpur, padahal tadinya beliau sempat berencana pulang pada tanggal 18 Juli.

Saat mereka sahur pertama bersama, mereka tercengang melihat berita. Pesawat Malaysia Airlines dengan tanggal penerbangan 18 Juli ternyata tidak akan pernah mendarat di Kuala Lumpur - melainkan 'mendarat' di Ukraina.
 
Allah...
 
Saya mrinding saat membaca status teman saya tersebut. Betapa segala sesuatu memang sudah ada waktunya masing-masing - tidak maju, tidak mundur - selalu tepat waktu. Tak terkecuali ajal.
 
Semoga Allah melimpahkan kesabran berlimpah bagi keluarga korban MH17. Aamiin.

#LatePost

#Ramadhan21: Balasan Allah

on
Sabtu, 19 Juli 2014

"Apa yang ada di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan Kami pasti akan memberi balasan kepada orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan." (QS. An Nahl: 96)

Hasil buka Qur'an secara random malam ini. Dan Subhanallah... Selalu terasa sebagai nasehat yang sesuai dengan keadaan :)

#Ramadhan20: Istighfar

 
Dari Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu ‘anhuma,
bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wasallam bersabda: Barangsiapa membiasakan beristighfar, maka Allah melapangkan kesempitannya dan memudahkan segala kesulitannya dan memberi rizki kepadanya dari arah yang tiada disangka-sangka”. (HR. Abu Dawud).
 
#LatePost
Dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Barangsiapa yang senantiasa beristighfar niscaya Allah akan menjadikan baginya kelapangan dari segala kegundahan yang menderanya, jalan keluar dari segala kesempitan yang dihadapinya dan Allah memberinya rizki dari arah yang tidak ia sangka-sangka.” (HR. Abu Daud no. 1518, Ibnu Majah no. 3819, Al-Baihaqi dalam As-Sunan Al-Kubra no. 6421 dan Ath-Thabarani dalam Al-Mu’jam Al-Kubra no. 10665) - See more at: http://www.arrahmah.com/read/2013/02/01/26428-keutamaan-memperbanyak-istighfar.html#sthash.nZZ4h9cX.dpuf
Dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Barangsiapa yang senantiasa beristighfar niscaya Allah akan menjadikan baginya kelapangan dari segala kegundahan yang menderanya, jalan keluar dari segala kesempitan yang dihadapinya dan Allah memberinya rizki dari arah yang tidak ia sangka-sangka.” (HR. Abu Daud no. 1518, Ibnu Majah no. 3819, Al-Baihaqi dalam As-Sunan Al-Kubra no. 6421 dan Ath-Thabarani dalam Al-Mu’jam Al-Kubra no. 10665) - See more at: http://www.arrahmah.com/read/2013/02/01/26428-keutamaan-memperbanyak-istighfar.html#sthash.nZZ4h9cX.dpuf
Dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Barangsiapa yang senantiasa beristighfar niscaya Allah akan menjadikan baginya kelapangan dari segala kegundahan yang menderanya, jalan keluar dari segala kesempitan yang dihadapinya dan Allah memberinya rizki dari arah yang tidak ia sangka-sangka.” (HR. Abu Daud no. 1518, Ibnu Majah no. 3819, Al-Baihaqi dalam As-Sunan Al-Kubra no. 6421 dan Ath-Thabarani dalam Al-Mu’jam Al-Kubra no. 10665) - See more at: http://www.arrahmah.com/read/2013/02/01/26428-keutamaan-memperbanyak-istighfar.html#sthash.nZZ4h9cX.dpuf
Dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Barangsiapa yang senantiasa beristighfar niscaya Allah akan menjadikan baginya kelapangan dari segala kegundahan yang menderanya, jalan keluar dari segala kesempitan yang dihadapinya dan Allah memberinya rizki dari arah yang tidak ia sangka-sangka.” (HR. Abu Daud no. 1518, Ibnu Majah no. 3819, Al-Baihaqi dalam As-Sunan Al-Kubra no. 6421 dan Ath-Thabarani dalam Al-Mu’jam Al-Kubra no. 10665) - See more at: http://www.arrahmah.com/read/2013/02/01/26428-keutamaan-memperbanyak-istighfar.html#sthash.nZZ4h9cX.dpuf

#Ramadhan19: Sabar dan Sholat

on
Jumat, 18 Juli 2014

"Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku. Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat. Sungguh Allah beserta orang-orang yang sabar."
(QS. Al-Baqarah: 152-153)

Ah, Al-Qur'an... Sungguh sebenarnya lebih dari cukup untuk menjadi obat. Tak terkecuali obat bagi hati yang tengah dilanda gundah gulana.

#Ramadhan18: Toleransi Beragama

on
Rabu, 16 Juli 2014
"Untukmu agamamu, dan untukku agamaku." (QS. Al Kafirun: 6)
 
oOo
 
Tadi pagi terjadi 'diskusi' tentang 'toleransi beragama' di salah satu grup WA yang saya ikuti. Dan diskusi tersebut bermula justru dari cerita saya tentang suatu kejadian yang saya alami beberapa hari lalu. Ah, saya benar-benar nggak nyangka cerita saya akan berbelok menjadi diskusi seperti itu. Saya lupa atau bahkan baru sadar kalo ternyata background pemikiran di grup tersebut juga cukup heterogen. Emm, kalo tau gitu, saya pasti bakal lebih milih menghindari 'diskusi-diskusi' dengan tema seperti itu.
 
Intinya, ada salah satu teman yang menganggap tindakan saya dalam kejadian tersebut cenderung terlihat 'mengkotak-kotakkan' agama. Oh, oke. Pada dasarnya kita semua punya prinsip masing-masing, ya. Tak terkecuali dalam hal pemahaman tentang toleransi beragama ini. Bagi saya, toleransi tetap ada batasnya. Ada beberapa hal yang bahkan toleransi pun nggak bisa dijadikan dalih atas hal tersebut.
 
Ah, yasudahlah, ya... seperti ayat di atas. Untukmu agamamu, dan untukku agamaku.
 
Yang penting saling mengharagi prinsip masing-masing aja sih kalo saya bilang. Akan jadi nggak lucu ketika kita menuding orang tidak punya sikap toleransi, lalu memaksa orang tersebut untuk mengaminkan prinsipnya. Karna itu berarti dalam waktu yang sama dia sendiri sedang menunjukkan sikap nggak mampu bertoleransi atas prinsip orang lain. Gitu kan, yah?

#Ramadhan17: Setinggi Langit Seluas Bumi

Dari Anas ra. Berkata, saya mendengar Rasulullah saw. bersabda, Allah swt. berfirman,
"Wahai anak Adam, selama engkau memohon kepada-Ku niscaya Aku ampuni segala dosamu yang telah kamu lakukan dan Aku tidak peduli.
Wahai anak Adam, jika dosamu sampai setinggi langit lalu Engkau minta ampun kepada-Ku nisacaya Ku-ampuni.
Wahai anak Adam, jika engkau datang kepada-Ku dengan membawa kesalahan seluas bumi lalu engkai bertemu dengan-Ku dalam keadaan tidak menyekutukan-Ku sedikitpun, niscaya Aku datang kepadamu dengan ampunan seluas bumi pula."
(Hr. Tirmidzi dan ia berkata bahwa hadist ini hasan shahih)

Mrinding gak sih? Subhanallah...

#Ramadhan16: Saling Berkasih Sayang

on
Senin, 14 Juli 2014
"Engkau (Muhammad) Tidak akan mendapatkan suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapaknya, anaknya, saudaranya, atau keluarganya. Mereka itulah orang-orang yang dalam hatinya telah ditanamkan Allah keimanan dan Allah telah menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang dari Dia. Lalu dimasukkan-Nya mereka ke dalam syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah rida terhadap mereka dan mereka pun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Merekalah golongan Allah. Ingatlah, sesungguhnya golongan Allah itulah yang beruntung." (QS. Al Mujadalah: 22)

oOo
Semoga kita dikaruniai Allah sanak keluarga, kerabat, sahabat dan teman yang tak hanya saling menyayangi di dunia, tapi Allah ijinkan terus berlanjut hingga ke negeri Surga sana. Aamiin :')
Kuncinya mungkin satu, saling berkasihsayang karna Allah.

**Alhamdulillah kemarin akhirnya kesampaian salah keinginan saya untuk tarawih di masjid utama sebuah kota. Kali ini baru bisa di Masjid Agung Kudus, bareng Nindhi sekalian buka bareng. Dan iya, syahdu sekali bacaan Al-Qur'an Imamnya. Semoga tahun depan bisa ngrasain tarawih di Masjid Agung Jawa Tengah-Semarang. Lalu suatu saat di masjid Nabawi atau Masjidil Haram. Aamiin Ya Rabb... :')

#Ramadhan15: Angkuhnya Iblis

on
Minggu, 13 Juli 2014

"Allah befirman: " Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada adam) di waktu aku menyuruhmu?" Menjawab Iblis, "saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api, sedang dia Engkau ciptakan dari tanah" " (QS. Al-A'raf: 12)

Semoga kita tidak mewarisi keangkuhan iblia yang merasa 'lebih keren' dari Adam hingga melanggar perintah Allah. Aamiin.

#Ramadhan14: Belajar Parenting, Tentang Porsi Kasih Sayang Untuk Anak

on
Sabtu, 12 Juli 2014
"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (QS. At-Tahrim: 6)
 
oOo
 
Baca tentang kisah seorang ibu di Gaza yang mengantarkan anaknya untuk turut menjadi pejuang, saya mrinding. Benar-benar tidak terbayang kecamuk perasaan manusiawi sebagai seorang ibu yang teramat menyayangi anaknya, bercampur keteguhan iman serta keyaknan atas janji Allah jika ia merelakan anaknya berjuang di jalan-Nya. Tidak lama setelah membaca kisah tersebut, saya lalu membaca postingan terbaru di web parenting nabawiyah. Ah, membaca judulnya saja hati saya bergetar. "Ibu, Kuatlah Demi Surga Anakmu..."

Dalam artikel tersebut diceritakan tentang kisah Asma yang dimintai ijin oleh Abdullah bin Zubair untuk berangkat ke medan perang, dengan jumlah pasukan yang tidak sebanding. Asma, meskipun tau persis resiko besar dibalik peperangan tersebut adalah kehilangan anaknya, tak mengjinkan anaknya mundur sedikitpun dari peperangan tersebut -- justru menyemangatinya. Apa lagi yang menguatkannya jika bukan keyakinan atas janji Allah akan surga-Nya -- mengalahkan perasaan manusiawinya sebagai seorang ibu.

Bagaimana dengan fenomena hari ini? Di sekitar saya, banyak saya jumpai ibu yang 'salah' menempatkan kasih sayangnya. Mengartikan kasih sayang dengan memberikan apapun yang diminta sang anak, memastikan anak terus-terusan ada di zona nyaman, dll. Padahal bukankah there is no growth in the comfort zone?
 
Saya terlampau sering melihat seorang anak yang merengek meminta sesuatu, ditolak oleh ibunya, lalu sang anak menangis meraung, lalu luluhlah hati ibunya, dan memilih untuk menuruti. Jelas saja sang anak saat itu telah belajar bahwa menangis adalah senjata ampuh agar semua keinginannya dikabulkan. Apalagi soal membiasakan anak untuk sholat, mengaji, puasa, dll. Berapa banyak ibu yang beralasan, 'Ah, kasihan, tidurnya masih pulas...' saat hendak membiasakan anaknya sholat subuh?! Berapa banyak ibu yang berkata, 'Ah, tidak tega, kan belum wajib, nanti lemes...' saat hendak mengajari anaknya berpuasa ramadhan.

Saya juga miris melihat tidak sejalannya visi dan misi, baik antara Ayah dan Ibu, atau dengan lingkungan keluarga terdekat yang lain. Beberapa kali saya melihat seorang ibu tegah menegur anaknya tentang suatu hal, lalu tiba-tiba sang Ayah mengeluarkan statement pembelaan bagi sang anak, di depan sang anak langsung. Atau seorang kakek/nenek yang mengabulkan permintaan cucunya, padahal permintaan tersebut sebelumnya tidak dikabulkan oleh orang tuanya. Tentu saja sang anak telah belajar bahwa perkataan ayah-ibunya tidak harus selalu dipatuhi, karna masih ada pihak lain yang akan 'membelanya' dan mengabulkan permintaannya.

Ah, tapi saya lebih dari tau dan sadar, bahwa semua itu memang tidak mudah. Saya baru sebatas belajar teori semata. Beberapa hari lalu saya mendapat gambaran tentang betapa susah menguatkan hati untuk 'tega' demi mendidik seorang anak. Saat keponakan pertama saya yang baru tahun pertama belajar berpuasa merengek pada saya untuk diijinkan minum karna merasa sangat haus setelah main sepeda. Berat sekali rasanya bertahan untuk tetap 'tega' membiarkannya kehausan, meski alhamdulillah akhirnya saya berhasil mengalihkan perhatiannya. Saat itu saya kemudian tau apa gerangan yang membuat banyak ibu terlampau tak berdaya menolak permintaan sang anak.

Allah memang menganugrahkan perasaan sayang yang tak terhingga luasnya di hati seorang ibu untuk anaknya. Namun itu bukan berarti para ibu boleh saja mengekspresikannya dengan tak terhingga pula. Sesuatu yang tidak sesuai porsi dan tidak sesuai tempat memang selalu tidak baik. Tak terkecuali dengan kasih sayang.

"Bila ibu tidak tega mengajarkan anak hafalan, dengan alasan kasihan masa kecilnya dihabiskan untuk serius bukan untuk bermain; yakinkah anak kita akan menjadi anak yang menyematkan Quran dalam dadanya di setiap waktu hidupnya?
Jika tidak tega mengajarkan anak sholat lima waktu dengan alasan belum wajib baginya dan khawatir membangunkannya terlalu pagi; Maka yakinkah anak kita akan menjalankan dan menjaga sholatnya hingga maut menjemputnya?
Bila tidak tega mengajarkan anak berpuasa dengan alasan masih kecil, khawatir kurang gizi dan alasan lainnya; Yakinkah anak kita nantinya akan menjaga puasanya semulia puasa Abdullah bin Zubair?"
(Kutipan dari artikel "Ibu, Kuatlah Demi Surga Anakmu" - www.parentingnabawiyah.com)

#Ramadhan13: Laki-Laki dan Perempuan

on
Jumat, 11 Juli 2014
"Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu´, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar." (QS. Al Ahzab: 35)

oOo
Semoga kita termasuk dalam golongan orang-orang yang disebut dalam ayat tersebut. Aamiin :')

#Ramadhan12: Tasbih

"Tidakkah engkau (Muhammad) tahu bahwa kepada Allah-lah bertasbih apa yang di langit dan di bumi, dan juga burung yang memgembangkan sayapnya. Masing-masing sungguh telah mengetahui (cara) berdoa dan bertasbih. Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan." (QS. An Nur: 41)

Tuh kan, apa yang di langit dan di bumi bertasbih pada Allah. Masa' kita enggak?! ;)

Cowok Korea VS Cowok Lokal

on
Kamis, 10 Juli 2014
Ini tulisan nggak penting. Kalo nggak penting ngapain ditulis? Pengen aja sih. Blog, blog siapa? *sinis* :D
Jadi kalo lagi ada hal yang lebih penting untuk dilakukan, mending nggak usah dilanjutin baca. Kalo mau tetep baca, yaa... makasiiihhhh *hug

Sebulanan ini saya punya 'hiburan' baru: ngobrol sama anak-anak BBI joglosemar via whatsapp. Orangnya asyik-asyik, ramah, kocak, dll. Dan kerennya lagi mereka itu para pelahap buku. Awalnya minder sih gabung sama mereka. Tapi karna merekanya humble banget, ya akhirnya nyaman-nyaman aja :)

Emm, saya nggak mau cerita soal itu sebenernya di tulisan ini. Saya mau cerita soal salah satu obrolan random tadi pagi di group tersebut. Setahu saya tadinya bahas kismis semalem (iya, kita punya kebiasaan menikmati kismis tiap malem. kismis, alias kisah misteri, hihi) yang untuk pertama kalinya mempengaruhi alam bawah sadar saya. Tapi, yah namanya juga obrolan random, akhirnya sampe ke sebuah sub-tema yang, em, bagi saya menarik buat ditulis.

Mba Dani - salah satu anggota joglosemar - kebetulan sedang menimba ilmu di negeri gingseng sana. Nah, trus dianya tadi pagi cerita tentang salah satu karakteristik cowok Korea:


Jadiiii... menurut cerita Mba Dani, cowok Korea itu paling takut kena air hujan. Soalnya mereka takut BB creamnya luntur. Aduh, capedeehhh.... terkesan cemen nggak sih -____-'

Nah, apa kalian salah satu yang tergila-gila sama artis-artis cowok Korea yang konon guanteng-guanteng (kata orang-orang, bukan kata saya) itu? Lalu saking tergila-gilanya kalian pernah berkhayal menjalin kisah-kasih dengan cowok Korea dan berharap kisah cinta kalian akan super-duper romantis bak di drama-drama Korea itu? Jika jawabannya iya, kalo kata saya sih mending dibuang aja deh khayalannya... kayaknya lebih besar kemungkinan kecewanya. Hihi

Kok gitu? Coba deh bayangin, kalo misal pada suatu waktu kalian berantem hebat sedangkan di luar hujan deras, trus kamu berlari ninggalin dia nerobos hujan dan berharap dia ngejar kamu (mungkin kamu mikir, 'aha! ini kesempatan untuk menciptakan adegan romantis bak di pilem-pilem') -- maka kamu akan kecewa. Mereka bakal mikir berkali-kali kayaknya... em, paling tidak berpikir: "Payung mana, payung???!!!" :D

Nah, beda banget kan sama cowok lokal Indonesia? Beuh, jangan ditanya... konon mereka rela mendaki gunung, menyebrangi samudra demi cinta. Haha. Yah meski kadang sekedar disuruh 'berhenti merokok' demi cinta aja nggak sanggup, ya. Kalo pinjem istilah gegap gempita debat capres beberapa saat lalu: Ini blunder! :D

Intinyaaa... saya beneran geli sih denger cerita di atas. Ya Allah... saya aja seneng banget kalo bisa ujan-ujan. Hihi. Dan itu membuat saya semakin fanatik sama produk dalam negri, dan sama sekali semakin nggak tertarik sama personil SuJu dan lain lain ituuh. Haha... #ApaSih #Nglantur

#Ramadhan11: Riya

on
Rabu, 09 Juli 2014

Nabi Muhammad bersabda, "Sesungguhnya yang paling aku takuti pada kalian adalah syirik kecil." Sahabat bertanya, "Apa itu syirik kecil?" Rasulullah menjawab, "Riya. Allah akan berkata di hari kiamat ketika membalas amal-amal hamba-Nya, 'pergilah kamu sekalian orang-orang yang berbuat riya di dunia dan perhatikanlah, apakah kamu sekalian mendapatkan balasan?'" (HR. Ahmad)

Mari merenung dan bertanya pada hati masing-masing :)
Semoga Allah memberi kita kemampuan untuk mengistighfari tiap laku yang mungkin terselip riya di dalamnya.

#Ramadhan10: Sepuluh Hari Pertama

on
Selasa, 08 Juli 2014
Dari Salman Al-Farisi Radhiyallahu Anhu. Diceritakan bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Berkhutbah menjelang Ramadhan,diantara isi khutbah beliau,
“Siapa saja yang memberi buka kepada orang yang shaum dengan seteguk susu, sebiji kurma, atau seteguk air, dan siapa yang mengenyangkan orang shaum maka ALLAH akan memberi minum dari telaga dengan satu tegukan, yang menyebabkan tidak haus sampai masuk surga. Inilah bulan, yang awalnya adalah Rahmat, Pertengahannya Maghfirah, dan akhirnya ‘Itqun Minan nar (pembebasan dari api neraka). Perbanyaklah melakukan 4 hal dalam bulan Ramadan”

 Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu,dimana ia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Bersabda :
“Awal bulan Ramadhan adalah Rahmat, pertengahannya Maghfirah, dan akhirnya ‘Itqun Minan Nar (pembebasan dari api neraka).

oOo

Nggak kerasa, yah... sepuluh hari pertama sudah hampir berlalu. Sudah dapet apa? Sudah tilawah sebanyak apa? Sudah sebagus apa kualitas puasanya? Sudah Berapa kali ninggalin tarawih? Sudah semakin pinter mengendalikan hawa nafsu?

Yuk, dijawab di hati masing-masing :)

Semoga kita termasuk orang-orang yang berhak mendapatkan rahmat di sepuluh hari pertama Ramadhan ini ya, sahabat . Aamiin :)

 

#Ramadhan9: Bakti Pada Orang Tua

on
Senin, 07 Juli 2014

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada kedua orang tua dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka, dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (Qs. Al-Israa: 23

oOo

Duh, saya kelu tiap mau ngomongin soal kasih/bakti pada orang tua. Membaca ayat itu, jujur saya gentar sekali. Berkata 'ah' saja tidak boleh. Sedangkan saya? Berapa kali mengeluarkan kata-kata yang lebih menyakitkan dari itu -- sadar ataupun tidak.

Beberapa hari lalu saya bersama ibu dan kakak nengok seorang kerabat yang habis mengalami kecelakaan. Saat itu Ibu dititipi oleh ibunya si kerabat berupa sejumlah uang -- siapa tau nanti kehabisan uang -- begitu kata ibu beliau. Dan saat titipan tersebut diberikan ibu pada si kerabat, beliau malah seketika menangis tersedu-sedu -- ingat ibunya. Ya, Bapak-Ibunya memang sudah memasuki usia sangat senja. Bahkan keadaan bapaknya sudah seperti orang koma. Ia empat bersaudara, tapi hanya dia yang mau merawat bapak-ibunya -- mencucikan baju yang penuh kotoran, dll. Padahal ia tak tinggal dekat dengan Bapak-Ibunya. Ia menangis. Menangisi ibunya yang punya empat anak tapi harus melewati masa senja dengan masih 'apa-apa sendiri', bahkan masih ia repoti. Perih sekali melihat sedu sedannya saat itu.

Ah, hati saya seperti dicubit saat itu. Teringat Ibu yang beberapa kali menggumam doa, berharap lebih dulu dijemput ajal sebelum masa ia kembali seperti bayi -- karna tidak ingin merepotkan anak-anaknya. Ah,betapa selama ini benak dan batin bapak-ibu kita dibayang-bayangi berbagai keresahan -- yang seringkali kita acuhkan.

Iya, ternyata bakti saya belum ada seujung kuku. Semoga masih ada cukup waktu.


#Ramadhan8: Yang Umum Tidak Selalu Benar

on
Minggu, 06 Juli 2014

"Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang ada di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah)." (QS. Al-An'am: 116)

Dijaman dimana logika manusia sudah semakin terbolak-balik, semoga kita diberi kemampuan untuk melihat mana yang benar-benar benar, dan mana yang kelihatannya benar tapi ternyata tidak benar.

Contoh kecil, menutup aurat dengan baik itu benar. Tapi di mata beberapa orang, itu kolot, tidak gaul, dll.

:)

#Ramadhan7: Tidak Ada Yang Sia-Sia

on
Sabtu, 05 Juli 2014
 
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.” (QS. Ali Imron: 190)

“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.” (QS. Ali Imron:191)

oOo
Ya, tiada Allah ciptakan semua ini dengan sia-sia... saya percaya :)

#Ramadhan6: Rizki Dari Arah Tak Terduga

on
Jumat, 04 Juli 2014
"dan Diamemberinya rizki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu" (QS. At Talaq: 3)

oOo
Subhanallah walhamdulillah... pagi ini saya mendapat rizki dari arah yang benar-benar tidak saya duga.  Ketika sebuah paket berisi satu set pakaian syar'i datang ke alamat kantor atas nama saya, dengan pengirim @BerbagiHijabID. Sampe saat ini saya masih bingung kok bisa dapet kiriman, soalnya nggak pernah merasa daftar, atau apapun. Anyway, lagi-lagi Alhamdulillah... bisa buat lebaran, untung belum beli :)

Ah ya, saya juga jadi ingat sama tulisan ini. Mungkin ini salah satu isyarat 'dukungan' Allah atas niat saya. Semoga. Aamiin.

#Ramadhan5: Konsep Doa

on
Kamis, 03 Juli 2014
La ilaha illa Anta, subhanaKa, inni kuntu minazh zhalimin. Tiada Ilah sesembahan haq selain Engkau. Maha Suci Engkau; sungguh aku termasuk orang yang berbuat aniaya.” (QS Al Anbiya’ [21]: 87)
 
oOo
Kemarin saya  baca tulisan Ustad Salim A Fillah. Dan... ngrasa tersentil. Selama ini kita -- kebanyakan orang di jaman ini, khususnya saya -- lebih sering disibukkan sama konsep 'kekuatan pikiran' yang sedang naik daun akhir-akhir ini. Konsep yang menekankan bahwa saat kita berdoa kita harus menjelaskannya secara detail, bahkan termasuk 'deadline' terkabulnya pinta kita... bahwa kita harus selalu membayang-bayangkan apapun yang kita pinta karna konon 'Semesta memberikan apa yang kita pikirkan', bla bla bla...

Tidak. Saya tidak sedang menyalahkan atau mencel konsep tersebut. Saya termasuk yang setuju kok sama konsep di atas. Bukankah konsep tersebut juga selaras dengan salah satu hadist yang mengatakan bahwa Allah sesuai dengan persangkaan hamba-Nya?! Iya, saya tidak sedang mencela, saya hanya sedang menyeimbangkan mainse.
 
Tulisan Ustadz Salim diatas benar-benar mengingatkan saya. Mengingatkan agar saya tidak over pede sama kekuatan pikiran saya sendiri, lantas membuat rasa pasrah saya pada Allah jadi berkurang. Takutnya, kalo mainset hanya terpaku pada konsep di atas tanpa diseimbangkan, saat apa yang kita pinta dalam doa terwujud, kita akan berpikir, "Nah, kan... itu karna kekuatan pikiran saya", sedang Allah jadi nomor sekian. Mengingatkan kita juga untuk, yuk tengok cara para nabi dalam berdoa. Salah satu contohnya adalah doa nabi Yunus saat tengah berada dalam perut ikan, seperti yang ada di awal tulisan ini.
 
Yah, begitulah. Mungkin sudah waktunya kita (saya) belajar tentang kepasrahan, ketundukan, serta merendahkan diri di hadapan Allah dengan serendah-rendahnya. Berikut kutipan random dari tulisan Ustad Salim. Lengkapnya, silakan baca di blog beliau.
 
Doa Yunus, betapa sederhana. Tapi indah dan mesra. Akrab dan hormat. Takzim dan syahdu. Demikianlah pada pinta para Nabi di dalam Al Quran, kita menemukan lafazh doa, ruh tauhid, sekaligus keindahan adab. Hari ini, ketika kita disuguhi fahaman antah berantah bahwa doa harus dirinci-rinci, dibayang-bayangkan, dan dijerih-jerihkan; seakan dengan demikian ia lebih cepat dikabulkan, mari berkaca pada doa Yunus.

Tak ada di sana pinta untuk mengeluarkannya dari perut ikan, apalagi desakan agar segera. Tak ada di sana rajuk-rajuk manja, hiba-hiba memelas, apalagi kalimat perintah yang pongah. “Doa Dzun Nun, ‘Alaihis Salam”, demikian menurut ibn Taimiyah, “Adalah di antara seagung-agung doa di dalam Al Quran.” Doa itu mengandung 2 hal saja, merunduk-runduk mengakui keagungan Allah, dan berlirih-lirih mengadukan kelemahan diri.
 
Selanjutnya, kita menginsyafi bahwa hanya Allah-lah sandaran terkuat, terkokoh, terhebat. Bukan diri, ilmu, ataupun hal-hal yang kita daku sebagai milik yang menjadi tempat bergantung. Bukan anak maupun pasangan, bukan kerabat maupun kawan, bukan rekan ataupun atasan. “Aku bertawakkal hanya kepada Allah”, adalah ikrar kepasrahan kita. Bahwa tiap tapak yang terayun serta tiap langkah yang terpijak ini, Allah-lah yang mengatur, mengarahkan, dan menepatkannya.
 
Wallahu a'lam Bishawwab...

#Ramadhan4: Tentang Cinta

on
Rabu, 02 Juli 2014
”Barang siapa yang mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberi karena Allah, dan tidak memberi karena Allah, maka sesungguhnya dia telah memperoleh kesempurnaan iman”. (HR. Abu Dawud)

oOo
Ramadhan gini ngomongin cinta gakpapa kali, yaa... kan bukan cinta dalam konotasi negatif, Insya Allah. Tapi saya juga nggak meh bahas cinta yang merujuk hadist di atas sih. Aduh, belum nyampe ilmu saya. Hadist di atas saya sertakan buat... em, buat bahan perenungan dan pelajaran masing-masing diri aja kali, yee :)

 Beberapa hari lalu saat bertemu dengan Mbak Esti pas kebetulan beliaunya sedang ada di Jepara, kami ngobrol random seperti biasa. Nggak tau deh awalnya ngomongin apa, yang jelas Mba Esti lalu bercerita tentang - entah DP entah status - temannya, yang kurang lebih bilang, "Kenapa sih saat seseorang ditakdirkan jatuh cinta tuh ya enggak sama orang yang udah pasti balas cinta juga" (Intinya mungkin kenapa Allah nggak 'membuat' semua cinta itu pasti berbalas).

Hihi, iya juga, yaa... jadi kan nggak perlu ada orang patah hati, merana karna cinta, dll. Etapi kalo dipikir-pikir, nanti dunia sepi dong? Itu para penulis novel, penulis lagu, penulis skenario, dll dapet inspirasi darimana, coba?! Yah akhirnya kembali lagi, Allah Maha Pembuat Skenario terbaik, dan meletakkan segala sesuatu dengan ukuran yang selalu TEPAT. Toh Allah juga sudah membekali kita dengan akal dan hati, biar kita bisa melewati macem-macem lika-liku hidup, termasuk soal cinta-cintaan. Gitu kali, ya?

Waktu itu Mbak Esti juga sempet bilang, beliau suka kasian kalo liat seorang wanita sukaaa banget sama cowoknya, trus cowoknya malah cuek, ato sebaliknya. Hal senada juga pernah saya obrolin sama kakak perempuan, betapa cinta itu aneh sekali. Kami pernah melihat beberapa kasus, seorang laki-laki cintaaaa banget sama seorang wanita, sampe berjuang mati-matian agar si wanita mau nikah sama dia. Eehhh si wanita malah milih laki-laki lain, yang kemudian akhirnya justru tidak memperlakukan dia dengan baik. Dudududuh...

Ah, saya jadi ingat sama seseorang (ecieee). Bukan, ini bukan seseorang yang saya cinta *halah, bahasa saya*. Dia temen SMP. Katanya sih dulu naksir saya ceritanya. Sampe hampir seluruh sekolah tau, bahkan beberapa guru -___-. Berhubung saya pubernya telat, belom 'connect' sama cinta-cintaan waktu itu, bukannya menyambut tapi malah jadi sebel plus benci sama tu orang. Saya ngrasa dia bikin hari-hari saya di sekolah jadi suram. Setelah lulus SMP, saya kira semuanya selesai. Apalagi saya milih masuk SMA yang beda Kabupaten sama sekolah yang dipilih mayoritas temen SMP saya, termasuk si dia itu. Paling sesekali kalo ketemu sama temen akrabnya dia yang saya juga lumayan akrab digodain, disalamin, yah cuma gitu-gitu aja, dan saya nganggepnya bisa-bisanya dia aja.

Waktu masuk kuliah dan mulai punya akun FB, nama dia muncul, nge-add saya. Beberapa kali nyapa komen, paling sering nyapa lewat inbox, lebih banyak saya cuekin -- yah sesekali saya jawab sih kalo dia nyapanya pake salam. hihi. Lalu pernah suatu hari dia, seinget saya waktu sudah kuliah semester akhir, dia inbox minta no hape. Saya bilang, nggak usah ya, cukup lewat FB aja. Aduh, bukannya sombong atau masih sebel sama dia, cuma saya mikirnya... ah, pokoknya mending nggak usah deh. Ehh, waktu udah lulus kuliah, pas ke pantai, saya lihat dia lagi sama cewek. hihi. Sayangnya nggak sempet nyapa. Eeehh, beberapa hari setelahnya dia nyapa lagi lewat chatt FB. Kali itu saya ladenin, trus saya cerita habis lihat dia di pantai tempo hari sama cewek. Trus dia cerita ternyata cewek itu tunangan dia, dia bentar lagi mau nikah, minta didoain, plus minta saya dateng pas acaranya.

Selang beberapa bulan, dia beneran kasih saya undangan yang dititipin ke temen dia yang juga akrab sama saya itu. Daaann, tau nggak siihh... beberapa hari sebelum hari H nikahnya dia dia inbox saya lagi. Dan parahnya dia bilang bahwa sebenernya dia pengen nikahnya sama saya, tapi saya nggak pernah terlihat membalas perasaan dia. What? Waktu itu saya nggak mikir perasaan dia sih. Saya malah mikirin gimana perasaan calon istrinya kalo tau dia ngomong kayak gitu :(

Terus sehari sebelum Ramadhan kemarin, saya ketemu sama temen dia yang akrab sama saya itu. Ngobrol random, trus jadi bahas itu lagi. Trus saya cerita soal inbox temennya menjelang hari H pernikahannya itu. Dan si temennya bilang, ya mungkin memang masih ada rasa yang tertinggal buat saya, soalnya saya cinta pertama dia. Saya tertegun, dan bener-bener baru saat itu sadar bahwa saya pernah mematahkan hati teman SMP saya itu. Beneran saya sebelumnya nganggep gak seserius itu. Sampe beberapa saat lalu, dia tetep beberapa kali nyapa saya lewat inbox :(. Semoga sapaan dia murni sapaan pertemanan, Aamiin. Tapi saya salut banget sama dia, karna dia tegas memutuskan menyegerakan nikah dan nggak bermenye-menye ria sama perasaan yang katanya cinta pertama itu.

Saya sendiri baru sekali ngrasain perasaan super aneh yang sepertinya bisa disebut jatuh cinta. Yup, bener-bener baru sekali, waktu kelas 1 SMA, dan bertahan sampe sekitar, emm... 3-4 tahunan kalo nggak salah. Dan sayangnya saya menjatuhkan cinta untuk pertama kalinya ke tempat yang salah. Kenapa salah? Karna dia non muslim. Haha. Iya saya memang bodoh. Tapi sekarang udah rada pinter kok *pede*. Udah nggak ada sisanya setitikpun, Insya Allah. Kadang nyesel sih kok pernah sebegitunya dulu. Tapi juga di sisi lain bersyukur, karna (mungkin) pernah jatuh cinta sama non-muslim justru merupakan titik balik munculnya keinginan saya untuk lebih mengenal dengan baik agama saya.

Aduh, cerita saya panjang banget dan semakin nglantur , yee. Intinya saya mau bilang, harusnya kita-lah yang mengendalikan perasaan (cinta), bukan perasaan yang mengendalikan kita. Karna kalo perasaan yang mengendalikan kita, maka ia akan dengan mudah merusak diri kita. Lihat deh tuh orang-orang yang demi cinta melakukan hal-hal konyol - bunuh diri, pake narkoba, dll. Sedih juga lihat asumsi orang-orang sekrang yang sebegitu mengagungkan cinta sampe 'tega' melanggar macam-macam norma. Rela zina (katanya) demi cinta, rela pindah agama (katanya) demi cinta, dll. Naudzubillah.

Yang saya selalu berusaha inget-inget adalah kalimat (saya lupa siapa yang pernah bilang ini): Cinta itu memang buta, maka syari'at ada untuk jadi penuntun kita. Jadi jangan malah menerjang syari'at demi cinta. Itu sih sama aja dengan dengan sukarela siap nyungsep di jurang namanya :)

#Ramadhan3: Janji Allah

on
Selasa, 01 Juli 2014


"Barangsiapa yang mengerjakan amal shaleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik, dan sesungguhnya, akan Kami berikan (pula) balasan kepada mereka, dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan." – (QS. An Nahl:97)

 oOo
Ini lho janjinya Allah buat kita. Masa' nggak pengen sih? :)

Signature

Signature