Dok. Pribadi. Maaf ga nyambung sm judul 😁 |
Beberapa hari ini hati saya mendung, gara-gara terus terngiang berita pembunuhan seorang driver GoCar di Semarang -- yang mirisnya dilakukan oleh 2 orang anak kelas 1 SMK 😭😭😭
Beneran saya ikutan sedih sekali. Padahal saya sama sekali gak kenal si korban Almarhum.
Sedih, selain karna -- duh, betapa kejahatan beneran semakin marak -- juga (utamanya) karna, si korban adalah seorang ayah baru dari anak laki-laki berusia dua bulan 😭😭😭
Allahu Rabb...
Nulis ini aja hati saya rasanya sesak dan hampir nangis tapi ditahan karna maluuu (lagi di kantor) 🙈
Baca juga: Mengingat Kematian
Di pikiran saya berkelebatan wajah bahagia suami saya ketika Faza lahir. Wajah bahagianya setiap melihat Faza. Tawa lepasnya Faza tiap bercanda sama ayahnya, yang gak pernah selepas itu ketika bercanda sama ibu. Lalu diri saya sendiri yang amat bahagia melihat semua itu.
Lalu secara bergantian, saya terbayang wajah anak di Almarhum korban, wajah si korban semasa hidup saat berfoto dengan anaknya, lalu terbayang seberat apa kondisinya saat ini bagi si istri.
Almarhum korban sekarang sudah punya urusannya sendiri di alam sana, sudah selesai urusannya di dunia. Tapi si istri? Pastilah harus tertatih menguatkan diri, menahan rindu, menahan amarah pada pelaku... lalu membesarkan si anak tercinta tanpa ada lagi ayahnya.
Anak umur 2 bulan yang kehilangan kesempatan bercanda bercengkrama dengan ayah tercintanya... aahh, saya kehilangan kata-kata 😭😭😭
Tentang kehilangan, memang gak pernah sederhana untuk dibicarakan. Sialnya, kehilangan gak pernah memberi kabar ataupun ancang-ancang. Kapanpun waktunya datang, ya datang. Tanpa peduli siap atau gak.
Saya pernah dicekam rasa takut kehilangan yang teramat-sangat beberapa bulan lalu. Saat Faza belum genap enam bulan.
Saat itu, suami merasakan sebuah keluhan. Suami periksa ke dokter Faskes, dan dokter Faskes seperti mengentengkan sekali keluhan suami, lalu memberi obat pereda nyeri yang tidak sedikitpun membantu.
Puncaknya (dan bodohnya), kami mencari jawaban dengan cara googling. Tau kan googling tentang suatu gejala sakit itu hasilnya kayak apa? 😪
Saya diam-diam ketakutan. Tapi berusaha menutupi rasa takut itu di depan suami. Ternyata, suami juga merasakan ketakutan yang sama. Lalu pada suatu siang, usai jama'ah sholat dhuhur tiba-tiba tangis kami pecah bersamaan 😭😭😭 Kami berpelukan eraaattt sekali. Berbagi rasa takut yang sama.
Katanya, kita gak akan pernah merasa kehilangan jika kita gak pernah merasa memiliki.
Kita juga pasti sudah fasih tentang teori semua yang kita punya di dunia hanyalah titipan semata. Kalau kita benar-benar merasa semua titipan, harusnya gak perlu ada rasa takut kehilangan.
Tapi sebagai manusia biasa yang imannya masih terseok-seok, jujur saja masih sangat sulit menerapkannya.
Kalau teman-teman gimana, pernah merasa takut kehilangan gak? Kehilangan apa yang paling bikin kalian merasa ketakutan?