Amalia: Wanita Berotak Brilian Yang Memilih Ibu Rumah Tangga

on
Sabtu, 23 Januari 2016
'Pertikaian' antara Fulltime ibu rumah tangga dan Ibu yang memilih berkarier di luar rumah tampaknya masih belum juga bosan dibicarakan, ya. Sudah banyaakkk sekali tulisan-tulisan yang isinya membanding-bandingkan dua pilihan tersebut. Terakhir yang menuai kontroversi sih tentu saja tulisan Pak Ustadz &%#ix itu. Hehehe. *sungkem*.

Tulisan saya yang ini Insya Allah ga berniat membanding-bandingkan dua pilihan itu. Bagi saya -- walaupun saya belum ada di kondisi di mana saya harus memilih -- dua pilihan tersebut tidak akan pernah bisa dibanding-bandingkan. Ini soal pilihan hidup, yang pengambilan keputusannya pastilah didasarkan pada banyaaakkk sekali pertimbangan. Dan jangan lupa, hidup satu orang tidak akan pernah sama kondisinya dengan hidup orang lain.

Saya hanya ingin bercerita tentang Amalia. Dia sahabat saya sejak jaman masih duduk di bangku kuliah. Ia wanita cantik, anggun pembawaannya dan lembut tutur katanya. Yang terpenting, Amalia punya otak brilian. IPK cumlaude, pasti. Bahasa inggrisnya cas cis cus. Bahkan berkat paper yang ia tulis dalam bahasa inggris yang berjudul, 'The Impact Of Target Setting On Management Motivation and Performance' Amalia terpilih untuk menjadi salah satu pemakalah di Simposium Nasional Akuntansi di Purwokerto dan Call For Paper: International Conference di Bali pada tahun 2010.


Amalia saat menjadi pemakalh

Kami -- teman-teman sekelasnya -- rasanya punya alasan kuat jika menduga Amalia pastilah akan menjadi salah satu teman kami yang kariernya cemerlang. Minimal jadi dosen, lalu lanjut studi ke luar negeri, bla bla bla. Yup, bukan hanya kami rasanya. Dosen-dosen kami (yang dekat dan tahu kualitas Amalia) juga menggadang-gadang Amalia sebagai dosen di masa depan. Karna Amalia memang sangat punya kualitas untuk itu.

Tapi inilah hidup berserta pilihan-pilihannya. Kita tidak akan pernah tahu apa yang seseorang pilih untuk hidupnya, meski sebelumnya kita punya alasan kuat untuk segala macam dugaan kita. Termasuk tentang Amalia. Secara mencengangkan, ia jauh lebih memilih untuk menyegerakan menyempurnakan separuh diennya. Amalia adalah teman kelas kami yang menikah pertama kali -- beberapa hari sebelum wisuda :) Tidak hanya sampai di situ, Amalia pun memilih untuk membaktikan hidup sepenuhnya sebagai seorang istri dan ibu -- pilihan yang amat jauh dari dugaan kami sebelumnya. Tapi jangan salah. Ia tetap berkarya meski dari rumah. Amalia kini memiliki sebuah online shop yang ia beri nama Butik Batik Khansa.
Apakah ada pihak-pihak yang menyayangkan? Tentu ada. Tapi sekali lagi, inilah hidup yang Amalia pilih. Sebuah pilihan yang menurut saya juga amat brilian. Kenapa harus menyayangkan seorang wanita berotak pintar yang memilih menjadi fulltime mom? Bukankah itu artinya ia punya kesempatan yang lebih luas untuk membentuk generasi yang juga berotak pintar sepertinya? Ia memilih total menjadi madrasah pertama bagi putranya. Proud of you, Ama :)

Amalia bersama putranya - Asyraf
Eits, tapi tentu saja wanita pintar yang memilih berkarier di luar rumah berarti tidak total menjadi madrasah pertama bla bla bla. Sekali lagi, ini tentang pilihan hidup masing-masing orang. Bagaimanapun, kita tetap butuh wanita-wanita luar biasa yang berkiprah untuk kepentingan umat, bukan? :)

Stop membanding-bandingkan dan nyinyir-nyinyiran tentang pilihan orang lain, ya :)

Pengalaman Pertama Naik Kereta Api

on
Selasa, 19 Januari 2016
Yeeaayyy, akhirnya saya bisa merasakan naik kereta api!!! :D Norak, ya? Biarin! Hihi.

Fyi, merasakan naik kereta api pernah saya tulis sebagai salah satu impian di sini. Dan Alhamdulillah, awal tahun 2016 dibuka dengan terwujudnya hal tersebut :')

Yup, tanggal 9 Januari 2016 lalu, saya bersama sahabat saya memilih kereta api Kaligung yang beranfkat dari Stasiun Poncol untuk menuju Kota Brebes. Emm, keretanya sampai Stasiun Tegal aja, sih. Hehe.


Kereta Kaligung yang kami tumpangi dijadwalkan berangkat Pukul 12.50. Kami sudah sampai di Poncol sekitar Pukul 12.15. Sesampainya di situ, kami sholat jamak dhuhur-ashar di Musholla dalam stasiun. Alhamdulillah, mushollanya bersih, meskipun ukurannya agak kurang luas (menurut saya). Mukenanya juga bersih, tidak baj, dan bagus :). Setelah sholat, karna jam berangkat kereta masih cukup lama, saya iseng menxoba masuk ke pos kesehatan yang ada di Stasiun tersebut. Kenapa tertarik? Karna saya melihat tulisan 'Gratis bagi Penumpang Bertiket' yang dipasang di atas pintunya. Sayang banget, kan, sesuatu yang gratis tidak dimanfaatkan. Haha. Di dalam pos kesehatan, saya cuma minta ditensi, plus numpang nimbang berat badan. Hehe. Seneng karna Bapak Petugasnya bersahabat :)


Seusai dari pos kesehatan, kami langsung menuju Kereta Kaligung yang akan kami naiki. Eh, sebelumnya foto-foto dulu tentu saja. Haha.


Begitu naik, dan duduk di bangku saya, duh... Mendadak saya merasa udik sekali. Hahaha. Keretanya bersih dan nyaman. Jauh sekali dari ekspektasi saya pada label 'kereta kelas ekonomi'. Saat kereta mulai melaju, udiknya saya makin parah -- ribut sekali bertanya pada sahabat saya, 'Kok gak ada bunyinya??!!' ahahahaha. Lah, gimana yaa... Yang saya tahu selama ini, kalau kereta lewat kan bunyinya berisik sekali :D

Apa keudikan saya berhenti hanya sampai di situ? Oh, tentu tidak :D *udik aja bangga!!*. Selang beberapa saat setelah kereta melaju, saya mendengar orang berteriak, 'minum-minum...' macam di terminal dan bus gitu. Saya langsung tanya lagi pada sahabat saya, 'Kok ada orang jualan juga? Terus nanti dia turunnya di mana??'. Sahabat saya -- dengan dahi terlipat -- menjawab, 'Lho, itu kan petugas kereta juga'. Doeng!! Sumpah, saya baru tahu ada fasilitas seperti itu juga :D Mas penjajanya gagah dan rapi niaaann. Hihi. Maklum, ya, temaaann... Selama ini kenalnya cuma terminal dan bus. Hehe.

Sepanjang perjalanan kami heboh sendiri. Foto-foto lah, makan lah, beli pop mie lah. Yang paling heboh tentu saja saat kereta melewati Pantai Pekalongan. Masya Allah.... Indah sekaliiii.



Kami sampai di Stasiun Tegal tepat seperti yang tertera dalam tiket. Keren! 4 jempol untuk KAI atas ketepatan waktunya. Kami cukup lama di Stasiun Tegal, karna masih harus menunggu jemputan. Tentu saja kami memanfaatkannya dengan foto-foto. Hihi.


Narsis di Stasiun Tegal :D

Sebenarnya saya merasa kok naik keretanya sebentar sekali, masih belum puas. Hehe. Semoga lain kali ada kesempatan untuk naik kereta lagi. Aamiin :)

Kesimpulannya, 4,75 dari 5 bintang untuk KAI terutama Kereta Kaligung *review buku kaleee!!* :D. Jauh jauh jauh lebih nyaman daripada naik Bus, terutama Bus Semarang-Jepara yang sering saya naiki. Haha. Tepat waktu, tanpa mangkal, tanpa macet, tanpa sesak :)

Spesial Sambal: Surganya Pencinta Pedas

on
Kamis, 07 Januari 2016

Beberapa tahun terakhir ini, makanan pedas menjadi salah satu primadona di kalangan para pencinta kuliner. Contohnya salah satu merk kripik yang menawarkan tingkat kepedasan dengan beberapa level. Boomingnya kripik level tersebut lalu diikuti dengan munculnya makanan-makanan berlevel pedas lainnya. Semakin tinggi level pedas yang berani dicoba, maka akan semakin keren -- begitu sepertinya salah satu 'tantangan' yang membuat banyak orang penasaran.

Selain makanan-makanan berlevel, tempat makan yang menonjolkan sambel sebagai menu andalan juga semakin menjamur. Salah satunya adalah Spesial Sambal atau biasa disingkat dengan sebutan SS. Di kota Semarang, beberapa kedai SS sepertinya nggak pernah sepi dari pengunjung. Bahkan beberapa malam lalu, di salah satu kedai SS yang saya hampiri, pengunjungnya harus indent tempat terlebih dahulu. Wow!

Apa yang istimewa dari Spesial Sambal? Ya sambalnya! Hehe. Spesial Sambal menawarkan berbagai jenis sambel dengan tingkat kepedasan yang pasti sangat cocok untuk para pencinta pedas. Jenis-jenis sambelnya diantaranya adalah sambel bawang, sambel korek, sambel trasi, sambel mangga muda, dll. Sedangkan untuk menu pendukung, Spesial Sambel menawarkan menu-menu standar dan sederhana. Untuk lauk kita bisa memilih antara ayam goreng, bs beli goreng, nila, belut, pindang, dll. Sedangkan sayurnya ada ca kangkung, ca jamur, dll. Untuk menu-menu sayurannya, tingkat kepedasannya hampir setara dengan sambelnya. Jadi kalau makan sambel plus sayur, pasti akan membuat pencinta pedas serasa berada di surga. Hehe. Keunggulan lain dari Spesial Sambal ialah, porsi nasi yang dihitung hanya berdasarkan jumlah orangnya, bukan banyaknya. Jadi, mau makan sebanyak apapun, nggak masalah, asalkan makan di tempat. Kalau bungkus tentu lain cerita. Hehe.


Untuk kenyamanan tempat, Spesial Sambal mungkin memang masih cukup tertinggal dari beberapa kedai makan sekelasnya. Wastafel yang amat terbatas jika dibanding jumlah pengunjung, penataan tempat yang cenderung kurang rapi, dll. Namun, ada pula yang menarik. Dinding-dinding kedai Spesial Samba dihiasi dengan tulisan-tulisan menarik. Pesan yang ingin disampaikan oleh pihak manajemen kepada pelanggan dituangkan tidak secara 'mentah', namun disampaikan melalui kalimat-kalimat menarik. Contohnya pesan tentang permohonan maaf jika pelayanan mereka ada yang kurang berkenan di hati pelanggan, dituangkan dalam sebuah tulisan tentang memaafkan dalam sebuah bingkai. Ada juga himbauan tentang kesediaan menerima aduan jika makanan yang mereka hidangkan kurang pedas, keasinan, atau lauk yang terlalu gosong.

Sejauh ini, Spesial Sambal masih menjadi primadona bagi saya pribadi. Karna bagi saya, salah satu tolok ukur enak atau tidaknya makanan terletak pada pedasnya. Hehe. Selain menu yang amat cocok dan selalu bisa membuat saya makan banyak, harga yang ditawarkan juga amat bersahabat. Bagi para pencinta pedas, rasanya amat aneh jika belum mencoba sambel-sambel yang ditawarkan oleh Spesial Sambal. Bagi yang domisili di Semarang, Spesial Sambal bisa ditemui di beberapa tempat. Diantaranya adalah di daerah Pedurungan, Lampersari, dan Sompok.

Selamat mencoba pedasnya sambel Spesial Sambal, yaaa...

Signature

Signature