Berubah Menjadi Lebih Baik

on
Kamis, 30 Juli 2015
dr Tumblr. Baru tau ada kosakata ini di KBBI :D

Adakah yang sadar bahwa beberapa dari karakter kita itu kurang baik, dan ingin merubahnya agar menjadi lebih baik? Pasti ada. Salah satunya saya :p

Dan menurut saya, lebih terasa melegakan jika kita menyadari sendiri hal-hal yang kurang baik dala diri kita, lalu menumbuhkan sendiri keinginan untuk berubah menjadi lebih baik. Dibanding jika orang lain yang menemukan hal yang tidak baik, lalu menyuruh kita berubah. Iya, kan? Lebih enak mana rasanya?

Emm, belum lama ini saya bertemu dengan beberapa orang yang melihat hal yang kurang baik dalam diri saya, lalu (menurut saya) cenderung 'menekan' saya untuk berubah. Hati saya nggak terima, jujur saja. 'Dia siapa sih? Hanya orang baru, kan? Orang-orang yang sudah sekian lama melewati banyak hal sama saya aja fine-fine aja, perasaan? Kenapa dia protes?', begitu kira-kira. Yah, walaupun saya sadar sesadar-sadarnya bahwa niat dia baik. Dia semata-mata ingin saya jadi lebih baik. Cuma ya itu, EGO saya teriak. Haha

Lalu, qodarullah, saya 'nyasar' ke sebuah web yang bagus banget menurut saya: www.theunlearn.com
Rasanya... kayak di tampar bolak-balik :D Emm, sebenernya dulu banget udah pernah mampir ke situ sih, tau dari salah satu blogpostnya Mba Octa NH. Tapi kemudian terlupakan seiring waktu #tsaahh

Yah, lewat theunlearn.com saya jadi sadar bahwa sudah saatnya saya merubah beberapa point dalam diri saya. Terutama, mulai menekan hal-hal negatif, dan merubahnya menjadi hal yang lebih positif. Ih, Ya Allah... beneran, baca artikel-artikel yang ada di situ kok saya jadi ngrasa seperti butiran debu #halah. Tapi gapapa, selama nyawa masih di kandung badan, dan dengan mengucap Bismillah, Insya Allah saya pasti bisa :) Saya melakukan ini untuk dan karena diri saya sendiri, BUKAN karna si A atau si B.

Jadi, ada yang mau nemenin saya berubah jadi lebih baik? Yuk, barengan... biar lebih asyik :))

Ohya, kalo ada yang punya rekomendasi blog ato web-web yang patut saya baca untuk jadi orang yang lebih positif dan dengan bahasa yang ringan alias gak menggurui, boleh share dong ^_^

Lebaran Tak Terlupakan

on
Kamis, 23 Juli 2015
Setelah seminggu lebih nggak nengok blog dan nulis, akhirnyaaa.... *mewek terharu*

Ah ya, hampir lupa...

Selamat selabar teman-teman semua... taqabbalallahu minna wa minkum, shiyamana wa shiyamakum, minal aidzin wa faidzin. Untuk setiap kata dalam tulisan saya di blog ini, mohon dihalalkan sekiranya ada yang terasa tidak berkenan.

Gimana review Ramadhannya? Duh, sedih kalo harus jawab pertanyaan itu. Jujur saya kecewa pada diri saya sendiri karna merasa nggak maksimal di Ramadhan tahun ini. Yah, kekecewaan yang hampir selalu terulang, sayangnya :( Tapi yasudahlah. Kekecewaan nggak akan merubah apapun. Semoga Allah memperkenankan saya dan kalian semua bertemu dengan Ramadhan berikutnya, Aamiin :')

Lalu, gimana lebarannya? Huhu, kalo pertanyaan yang ini saya bisa dengan tegas menjawab bahwa lebaran tahun ini adalah lebaran tak terlupakan bagi saya. Meski sayangnya, tak terlupakannya bukan karna sesuatu yang menyenangkan :)

H-2 lebaran, saya dan ibu mendapat musibah. Sepulang mengantar ibu dari pasar, saat jarak dengan rumah tinggal beberapa ratus meter, ban belakang motor saya tiba-tiba bocor, dan saya kehilangan kendali. Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Saya dan ibu saya jatuh. Alhamdulillah, akibatnya tak sefatal yang ada dibayangan saya jika mengingat jatuhnya yang lumayan WOW :D Tangan kanan saya bengkak, sampai hari ini, meski alhamdulillah sudah tinggal pemulihan. Ini nulis ceritanya sambil agak nahan nyeri :D Ibu? badannya gosong semua, jari tengah tangannya bengkok, dadanya sakit :(

Sisi dramatisnya, sesat setelah jatuh, ibu sambil berderai air mata meminta maaf karna beliaulah yang mengajak ke pasar, sementara pada saat bersamaan saya sedang menangis karna merasa bersalah pada ibu karna saya lah yang 'menjatuhkan' beliau. hihi

Yah begitulah. Musibah di hari raya, semoga merupakan media penggugur dosa-dosa kami hingga benar-benar kembali fitri. Aamiin.

#Ramadhan23: Syukuri Saja Bagianmu

on
Jumat, 10 Juli 2015
"Sungguh mengagumkan urusan seorang mukmin. Sesungguhnya seluruh perkaranya adalah baik baginya. Dan tidaklah didapatkan pada seorang pun hal tersebut melainkan pada diri seorang mukmin : Jika dia merasakan kesenangan maka dia bersyukur. Dan itu lebih baik baginya. Jika kesusahan menerpanya, maka dia bersabar. Dan itu lebih baik baginya." (Riwayat Muslim)

Huaaa... udah masuk 10 hari terakhir aja, ya... cepet banget! Ngrasa belum dapet apa-apa di Ramadhan ini... target-target ibadah melenceng jauh dari harapan :( Bener kata Ustadz saya. Kita semua tuh tahu betapa mulia bulan Ramadhan, tapi herannya kok kita masih terus mengulang kebodohan tiap Ramadhan: menyia-nyiakan waktu dengan perbuatan yang ga penting. Nggak cuma target ibadah yang melenceng, target posting tiap hari di bulan Ramadhan pun turut keteteran. udah berapa hari ya bolong nggak nulis :((
Yuk ah, bangkit!!! *melecut diri sendiri*

Nah, sekarang saya mau cerita. Namanya juga Rosa Bercerita, ya isinya kebanyakan cerita. hehe.

Pernah nggak sih kalian merasa gimanaaa gitu (halah, bilang aja iri!) ketika melihat teman sejawat yang pencapaian hidupnya sudah jauuhhh melebihi kita? Kalau saya sih sering! *jujur* Saya sering nelangsa kalau liat teman sejawat yang sudah 'mapan'. Cantik, karier oke, sudah menikah, suaminya punya karier cemerlang, sedang mendapat anugrah berupa kehamilan, tiap update status kayaknya hidupnya seneng terus, dll. Duuhhhh, sumpah... irinya tuh bukan iri dengki, tapi lebih ke: meratapi nasib. Merasa kerdil banget.

"Duh, Ya Allah... aku sama dia kan dulu sama-sama culun, hidup bareng di kost, kok dia udah kayak gitu, akunya masih gini-gini aja :( Dia udah sibuk mikir nabung buat beli mobil, rumah, de el el, sayanya masih 'cuma' mikir beli cilok sama siomay!"

Terdengar kufur nikmat, ya? Mungkin, iya.

Tapiii tapiii... semalam saya 'disentil' sama Allah. Mata saya terbuka lebar. Nooohhh, yang kamu lihat 'sempurna' banget ituu belom tentu bener-bener sempurna kenyataannya!! Jadi inget sebuah quotepict ini:

sumber
Jadi teman-teman, gini ceritanya... semalam, teman sejawat saya yang sempet bikin saya iri hati itu semalam tiba-tiba nge-chatt saya, bilang pengen curhat. Saya mempersilakannya. Tahukah kalian apa isi curhatnya? Ternyata, suaminya masih 'hobi' BBM-an sama teman-teman cewek dan mantannya, bahkan juga sempat punya 'pacar' lagi. Lebih parahnya lagi, suaminya suka kasar (omongannya), dan beberapa kali bilang 'silahkan pergi dari rumah' tiap teman saya mengingatkan suaminya atas perilaku buruknya. Emm, itu udah termasuk talak belum sih?

Duh, Ya Allah... saya malu sama diri saya sendiri. Betapa saya amat sangat kurang bersyukur sekali :( Saya lupa bahwa Allah itu Maha Adil. Takdir senang dan susah dipergilirkan dalam takaran yang PAS buat kita. Adil itu nggak selalu harus sama kan, ya? Adil itu berarti sesuai porsi.

Yang jomblo (saya maksudnya!) seringkali mengeluh dan merengek untuk segera dipertemukan dengan jodoh sampai lupa menikmati dan mensyukuri masa jomblonya. Padahal, pernikahan yang mereka bayangkan akan membuat mereka terbebas dari macam-macam intimidasi pun pada kenyataannya nggak sesederhana itu. Belum nikah ditanya kapan nikah, sudah nikah ditanya kapan punya anak, sudah punya anak ditanya kapan punya rumah sendiri, dan seterusnya.

Akan selalu ada 'hal-hal menyakitkan' dalam hidup ini. Siapa yang bisa mengobati? Diri kita sendiri. Dengan cara apa? Bersyukur. *Teorinya pinter, prakteknya NOL BESAR!* *nangis di pojokan*

Yah begitulah hidup. Daripada mengeluhkan apa yang belum kita punya, kenapa tidak memilih mensyukuri yang sudah kita punya saja? Mari, syukuri bagian kita masing-masing, tanpa merasa bahwa orang lain sudah mendapat jauh lebih banyak dari kita :)
 

#Ramadhan19: Berbuatlah Sesukamu

on
Senin, 06 Juli 2015

Dari Abu Mas'ud Uqbah bin Amr Al-Anshari Al-Badri ra. berkata, Rasulullah saw. telah bersabda, "Sesungguhnya sebagian yang masih dikenal umat manusia dari perkataan para nabi terdahulu adalah: 'Bila kamu tidak malu, maka berbuatlah sesuka hatimu.'" (HR. Bukhari)

Nah lhooo... Kita termasuk yang punya malu gak nih? Kalo yang masih suka berbuat sesuka hati ya berarti ga punya malu ya. Kalo yang punya malu pasti tunduk sama aturan-aturannya Allah :)

Wallahu a'lam.. Yang menulis belum tentu lebih baik dari yang membaca.

#Ramadhan18: Jangan Marah

Dari Abu Hurairah ra. menjelaskan bahwa ada seorang laki-laki berkata kepada Nabi saw., "Berilah nasihay kepadaku." Nabi Saw. bersabda, "Jangan marah." Beliau mengulangi beberapa kali dan bersabda, "Jangan marah." (HR. Bukhari)

Nasihatnya Rasulullah singkat-padat tapi cukup bikin ngrasa ketampar bolak-balik, ya, dear... :')

Jangan marah!

#LatePost

#Ramadhan17: Timbangan Yang Tepat

on
Sabtu, 04 Juli 2015

'Dan Kami akan memasang timbangan yang tepat pada Hari Kiamat, maka tidak seorang pun dirugikan walau sedikit; sekalipun hanya seberat biji sawi, pasti Kami mendatangkannya (pahala). Dan cukuplaj Kami yang membuat perhitungan.' (QS. Al Anbiya': 47)

Pernah ngeluh hidup ini tidak adil? Atau pernah merasa diperlakukan tidak adil oleh orang lain?

Jangan khawatir, dear... Hidup ini fana kok. Kalo di sini (dunia) masih ada celah untuk memperlakukan dengan tidak adil, maka ada Mahkamah Akhirat yang akan menjadikan semuanya adil seadil-adilnya ;)

Jadii... Woles aja lah :D

#Ramadhan16: Surga Mana Yang Kamu (Wanita) Mau?

on
Jumat, 03 Juli 2015
"Wanita melaksanakan shalat lima waktunya, puasa bulan Ramadhannya, menjaga kemaluannya, menaati suaminya, akan dikatakan kepadanya: masuklah kepada Surga dari pintu manapun yang kamu mau."
(HR.Ibnu Hibban, Dishahihkan oleh Al Albani dalam shahih al Jami’)
-mengutip dr parentingnabawiyah.com- 

Masya Allah... pintu surga bagi kita (wanita) sebanyak itu... alangkah ruginya, ya, kalo kita nggak bisa masuk dari satu pun pintunya :')

#Ramadhan15: Pendusta

on
Kamis, 02 Juli 2015
"Cukuplah seseorang dikatakan pendusta ketika ia menyampaikan setiap apa yang ia dengar"
(HR. Abu Daud 4992, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah, 2025)

Beberapa hari lalu saya nggak sengaja nonton acara Kultum yang dipandu oleh Ummi Pipik Dian Irawati dan Umma Oki Setiana Dewi. Saat itu temanya -- emm, saya lupa tepatnya -- yang jelas membahas tentang menjaga ucapan. Dan di tengah-tengah acara Umma Oki menyampaikan hadist di atas itu.

JLEB!

'Menyampaikan setiap apa yang ia dengar' sudah dianggap cukup untuk melabeli seseorang sebagai pendusta. Tanpa tabayyun, tanpa peduli apa yang kita dengar benar atau tidak. Bukankah rasanya kita sering melakukannya? :((

#Ramadhan14: Skenario Allah Mutlak Yang Terbaik

on
Rabu, 01 Juli 2015

"...Karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak." (QS. An Nisa': 19)

Dua malam yang lalu, seorang teman tiba-tiba bilang lewat whatsapp, 'Mbak, kalo kapan-kapan aku mau cerita sama Mba Rosa, boleh?' (ga persis gitu)

Karna terlanjur penasaran, saya desak dia untuk cerita saat itu juga, lewat whatsapp. Dan akhirnya dia mau. Masih ingat cerita saya di sini? Nah, teman yang curhat ini adalah tokoh yang sama pada tulisan saya itu.

'Mbak Rosa inget kenapa dulu aku ga jadi nikah?'

'Mbak Rosa tau, yang dulu katanya aku ga baik menurut Allah? Mungkin emang bener, Mbak...'

'Allah masih sayang sama aku. Aku berkali-kali sujud syukur, Mbak...'

Chatt bertubi-tubi masuk, membuat saya mengerutkan kening dan nggak sabar untuk segera tau cerita lengkapnya.

Setelah tau, saya terperangah. Allahu akbar! Betapa skenario Allah yang seringkali sangat-sangat-sangat misterius, dan kadangkala menyesakkan dada amatlah mengandung hikmah yang luar biasa jika kita bersedia sejenak sabar. Ya, ternyata Allah mengijinkan saya memperoleh jawaban gamblang dari berbagai pertanyaan dan kemarahan yang saya luapkan dalam tulisan Juni 2014 lalu itu.

Saya dulu marah, ketika si laki-laki dengan enteng bilang hasil istikharohnya mengatakan teman saya nggak baik buat dia -- setelah menyodorkan berbagai harap pada teman saya sekaligus orangtuanya. Saya marah. Karna saya merasa orang itu 'sok baik' dengan menganggap teman saya nggak cukup baik buat dia. Ternyata saya salah besar! Ternyata teman saya nggak baik untuk jadi pendampingnya, karna teman saya TERLALU baik buat dia.

Ah ya, kalian pasti bertanya-tanya, kenapa saya akhirnya menyimpulkan seperti itu. Jadi gini... Teman saya baru saja mendapat cerita tentang si laki-laki itu, yang kini tengah menjadi 'buronan' karna tengah membawa lari istri orang, dan telah berzina!

Allahu akbar! Betapa Allah menyayangi teman saya dari laki-laki berperangai buruk itu. Allah menyelamatkannya dari bencana dahsyat melalui skenario yang awalnya terasa amat menyesakkan dada.

'Apa jadinya kalo dulu aku jadi nikah sama dia, Mbak?'

Duh, bulu kuduk saya berdiri membayangkannya. Naudzubillah...

Melalui cerita teman saya di atas, semoga keyakinan bahwa apapun yang Allah gariskan adalah yang terbaik semakin kokoh tak tergoyahkan. Apapun yang hari ini terasa pahit, bisa jadi merupakan obat yang menyembuhkan di esok hari.

Signature

Signature