Pandangan Pertama

on
Minggu, 24 Februari 2013

Nggak kerasa yah, ternyata saya udah hampir genap 5 bulan jadi bagian dr FI (tempat kerja saya). Pasti ada kurang lebihnya, tapi alhamdulillah banyak lebihnya. Semoga lebih juga syukurnya :)

Saya memang amat bersyukur Allah menempatkan saya disitu. Maklumlah, ibarat kisah menemukan jodoh, perjalanan saya menemukan pekerjaan yang 'klik' di hati juga cukup berliku. Belum genap 1 tahun wisuda, saya sudah 2x pindah kerja. Yah apa boleh dikata? Tahap ta'aruf saya menemui jalan buntu sehingga tidak bisa dilanjutkan ke tahap pernikahan. #lho? Ngomongin apa sih? :D

Emm, singkat cerita saya nyaman ada di tim itu. Proses adaptasi alhdulillah sudah saya lalui dengan baik. Meskipun masih selalu dibutuhkan penyesuaian-penyesuaian atas ego pribadi saya. Dan, ah ya.. Saya juga merasa perlu selalu mengingatkan diri sendiri, 'berbaur tidak selalu harus melebur'. Intinya sih, tetep jadi diri sendiri aja ;)

Etapi etapi.. Yang lucu dan ingin saya ceritakan adalah tentang penilaian atas pandangan pertama teman-teman terhadap saya. Kalo sudah berkali-kali saya dinilai judes, jutek, dan yg jelek-jelek lainnya oleh orang-orang yang baru pertama ketemu saya, yang kali ini beda banget.

Jadi, ternyata eh ternyata, sebagian besar teman-teman baru di tempat kerja menilai saya sebagai wanita kalem nan lemah lembut. Jiahaha.. Sungguh saya tidak pernah bermaksud menipu :P
Kemaren aja, waktu saya lagi ngecuwis cerita macem-macem ke temen 1 divisi (yang sudah mulai tau gelagat asli saya :D ) ada teman dari divisi laen nggak sengaja denger. Terus, dengan wajah super heran dia bilang, 'rosa ternyata bisa cerita criwis gitu yah?'. Laahhh, ganti saya dong ya yang bingung.

Emm, tapi lingkungan baru saya ini emang punya kultur super duper rame sih. 99% terdiri atas orang-orang yang penuh canda dan nggak bisa diem. Ah, singkatnya cuma mau ngomong, sebenernya nggak salah-salah banget kalo mereka bilang saya kalem. Setidaknya saya emang sedikit lebih kalem dibanding mereka. #siap2 dilempar sepatu :D

Yah begitulah.. Pandangan pertama memang nggak selalu benar, bahkan lebih sering salahnya. Jadi semoga kita nggak terlalu picik untuk menghakimi seseorang hanya dari pandangan pertama saja.

Lalu, bagaimana dengan jatuh cinta pada pandangan pertama? Ah, kalo itu jangan tanya saya :P

**Di atas bus santoso yang tengah terkentut-kentut melewati tanjakan jalan magelang, ditengah perjalanan pulang dari purworejo, 24 Februari 2013

With my Danish ^^

on
Sabtu, 23 Februari 2013

Mau jalan2 ke alun-alun, foto dulu dong yaahh...

Kata ayah si bocah, mungkin Danish berkata dalam hati, "resiko punya 'tante girang' "

#siap2 lempar sandal!!!

Perjalanan...

on
Jumat, 22 Februari 2013

Sore ini, untuk kesekian kalinya saya menempuh perjalanan ke purworejo, sendirian. Apalagi kalo bukan untuk membayar rindu atas tawa lucu ponakan saya yang paling ganteng.

Tapi ada yang beda dengan perjalanan kali ini. Yang pertama, untuk pertama kalinya saya naek patas. Wah, berasa nyarter deh. Bus segini gedhe penumpangnya 4 orang doang. Nyaman euy..
Haha.. Norak ya saya.. :P

Perbedaan yang kedua mungkin murni karna faktor sentimentil hati saya aja sih. Perjalanan kali ini beda banget rasanya di hati. Ada seneng, tapi juga ada perih.

Dulu saya berangkat ke purworejo start dari 'rumah saya' di Semarang. Dulu ada 'keluarga' yang di semarang yang saya tinggalkan. Dulu semarang menjadi bagian nyata atas hari-hari saya. Kini? Semarang berubah menjadi kota yang 'sekedar' harus saya lewati untuk sampai ke purworejo.

Tapi semarang khususnya Kaligawe tak akan pernah menjadi benar-benar 'sekedar'. Ada ribuan jejak yang masih nyata tersimpan di tiap sudutnya. Pasar genuk, terminal terboyo, RSI Sultan Agung, Unissula tercinta, bahkan sekedar trotoar depan kampus, tempat dimana dulu saya menunggu angkot sepulang kuliah bersama sahabat-sahabat terbaik saya, benar-benar masih menjadi sepotong episode yg terlampau sering saya rindukan.

Yah tapi inilah perjalanan. Saya tak mungkin berhenti di potongan tersebut. Saya harus bergegas agar segera sampai di ujung perjalanan ini. Semoga selalu Allah hadirkan orang-orang baik sebagai teman perjalanan saya.

#oh ya, tadi pas di tol hujan. Teman terbaik saya pasti tau saya paling suka nglewatin tol, dan saya juga sangat suka hujan. Lengkap sudah :)

Menuju Purworejo, 22 februari 2013

...

on
Sabtu, 09 Februari 2013

Jika untai senyum dapat teramat mudah menjelma rintih tangis

Jika sepenggal pertemuan pun pasti ditutup dengan episode perpisahan

Jika yang hidup pasti mati dan Yang datang juga pasti kelak akan pergi

Jika hanya ada kefana'an di dunia yang fana ini, dan tak ada yang abadi selain keabadian itu sendiri...

Lalu apa arti semua perasaan ini?
Sedih dan bahagia ini..
Tawa dan air mata ini..
Mencintai..
Lalu menangisi..
Mencari..
Dan ribuan bongkah perasaan ini... Apa artinya? Dimana muaranya?

Bersama mendung di cakrawala malam,
9 februari 2013

Tidak adakah empati??

on
Minggu, 03 Februari 2013

Saya selalu sedih jika mendengar seseorang atau beberapa orang dengan teramat tega asyik membicarakan orang lain yg diuji dengan panjangnya waktu menanti buah hati. Lebih sedih lagi (dan tidak habis pikir, lebih tepatnya) jika yang membicarakan adalah perempuan.

Tentu saja yang saya maksud adalah membicarakan dalam konotasi negatif (cenderung mencibir dan bernada nyinyir).

Ah, tidakkah mereka membayangkan ada di posisi itu?? Tidakkah hati kita tergetar menyadari saat dengan entengnya membahas tentang kekurangan seseorang, bahwa tak seorangpun pasangan suami istri yang ingin 'dicoba' dengan tema semacam itu?! Tidakkah mereka juga ingat, bahwa mereka sama sekali tidak memiliki daya dan upaya, kecuali dengan ijinNYA?!

Saya belum menikah. Tapi saya sangat bisa membayangkan betapa hebat tekanan dalam masa-masa menanti amanah terindah itu hadir mewarnai bahtera rumah tangganya. Terlebih tekanan dalam diri seorang wanita, jika kekurangan utama ada padanya. Ya Robb.. Membayangkan betapa pedih perasaan mereka saja saya sering ingin menitikkan air mata. Ada beberapa orang di lingkungan terdekat saya yang tengah menghadapi cobaan seperti itu. Dan seuntai doa sederhana semoga selalu mampu saya bumbungkan ke Robb yang Maha menguasai jagat raya.

"Semoga Allah selalu meluaskan kesabaran melimpah di hati mereka..."

Maka..
Mari.. Lewat blog sederhana saya ini, saya ingin mengajak.
Renungkan sejenak sebelum memilih cobaan mereka sebagai tema asyik sampah bagi mulut kita.

Bagi yang sudah menikah dan telah dikaruniai buah hati, semoga cobaan mereka semakin membuka mata dan memunculkan bongkah syukur yang semakin dahsyat atas apa yang telah Allah berikan.

Bagi yang belum menikah, semoga cobaan mereka membuat hati kita makin berhasrat mendekat pada Yang Maha berkehendak. Juga memiliki kelembutan hati untuk senantiasa berkenan menyelipkan mereka dalam baris doa kita.

Rosa,
3 februari 2013

Signature

Signature