Relevansi Perjuangan Kartini Dengan Kehidupan Masa Kini

on
Kamis, 21 April 2016
wikipedia
Dalam acara Seminar Nasional Spirit Kartini Dalam Membangun Bangsa yang Mandiri, Kreatif & Berkarakter yang saya ikuti pada tanggal 16 April 2016 kemarin, saya mendapat kesempatan untuk mengajukan pertanyaan pada para pembicara. Sayang, yang menjawab pertanyaan saya hanya Hanung Bramantyo, karena MC sepertinya lalai mengingatkan para pembicara tentang pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab.


Saat itu saya menanyakan tentang sesuatu yang cukup menggelitik rasa penasaran saya. Saya pernah membaca tentang sebuah tulisan yang memaparkan polemik Kartini. Tentang orang-orang yang bertanya, kenapa harus selalu Kartini? Kenapa hanya Kartini? Sedangkan pahlawan wanita di Indonesia amat banyak, bahkan yang berjuang dengan memanggul senjata. Sedangkan Kartini apa? Perjuangannya bukankah 'hanya' sebatas hal-hal konseptual yang ia tuangkan dalam tulisan? Begitu kira-kira yang pernah saya baca dalam sebuah artikel.

Maka hari itu saya bertanya pada Hanung Bramantyo dan Dian Sastrowardoyo, apa yang membuat mereka merasa bahwa perjuangan Kartini istimewa. Bahkan Hanung sudah ambil ancang-ancang untuk membuat film tentang perjalanan hidup seorang Kartini.

Jawaban Hanung sederhana, tapi membuat saya terpana. Ia memaparkan alasan mengapa perjuangan Kartini amat berkesan di hati banyak orang terutama baginya. Tanpa bermaksud membanding-bandingkan apalagi menyepelekan perjuangan pahlawan wanita lain, perjuangan Kartini punya relevansi yang masih amat kuat dengan masa kini.

Jika para pahlawan yang mengangkat senjata berjuang melawan sekelompok orang yang memang patut dilawan dan diserang -- yaitu penjajah, beda dengan Kartini. Perjuangan Kartini adalah perjuangan 'melawan' orang-orang terdekatnya sendiri. Orangtuanya, keluarganya, lingkungannya. Bukankah itu berat? Bukankah persoalan lebih mudah jika kita punya pendapat bertentangan dengan orang yang bukan siapa-siapa kita dibanding jika dengan keluarga?

Itulah salah satu perjuangan berat Kartini. 'Melawan' ayahnya sendiri, melawan budaya yang telah mengakar dan mendarah-daging di lingkungan terdekatnya sendiri. Salah satunya adalah ketika Kartini kecil harus rela dipisahkan dari ibunya sendiri, Nyai Ngasirah. Kartini harus dipisahkan dengan Ngasirah karna Ngasirah bukan berasal dari keturunan bangsawan. Sedangkan Kartini adalah seorang Raden Ajeng, yang menurut budaya saat itu, tidak boleh tinggal se-atap dengan rakyat jelata seperti Ngasirah. Bahkan, Kartini dilarang memanggil Ngasirah dengan sebutan Mbok (Ibu), melainkan harus memanggil dengan sebutan Yu (Mbak).

Kartini yang punya semangat belajar amat tinggi juga harus menerima kenyataan pahit dipingit. Meski pingitan tak membuat ia menyerah begitu saja. Ia berkarya melalui tulisan, menuangkan ide-idenya, membaca surat kabar-surat kabar. Sampai akhirnya Kartini harus menerima kenyataan untuk dinikahkan dengan orang pilihan ayahnya.

Perjuangan Kartini amat berkesan karna sampai hari ini pun orang-orang masih bisa bercermin langsung dengan mempelajarinya. Akan masih banyak orang yang merasa, 'ah, ini gue banget' saat mengetahui jalan cerita kehidupan Kartini. Begitu tutur Hanung Bramantyo.

Bukankah hari ini masih ada saja seorang wanita yang ingin lanjut S3 ke luar negeri, dan tidak mendapatkan ijin orangtuanya? Bukankah hari ini masih saja ada orangtua yang memaksakan prinsip-prinsipnya, tanpa peduli apakah si anaknya sepemikiran dengan prinsip tersebut atau tidak?

Dari Kartini, kita juga bisa belajar. Bahwa meskipun hanya dengan menuangkan pikiran lewat tulisan pun, sama sekali tak menutup kemungkinan bagi kita untuk mengguncang dunia. Termasuk lewat blog ya tentunya. Haha, penutupnya garing.

Seminar Spirit Kartini dan Pengalaman-Pengalaman Pertama yang Menyertainya

on
Rabu, 20 April 2016
Hari Sabtu, 16 April 2016 Kemarin, untuk pertama kalinya saya ikut serta dalam sebuah event besar yang diadakan oleh Pemerintah Kabupaten Jepara. Tak lupa saya ucapkan terima kasih pada Mbak Susi dan teman-teman lain di Jepara Blogger Community yang menjadi perantara bagi terbukanya kesempatan ini untuk saya.

Bagi saya, event ini amat spesial. Banyak pengalaman pertama yang saya dapat. Pengalaman pertama yang pertama adalah masuk ke Gedung Pendopo Kabupaten Jepara. Yup, meskipun saya orang Jepara tulen, saya belum pernah masuk Pendopo Kabupaten sebelumnya. Bahkan masuknya lewat sebelah mana saja tadinya saya bingung. Hehe.

Pengalaman pertama yang kedua, untuk pertama kalinya saya mendengar Mars Kota Jepara didendangkan oleh Grup Paduan Suara Pemerintah Kabupaten Jepara. Dan, wow... saya baru tau Jepara punya mars seindah itu :)


Pengalaman pertama yang ketiga adalah mendengarkan pidato Bapak Bupati Jepara, Ibu Ganjar Pranowo dan Ibu Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI. Yang paling berkesan bagi saya adalah pidato yang disampaikan oleh Ibu Menteri. Beliau menyampaikan serta menghimbau dengan semangat yang tersirat jelas dalam getar suaranya, agar kita semua bersama-sama melindungi kaum perempuan dari berbagai perlakuan tidak menyenangkan. Save one woman, save our nation, begitu kata beliau berulang-ulang.


Pengalaman pertama yang keempat yaitu bertemu dengan sineas terkenal Indonesia Hanung Bramantyo dan Dian Sastrowardoyo. Jujur saya akui bagian ini adalah yang paling saya tunggu. Hanung dan Dian memaparkan pendapat serta pengetahuan mereka tentang spirit perjuangan Kartini yang harus tetap dihidupkan.

Bahkan, Dian Sastrowardoyo sempat mencetuskan sebuah kampanye bahwa seorang wanita haruslah tetap bekerja, meskipun sudah menikah. Menurut Dian, seorang wanita yang bekerja keras akan melahirkan putra-putri yang punya semangat juang tinggi. Hal itu diungkapkannya berdasarkan pengalaman pribadinya yang sejak kecil tidak pernah melihat ibunya ongkang-ongkang kaki, sehingga ia tau bahwa hidup itu penuh perjuangan.


Sedangkan Hanung Bramantyo lebih banyak memaparkan tentang latar belakang ketertarikannya pada sejarah dan fakta hidup seorang kartini. Fakta-fakta menarik tentang Kartini itu membuatnya sangat tertarik dan berniat membuat film tentang Kartini. Melalui pemaparannya, sangat terlihat bahwa Hanung adalah seseorang dengan wawasan luas, dan tipe orang yang amat gemar membaca. Bahkan, saat ada seorang ibu yang menyampaikan gugatan atas banyaknya tayangan tidak layak untuk anak dalam sesi tanya-jawab pada Hanung, Hanung mengatakan dengan tegas, "Matikan TV, dan bacalah buku". Ohya, dalam sesi tanya-jawab Alhamdulillah saya salah satu yang mendapatkan kesempatan untuk bertanya. Dan pertanyaan saya dijawab dengan simpel tapi mengesankan oleh Hanung Bramantyo.

Selain Hanung Bramantyo dan Dian Sastrowardoyo, ada satu lagi pemateri -- yang jujur agak luput dari perhatian saya. Hehe. Beliau adalah ketua umum DPP IWAPI, yang bernama Ibu Anita. Dalam kesempatan ini, Ibu Anita berusaha menyulut semangat para wanita, terutama wanita muda agar mau berwirausaha.



Pengalaman pertama yang kelima adalah bisa berfoto bersama para pemateri di atas di penghujung acara :)

Kami dari Jepara Blogger Community sepakat untuk memberikan kenang-kenangan berupa sendal ukir karya Mas Indra (suami Mbak Susi). Sudah amat cukuplah rasanya menjadi pellipur keinginan foto berdua saja dengan Mbak Dian Sastrowardoyo. Hehe. Kesempatan ini tidak didapat dengan cuma-cuma setau saya. Harus ada beberapa lobi yang dilakukan sebelumnya agar komunitas kami bisa mendapat kesempatan untuk memberikan souvenir tersebut.

Sebagai penutup, dua jempol saya acungkan untuk teman-teman Blogger Jepara. Kalian keren, guys :)





Ibu Rumah Tangga Tetap Bisa Berkarya, Naqiyyah Syam Buktinya!

on
Minggu, 17 April 2016
Di benak sebagian orang, sebutan ibu rumah tangga diidentikkan dengan daster, penampilan kusut, nyapu-ngepel, masak. Singkatnya, profesi ibu rumah tangga hanya dirangkum dalam tiga kata: dapur, sumur, kasur. Saya juga pernah punya anggapan seperti itu. Anggapan yang membuat saya jadi mendaur ulang mimpi yang pernah saya cita-citakan. Hihi.

Baca juga : 3 Hal yang Pernah Jadi Mimpi Saya

Tapi seiring kemajuan jaman, sepertinya sudah gak lagi relevan jika mengidentikkan ibu rumah tangga dengan dapur, sumur, kasur. Teknologi membuat seseorang bisa melakukan apapun, meskipun dari balik pintu rumahnya. Tentu saja gak terkecuali bagi ibu rumah tangga.

Tengok saja berbagai online-shop yang makin hari makin menjamur. Sebagian besar online-shop tersebut digawangi oleh seorang wanita yang mengaku dirinya ibu rumah tangga. Lalu coba perhatikan banyaknya komunitas blogger, penulis, dll. Banyak sekali dari para anggota yang merupakan ibu rumah tangga.

Apa artinya? Ya, meski dengan menjadi ibu rumah tangga (yang stay di rumah dan gak kerja kantoran), sama sekali tidak membuat seseorang menjadi terkungkung kreativitasnya dan gak mampu mengaktualisasi dirinya. Saya menyadari hal itu perlahan-lahan sejak bergabung dengan beberapa grup kepenulisan dan Blogger. Di sana, saya banyak menemukan nama-nama wanita hebat yang memilih fokus mengurus buah hati dan rumah, dengan tetap mengembangkan minat dan hobinya,yang kemudian mengantarkannya pada jalan rizki dan prestasi.

Salah satu nama wanita itu adalah Naqiyyah Syam, yang biasa disapa Mbak Naqi. Sudah lama saya familiar dengan nama itu. Kalau gak salah saat saya mulai bergabung dengan grup Be A Writer. Mbak Naqi merupakan ibu dari 3 orang buah hati bernama Faris, Fatih dan Aisyah.



Di tengah kesibukan mengurus berbagai tugas dan domestik serta mengurus 3 buah hatinya, Mbak Naqiyyah Syam tetap berkarya dan berpenghasilan melalui menulis. Bakat dan minat menulisnya ia kembangkan dengan menulis buku, mengelola blog pribadi dan saat ini tengah serius menggarap sebuah komik. Deretan karyanya sejak aktif di Komunitas Forum Lingkar Pena sudah amat banyak. Salah satu antologi yang digawangi oleh Mbak Naqiyyah Syam yang saya punya adalah buku berjudul "Berjuanglah, Bunda Tidak Sendiri", pemberian Mbak Ella Sofa. Ohya, saya juga pernah satu antologi ternyata dengan Mbak Naqiyyah Syam, dalam buku berjudul " Gado-Gado Poligami" yang diprakarsai oleh Mbak Leyla Hana.

Lalu kapan Mbak Naqiyyah Syam sempat menulis, sedangkan tugas-tugas pokoknya sebagai ibu rumah tangga pastilah tidak sedikit?! Ternyata ia punya triknya. Mbak Naqi biasa menulis sembari menjaga para buah hatinya yang sedang bermain. Biasanya ia menuliskannya terlebih dahulu di buku catatan atau di HP, untuk kemudian disalin saat para buah hatinya sudah tidur. Jika ada deadline menulis tertentu, Mbak Naqiyyah Syam meminta kerjasama dengan suaminya, untuk bersedia membantunya menghandle tugas mencucinya, sementara ia menyelesaikan tulisan. Yup, untuk bisa menjadi ibu rumah tangga yang tetap berkarya, peran dan dukungan suami merupakan faktor pendukung yang amat penting.

Setelah melihat contoh di atas, sepertinya tak perlu lagi ada kekhawatiran jika suatu saat kita (terutama saya) harus ada di kondisi yang gak memungkinkan untuk bisa kerja di luar rumah. Menjadi ibu rumah tangga bukan berarti berhenti berkarya. Asal kita punya kemauan, kita bisa tetap berkarya apapun profesi kita, gak terkecuali ibu rumah tangga. Jadi, jangan takut yaa para ibu rumah tangga! Percayalah, kalian tetap bisa berkarya :)

Curhat Pada Teman Sekantor, Yey Or Ney?

on
Kamis, 14 April 2016
Empat tahun bergelut di dunia kerja, saya merasakan perbedaan yang lumayan terasa jika dibanding dengan saat masib berstatus pelajar, atau mahasiswi. Salah satu perbedaan yang saya rasakan adalah tentang tanpa pertemanannya.

Dulu jaman mahasiswa, kita bisa grubyak-grubyuk ke sana-sini bareng teman sekelas. Setelah kerja apa juga sering grubyak-grubyuk bareng teman sekantor? Kalau saya enggak. Beberapa orang yang saya amati juga malah hangoutnya masih tetap sama teman jaman kuliah, meskipun sudah kerja. Apalagi kalau teman kerjanya mayoritas sudah jadi ibu rumah tangga. Makin susah deh.

Nah, itu kalau soal hang out. Kalau soal curhat gimana ke teman sekantor gimana? Yey or Nay? Curhat itu sama dengan ingin didengar. Sedangkan ingin didengar itu katanya merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Kalau orang beriman, harusnya curhatnya sama Allah saja #Eaaaaa. Kalau saya belum bisa :)

Dulu jaman kuliah, rasanya kita cenderung merasa aman saja ya curhat ke teman sekelas. Curhat kalau si dosen pembimbing yang super killer, curhat tentang asmara, dll. Setelah kerja, apa kita masih seenteng itu curhat tentang apa saja ke teman sekator? Kalau saya enggak :)

Sejak saya menulis ini, dan mendapat nasehat agar sebaiknya dengan teman kantor cukup hubungan profesional saja, saya cenderung mulai membatasi diri. Enggak kaku banget (menganggap teman sekantor hanya rekan kerja TOK), tapi juga cenderung gak menganggap pertemanan dengan teman sekantor itu persahabatan bagai kepompong gitu. Hihi.

Kalau jaman kuliah, kita cenderung punya satu tujuan. Dapat nilai bagus, salah satunya. Dan salah satu caranya bisa dengan bersatu dan bekerjasama (plis jangan diartikan nyontek, haha). Sedangkan setelah kerja, kita cenderung punya kepentingan masing-masing, apalagi kalau beda divisi. Yah, meskipun sebenarnya tujuannya juga satu ya: bikin tempat kerja untung. Tapi karna kita ada di divisi yang berbeda, yang masing-masing punya 'sub-kepentingan' yang gak jarang saling bergesekan, maka akan membuat hubungan pertemanan seringkali jadi gak bisa se-los dengan saat masih sekolah atau kuliah.

Lho, apa hubungannya sih? Emang ngaruh?

Jadi gini. Sebagai manusia, kita sering khilaf. Pasti. Dan salah satu sumber khilaf terbesar bagi kita kaum wanita adalah: mulut. Misalnya begini, saat kita sedang ada gesekan dengan si A, kita curhat sama si B tentang si A. Gak menutup kemungkinan kan, suatu hari kita gantian bergesekan dengan si B yang kita curhati tempo hari. Nah, pada kondisi seperti ini, siapa yang bisa menjamin si B gak mengungkit-ungkit apa yang pernah kita utarakan tentang si A pada si A-nya langsung? Em, saya gak ngomongin siapa-siapa kok. Mungkin diri saya sendiri pun pernah melakukan kekhilafan seperti itu.

Kalau curhat tentang hal pribadi yang gak ada hubungannya sama teman kerja yang lain gimana? Ya silakan sih, kalau kamu mau hal-hal pribadimu jadi konsumsi teman-teman kerja. Jadi orang yang benar-benar amanah itu Subhanallah, sulit sekali menurut bagi saya. Pernah gak kita dicurhati teman, yang mana saat curhat dia bilang, "Janji ya, jangan bilang siapa-siapa"? Lalu karna satu dan lain hal, kita tergoda untuk cerita ke teman yang lalin sembari mengatakan, "Jangan bilang siapa-siapa ya, aku cuma cerita ke kamu aja". Dan begitu seterusnya, akan terjadi estafet cerita dari satu mulut ke mulut yang lain, dengan embel-embel, "Jangan cerita siapa-siapa". Sekali lagi, saya gak sedang ngomongin siapa-siapa. Saya ngomongin diri saya sendiri.

Sebenarnya hal di atas terjadi gak cuma saat kita curhat pada teman sekantor sih. Cuma, kalau kasusnya sama teman sekantor jadi riskan sekali. Karna waktu yang kita habiskan di kantor hampir separuh waktu kita sendiri. Intinya, kita memang harus hat-hati sekali memutuskan pada siapa kita curhat. Saran saya, curhatlah pada teman yang sudah kita kenal dan mengenal kita lama, dan baik. Curhatlah pada orang yang kita tau dan yakin seperti apa kualitas pribadinya :)

Membuat Harga Mesin Cuci Bekas Menjadi Mahal

on
Selasa, 12 April 2016
Barang elektronik memang akan selalu muncul dengan model yang baru yang akan membuat kita selalu ingin mengganti perlengkapan rumah tangga. Karena tentu saja perlengkapan elektronik dengan model terbaru ini adalah perlengkapan yang lebih bagus tampilannya dan juga akan lebih canggih fungsinya, sehingga tentu saja hal ini akan membuat siapa saja untuk membelinya. Iya, kan? Salah satu perlengkapan rumah tangga yang penting dan kita butuhkan adalah mesin cuci. Sama halnya dengan barang elektronik yang lainnya, maka mesin cuci ini akan selalu muncul dengan tampilan yang baru yang akan semakin bagus. Jika kita ingin mempunyai mesin cuci yang baru, maka tentu saja kita harus menjual mesin cuci Anda yang lama. Sehingga hasil penjualan mesin cuci kita yang lama bisa menjadi tambahan untuk dapat membeli mesin cuci yang baru. Pada saat kita menjual mesin cuci kita, maka harga mesin cuci tersebut pastinya akan menjadi lebih murah, sehingga hal itu membuat kita merasa rugi.

Agar kita tidak merugi dengan jumlah yang besar maka ada beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk dapat membuat harga dari mesin cuci bekas kita menjadi lebih mahal. Cara tersebut antara lain:

1.    Memilih mesin cuci yang merk terkenal

Mesin cuci yang akan kita jual adalah mesin cuci dari merk terkenal. Jika mesin cuci milik kita dari merk terkenal, pasti akan banyak peminatnya, meskipun bekas.

2.    Memilih mesin cuci yang kualitasnya bagus

Apabila mesin cuci kita dari merk yang terkenal maka harga mesin cuci tersebut akan jauh lebih mahal pada saat kita menjualnya dengan kondisi bekas. Dan cara lainnya yaitu Anda harus memilih mesin cuci yang kualitasnya bagus karena dengan ini maka juga akan membuat harga dari mesin cuci tersebut akan lebih mahal.

Namun tidak hanya itu saja, masih ada beberapa cara lain yang dapat kita lakukan untuk dapat membuat harga dari mesin cuci yang kita jual akan menjadi lebih mahal. Cara tersebut antara lain:

1.    Memilih mesin cuci yang mempunyai fungsi yang banyak

Jika kita memilih mesin cuci yang mempunyai yang banyak maka hal ini akan dapat membuat harga jualnya akan lebih mahal.

2.    Masih terdapat kartu garansi dari mesin cuci tersebut

Namun beberapa hal lainnya yang juga akan dapat membuat harga mesin cuci kita menjadi lebih mahal pada saat kita menjualnya adalah dengan cara kartu garansi dari mesin cuci tersebut masih ada. Dan juga mesin cuci masih bagus secara tampilan dan masih dapat berfungsi dengan bagus. Apabila kedua hal ini masih ada atau masih kita miliki maka hal ini akan dapat membuat harga dari mesin cuci kita menjadi lebih mahal.

Pengalaman Pertama Naik Go-Jek

on
Senin, 11 April 2016

Dulu, waktu saya belum punya motor, dan belum punya cukup nyali untuk bersepeda motor di jalan raya, saya amat bersahabat dengan trasportasi umum. Jaman kuliah dulu, saya dan teman-teman satu gank yang juga pada gak punya motor juga ke mana-mana naik bus bareng, dan kami seneng-seneng aja. Bahkan kalaupun harus pindah dari satu angkot ke angkot lain, kami tetep happy-happy aja.

Tapi 4 tahun terakhir ini, sejak saya Alhamdulillah punya motor sendiri, otomastis mobilitas saya jadi sangat tergantung dengan kendaraan roda dua tersebut. Kadang jadi merasa lebay pas gak bawa motor. Angkot nge-tem lima menit aja uring-uringan, padahal dulu jaman SMA nungguin angkot dua jam aja santaiii kayak di pantai. Dulu mau ke mana-mana gak ada motor ya udah, cari info sekuat tenaga harus naik bus atau angkot jurusan mana. Kalau sekarang? Kelimpungan gak jelas :D

Kayak kejadian minggu lalu. Saat saya ada janji bertemu dengan Mbak Primadita yang kebetulan sedang ada kerjaan di Semarang. Kebetulan dua minggu ini motor saya ditahan Ibuk di rumah, gak boleh bawa. Mbak Prim yang menurut jadwal sampai di Semarang sekitar jam empat sore saat itu bilang akan menginap di sebuah hotel yang lokasinya saya gak familiar, dan sepertinya lumayan susah dijangkau pakai kendaraan umum. Karna sabtu pagi saya harus pulang kampung, mau gak mau waktu saya untuk bisa bertemu dengan Mbak Prim adalah jumat sore itu.

Karna naik bus rasanya gak mungkin, karna selain susah juga sudah sore, maka saya memutuskan memilih naik ojek. Kenapa gak Taxi? You know i mean lahh, mahallll. Hihihi. Nah, tapi saya resah. Pasalnya, saya itu lumayan parno naik ojek. Imajinasi saya ke mana-mana. Siapa yang bisa jamin si abang tukang ojek orang baik? Siapa yang bisa jamin saya gak akan dibelokkan ke semak-semak, dan... duh duh, naudzubillah.

Berhubung saat itu saya butuh banget, akhirnya saya tetap memantapkan hati untuk naik ojek. Untuk meminimalisir kemungkinan buruk yang ada di imajinasi saya, saya pengen pesan ojek lewat jasa Go-Jek yang sedang lumayan terkenal itu. Pikir saya, karna Go-Jek adalah sebuah layanan yang terorganisir, Insya Allah para abang tukang ojek-nya pun lebih bisa dipercaya, karna sudah diseleksi. Maka dari itu, pagi-pagi saya berusaha install aplikasi Go-Jek di smartphone saya. Berhasil? Enggak! Entah kenapa error terus. Mbak Prim akhirnya menawarkan akan memesankan Go-Jek untuk saya saat ia sudah sampai di Semarang. Berhasil? Lagi-lagi enggak! Haha. Tawaran lain pun datang. Si Mas calon menawarkan untuk memesankan Go-Jek untuk saya. Saya mengiyakan. Berhasil? Kali ini iya :)

Abang Go-Jek datang sangat cepat. Padahal saya kira akan lumayan lama. Saya yang baru aja pulang dari kantor dan lagi asyik makan kebab akhirnya langsung cuss berangkat, tanpa mandi tanpa ganti baju. Haha. Kesan pertama bertemu si Abang Go-Jek yang menjemput saya, rasa takut masih lumayan menghantui. Tapi rasa takut itu perlahan hilang karna si Abang Go-Jek ngajak ngobrol saya, tanya basa-basi tentang kerja di mana dll gitu lah. Setelah menembus padatnya jalan raya, Alhamdulillah saya sampai di hotel tempat Mbak Prima menginap dengan selamat. Nah, biar gak ribet (pikir saya), akhirnya saya meminta si Abang Go-Jek menunggu. Ia menyanggupi, tapi dengan syarat ada biaya tambahan. Oke, saya setuju, meski si Mas Calon agak gak terima karna harga yang saya setujui kemahalan menurut dia.

Tepat pukul 19.00 WIB, saya keluar hotel karna Mbak Prima sudah harus ada acara lain. Saat saya keluar, si Abang Go-Jek sudah menunggu saya di pos satpam. Hal pertama yang dia ucapkan saat saya muncul adalah, "Mbak, saya sekalian beli makanan orderan, ya di *^&%$ (dia menyebut sebuah tempat makan yang saya gak tau di man letaknya). Deket kok, Mbak. Habis itu saya antar Mbak dulu pulang, baru antar makanannya". Saya tanpa ragu mengiyakan. Gak masalah buat saya (kalau memang dekat), apa salahnya memberi kesempatan orang untuk dapat rizki lebih? Gitu pikir saya.

Ternyata, keputusan saya tersebut adalah awal petaka #tsahhh. Saya diminta si Abang Go-Jek untuk menunggu di pinggir jalan, di dekat motornya. Lamaaa banget. Oke, sampai titik ini saya mulai menyesali keputusan saya, dan mulai bete. Begitu si Abang Go-Jek muncul, betenya saya agak berkurang. Ahaa, ini saatnya pulang! Pikir saya. Saya belum makan, belum mandi, dan capek banget. Jadi udah pengen banget segera sampai kost lagi. Tapi harapan saya kandas! Ketika si Abang Go-Jek tiba-tiba bilang, "Mbak, saya sekalian antar makanannya, ya, ke Banyumanik. Deket kok. Gak papa, ya, Mbak?". Dahi saya mengernyit. Saya keberatan. Banyumanik itu daerah Semarang atas dan setahu saya jauh, sangat berbeda arah dengan arah pulang saya. Tapi si Abang Go-Jek memaksa. Saya mulai pengen nangis. Pengen nolak tegas, tapi lagi-lagi imajinasi saya menakut-nakuti. Gimana kalau Abang Go-Jeknya marah terus saya malah jadi disakiti? Maka, dengan terpaksa saya mengiyakan. Yang penting saya bisa sampai kost dengan selamat, itu saja.

Di tengah perjalanan, saya sempat cerita ke si mas calon. Dia marah sekali! Saya belum pernah tau dia marah kayak gitu. Si mas maksa saya untuk menolak, memaksa saya untuk minta abang Go-Jeknya berhenti, tapi saya takut. Di boncengan abang Go-Jek, saya menangis sekaligus menggigil ketakutan. Saya bingung harus gimana. Karna sudah terlanjur sampai di Banyumanik, akhirnya si mas maksa saya untuk minta dianter ke rumah si mas (yang kebetulan di Banyumanik). Saya tau, tujuan utamanya pasti ingin memarahi dan mengingatkan si Abang Go-Jek. Saya menolak, saya takut mereka berantem, karna si Abang Go-Jek juga mulai emosi ketika lihat saya nangis, dan melihat si mas beberapa kali menelfon dia. Karna si mas memaksa saya untuk minta diantar ke rumahnya, akhirnya saya bilang ke Abang Go-Jek. Kita muter-muter nyari alamat si mas, dan gak ketemu. Akhirnya saya minta diturunkan di depan sebuah Indomaret, saya bayar, dan saya suruh si Abang Go-Jek pergi. Setelah itu saya menghubungi si mas, yang kemudia menjemput saya dan mengantarkan saya pulang.

Si mas kecewa dengan saya, karna saya seperti sengaja menghalangi dia untuk mengingatkan si Abang Go-Jek. Iya, saya terlalu takut ada perkelahian. Saya juga sempat mencegah si mas yang berniat lapor ke pihak Go-Jek. Saya kasihan kalau nanti si Abang Go-Jek itu sampai dipecat. Tapi si mas bilang, sesuatu yang salah itu tetap harus diluruskan. Kalau kesalahan prosedur seperti itu dibiarkan, pasti nanti akan semakin menjadi-jadi. Akhirnya, si mas yang memesankan Go-Jek untuk saya memberikan bintang satu dengan komentar "sangat kecewa" ditelfon oleh pihak Go-Jek. Ia ditanyai, ada apa gerangan sampai bikin dia kecewa sama layanan Go-Jek. Setelah menjelaskan detail kronologisnya, pihak Go-Jek bilang bahwa si Abang Go-Jek tersebut memang telah menyalahi prosedur Go-Jek. Pihak Go-Jek juga bilang mereka akan menindaklanjuti kasus tersebut.

Fiuuhh, pengalaman pertama saya naik Go-Jek ternyata gak seindah pengalaman-pengalaman orang lain yang pernah saya baca. Tapi gak papalah, setidaknya saya jadi belajar. Kata si mas, lebih baik jangan pake Go-Jek diluar ketentuan layanan sistem. Jadi mending ya sesuai yang kita pesan melalui aplikasi aja, nanti kalau butuh lagi ya pesan lagi aja lewat aplikasi, gitu.

Kreasikan Jilbab Anda Dengan Ciput Daleman


Semakin banyaknya para hijaber yang tampil dengan mengenakan busana dan juga jilbab yang berbeda, maka semakin banyak pula kreasi hijab yang diciptakannya, mulai dari gaya yang simple sederhana maupun dengan gaya sedikit ribet. Beberapa gaya yang dikembangkan salah satunya yaitu gaya turban dengan beberapa bantuan ciput daleman yang dikombinasikan warnanya. Dengan kekreatifan para wanita muslimah, ternyata yang dapat dikreasikan tersebut bukannya hanya kerudung dengan jenis persegi panjang, tetapi dengan menggunakan daleman hijab pun kita bisa tampil seperti menggunakan kerudung yang mewah. Dengan berbagai kombinasi warna dari ciput tersebut kita bisa menggunakannya jika ingin pergi ke pesta atau acara-acara pernikahan, jangan lupa disesuaikan pula dengan busana yang kita pakai.

Berikut ini adalah langkah-langkah dalam mengkreasikan ciput daleman:
  1. Siapkan daleman kerudung. Disini digunakan ciput ninja, ciput daleman yang menyerupai bando jumlahnya kira-kira dua dengan warna yang berbeda.
  2. Pakailah kerudung ninja terlebih dahulu, kemudian kenakan ciput bando diatas ciput ninja.
  3. Kenakan ciput bando yang satunya lagi dengan bentuk menyilang.  
  4. Jika itu terasa ribet saat ini sudah tersedia ciput dengan kombinasi warna, seperti ciput two in one, ciput swing, masha ciput nude, ciput melody, dan yang lainnya.
  5. Sebagai tambahan gunakan kerudung paris, lalu pakailah diatas kepala kemudian bagian sisi kiri dan kanannya berikan jarum pentul .
  6. Tarik kedua bagian tengahnya kebelakang kemudian padatkan dengan jarum atau peniti
  7. Ambil salah batu bagian kemudian tarik ke sebelah kanan atas dan beri jarum pada ujungnya agar tidak mudah copot.
  8. Untuk yang satunya lagi sama halnya dengan nomor 7 ditarik ke atas tapi pada bagian ujungnya dibentuk menyerupai bunga dan diberi jarum.
Selesai, sekarang anda siap untuk pergi ke acara formal. Meskipun cara diatas sedikit ribet tapil dijamin penampilan kita akan lebih percaya diri dan juga cantik. Beberapa ciput daleman seperti diatas bisa kita beli di toko online hijab dengan berbagai pilihan warna yang kita inginkan.

Apa Kabar Mading Sekolah?

on
Rabu, 06 April 2016
Mading. Duluuu sekali, saat saya duduk di kelas satu SMP, saya pernah ingin sekali tulisan saya dipajang di mading sekolah. Yah, padahal saat iti saya nulis aja belum bisa. Baru mulai suka baca novel aja, terus kalau ada kalimat yang bagus dicatet di diary :D

Padahal, mading di sekolah saya saat itu gak masuk dalam kategori mading yang terkelola dengan baik. Update-nya sih entah berapa bulan sekali. Cuma, namanya anak lagi masa puber, lihat sinetron/film tentang betapa kerennya kalau kita bisa nulis di mading itu pasti bikin jadi pengen ikut-ikutan.

Nah, suatu hari, Guru Bahasa Indonesia saya memberi tugas untuk menyetorkan tulisan untuk ditempel di mading. Yeayy, saya semangat dong! Tapi ya itu tadi, saya belum bisa nulis saat itu. Hihi.

Tau apa yang saya lakukan? Oh, sungguh, ini pelajaran berharga untuk saya. Kepada teman-teman penggiat dunia kepenulisan, saya mohon maaf sebesar-besarnya. Melalui postingan ini saya ingin mengakui, bahwa saat itu saya melakukan tindakan plagiarisme dengan cara mengakui karya puisi yang saya baca di majalah sebagai karya saya. Saya salin puisi tersebut, lalu saya serahkan pada guru saya. Sungguh, sedikitpun saya belum tau tentang seberapa terlarang tindakan tersebut. Tapi tenang saja, tulisan tersebut gak masuk dalam tulisan yang terpilih untuk ditempel di mading sekolah kok. Hihi.

Yup, hingga hari ini, keinginan saya untuk bisa memamerkan karya saya di mading sekolah gak pernah sekalipun tercapai. Tapi gak papa, Allah kasih ganti yang jauh lebih baik dengan mengenalkan saya pada dunia blogging. #eaaaa

Kalau saya ingat-ingat, sayang sekali rasanya mading-mading di sekolah saya  dulu (SMP dan SMA, SD sih mana ada mading. Haha) tidak terkelola dengan baik. Saya juga hampir gak pernah tau siapa sih sebenarnya tim madingnya. Ada sih ekstrakurikuler mading, dan saya ikut. Tapi saya gak tau sama sekali apa kegiatan dari ekskul tersebut. Gak ada follow up! Atau jangan-jangan saya yang terlampau kuper? Entahlah.

Lalu, apa kabar mading-mading itu hari ini? Apa sudah mulai dikelola dengan baik seiring perkembangan infrastruktur sekolah yang semakin apik? Atau jangan-jangan justru semakin terpinggirkan lantaran dianggap sudah tidak sesuai dengan era cyber saat ini? Anak-anak jaman sekarang, alih-alih sempet baca mading, asyikan jiga baca status! Iya apa iya? *sambil tunjuk hidung sendiri* :D

Mading itu satu dari sekian banyak media untuk berkarya dan berkreativitas. Semoga, kalau memang bukan melalui mading, para siswa gak lantas berhenti berkarya. Semoga mereka hanya sedang sibuk di bidang yang lain, selain mading.

Resep Andalan Keluarga: Rica-Rica Kepiting

on
Selasa, 05 April 2016

Beberapa minggu lalu saya sekeluarga kedatang tamu istimewa. Sebut saja mereka calon mertua saya #eaaaaa :D. Seperti biasa, tiap kedatangan tamu pasti hal pertama yang bikin resah dan gelisah adalah tentang 'mau disuguhi apa?'. Apalagi kalau bertamunya kebetulan pas jam makan siang, gak mungkin dong gak disuguhi makan siang? Itu sih namanya dzalim. Hehe.

Nah, setelah melalui diskusi panjang *halah* antara saya, Bapak dan Ibuk, akhirnya kami memutuskan untuk menyuguhkan menu andalan keluarga kami. Ini ide saya sih sebenernya. Hehe. Dan dari awal saya bilang ke Ibuk, bahwa menu ini harus saya sendiri  yang masak. Biar kalau ditanyain, "Mana yang masakan Mbak Rosa?", saya bisa jawab dengan PeDe. Ahihihi.

Yepp, menu andalan keluarga kami adalah... taraaaa: Rica-rica Kepiting :)

Biar teman-teman bisa mencoba seberapa lezatnya menu andalan rica-rica kepiting ini, maka akan saya bagikan resepnya di sini.

Bahan-bahan:

2 kg Kepiting
Air secukupnya
Minyak goreng untuk menumis bumbu

Bumbu halus:
15 buah cabe (sesuai selera)
5 butir kemiri
10 buah bawang merah
5 buah bawang putih
2 ruas jari Jahe
2 butir tomat (bisa diganti saus)

Bumbu tambahan:

1 batang serai
5 lembar daun jeruk
1 bungkus saus tiram
Mrica secukupnya
Garam secukupnya
Gula secukupnya

Cara membuat:

-Rendam kepiting dalam air mendidih

-Haluskam bumbu. Tumis bumbu halus hingga harum. Masukkan kepiting, lalu tambahkan air secukupnya. Masukkan daun jeruk, serai, garam dan gula. Biarkan hingga air berkurang, lalu koreksi rasa. Tambahkan saus tiram, aduk-aduk hingga rata, lalu biarkan lagi hingga air tersisa sedikit. Koreksi rasa lagi, jika sudah pas, maka siap disajikan.

Alhamdulillah, saat itu semua orang memuji, bilang enak. Hehe. Yes!

Monggo dicoba yaa teman-teman. Bagi penggemar seafood, dijamin nagih!

Beberapa Cara Ini Bisa Membantu Saya Saat Merasa Jenuh Nge-Blog

on
Senin, 04 April 2016
Jenuh. Siapa sih yang gak pernah mengalami kejenuhan? Mau se-hobi apapun, se-suka apapun, pasti kita akan sampai pada titik di mana kita merasa jenuh dengan hal tersebut. Adakalanya kita ingin mengingkari perasaan tersebut. Mencoba melawan dan terus melakukan hal yang tengah membuat kita jenuh itu. Tapi apa hasilnya? Bukannya rasa jenuh itu menyerah pada kekeraskepalaan kita, biasanya justru kita yang semakin gak berdaya. Jenuh kalau gak segera diatasi bisa-bisa malah jadi stress lho.

Jadi, kalau memang lagi jenuh, gak ada salahnya kok untuk mengambil jeda sejenak. Jangan memaksakan diri, karena kalaupun memaksakan diri, hasilnya gak akan maksimal. Iya, kan?

Saya misalnya. Sukaaa banget nge-blog. Sukaaa banget jalan-jalan ke blog orang alias blogwalking, meskipun gak selalu meninggalkan jejak. Tapi, adakalanya saya muak sama blog. Adakalanya saya merasa tiba-tiba capek banget tiap buka dasbor blog. Apalagi nulis blogpost. Gimana bisa nulis, kalau buka dasbor aja bawaannya udah langsung pengen tidur?!

Kalau saya merasakan hal di atas, berarti FIX saya sedang jenuh nge-blog. Dan ketika jenuh nge-blog, saya akan memilih untuk melakukan aktivitas atau hobi saya yang lain, yang biasanya saya nomor-sekiankan saat sedang semangat nge-blog.

Berikut adalah beberapa aktivitas pilihan saya saat sedang jenuh nge-blog:

1. Baca novel

Ini hiburan yang gak ada matinya buat saya. Saat baca novel, saya seperti diijinkan untuk berpetualang ke kehidupan orang lain. Dan itu cukup efektif membuat saya sejenak melupakan kejenuhan saya, dan perlahan-lahan akhirnya hilang. Novel pilihan saya saat sedang jenuh biasanya novel romance yang ringan. Kalau lagi jenuh bacanya novel serius sih malah bikin semakin pusing, ya :D

2. Crafting


Saya suka crafting, tapi sukanya angin-anginan. Hehehe. Dan saat terbaik untuk menekuni hobi crafting saya adalah saat saya jenuh nge-blog. Hihi. Dulu sekali saya sempat rajin membuat bros bunga dari bahan kain flanel. Lalu beberapa bulan lalu saya sempat tekun belajar merajut. Crafting itu menyenangkan, dan membuat pikiran jadi fresh. Tapi ya itu, setelah jenuh saya hilang, biasanya crafting akan kembali jadi nomor sekian setelah nge-blog.

3. Main sama ponakan

Nahh, ini sebenarnya cara yang paling kilat untuk menghilangkan kejenuhan. Ngobrol sama Kak Andien (ponakan tertua, 8 tahun) tentang topik ringan khas anak-anak, dengar Dek Danish ngecuwis (ponakan kedua, 4 tahun) dengan logat cadelnya yang lucu, dan melihat kelucuan Mas Iyas (ponakan ketiga, 1,5 tahun) benar-benar merupakan mood booster buat saya. Setelah bermain dengan mereka sejenak, biasanya kejenuhan langsung hilang seketika.
Thanks to krucil-krucilnya tante ;)

4. Ngobrol sama sahabat

Cara ini biasanya saya pakai saat sedang tidak di rumah, atau saat sedang gak bisa pulang pas weekend dan gak bisa ketemu sama ponakan. Ngobrol random tentang apa saja dengan sahabat yang paham saya banget cukup ampuh bikin jenuh cepat enyah dari diri saya.

Nah, setelah jenuh sudah teratasi, maka saatnya untuk kembali berkarya melalui blog. Jadi, jenuh itu boleh dan sangat manusiawi. Asal jangan keseringan dan jangan kelamaan. Karna kalau keseringan itu namanya malas, dan kalau kelamaan itu namanya ngeles. Hehehe.

Share yuk, aktivitas apa yang kamu lakukan saat sedang jenuh? :)

Tips Piknik Hemat

on
Minggu, 03 April 2016

Piknik, tampaknya menjadi sesuatu yang tenar sekali sekarang ini. Atau sebenarnya dari dulu, cuma saya aja yang gak tau? Entahlah. Yang saya tau, sering sekali saya lihat orang-orang yang mengeluh kurang piknik melalui statusnya di media sosial. Bahkan sempat ada tema viral soal ibu rumah tangga yang butuh piknik, ya?! Hihi.

Memang sih, wajar kalau kebutuhan akan piknik meningkat pada orang-orang jaman sekarang. Berbanding lurus dengan tingkat stress yang juga meningkat karna semakin tingginya tuntutab hidup. Gitu gak, sih? Yang jelas, gak ada salahnya kok merasa butuh piknik.

Piknik gak selalu harus mahal kok. Apalagi untuk orang seperti saya, yang penghasilan pas-pasan (pas butuh pas ada, aamiin). Kalau nunggu piknik ke luar pulau atau ke luar negeri, nginep di hotel berbintang, bla bla bla, ya keburu stressnya numpuk masih tetep belum bisa piknik mungkin. Hehe.

Terus gimana, dong? Ya disiati dong, ah! Harus pintar mengatur strategi agar kebutuhan piknik terpenuhi, tapi keamanan dompet tetap kondusif. Hihi. Nah, berikut ini beberapa tips piknik hemat a la saya:

1. Tujuan piknik gak perlu jauh

Yup! Piknik gak harus selalu ke luar pulau atau luar negeri, kan? Asal niatnya pure pengen piknik, bukan untuk biar bisa foto-foto dengan background keren, ya piknik gak perlu jauh lah.

Coba cek, ada tempat wisata apa saja di daerah kita. Pasti kita bakal kaget, karna ternyata tempat wisata di daerah kita aja belum semua kita kunjungi. Hihi. Kalau saya yang orang Jepara, tempat wisata favorit sih tetap Pantai Bandengan dan Pantai Kartini.

Memilih tempat tujuan piknik yang gak jauh dari rumah itu cukup signifikan lho kalau kita berniat piknik hemat. Yang paling signifikan tentu saja ada di pos biaya transportasi dan biaya menginap yang bisa dipangkas seminimal mungkin.

2. Pilih sarana transportasi yang efektif dan efisien

Maksudnya gimana? Maksudnya, kalau kita mau piknik cuma berdua sama pasangan (*cieee pasangan, hihi), memilih menggunakan motor akan membuat piknik kita semakin hemat. Atau kadang saya piknik berempat sama teman-teman juga tetap pakai motor. Ya motornya dua lah, ya! Soalnya gak ada mobil sih memang. Ahahaha.

Tapi serius, rasanya tetap hemat pakai motor kan, ya? Apalagi kalau kamu tinggal di kota yang tingkat kemacetan tinggi. Wuih, dijamin, memilih motor akan semakin membuat kamu hemat!

3. Jangan banyak jajan, kalau perlu bawa bekal dari rumah

Pasti sudah umum lah ya di manapun, kalau jajan yang dijual di area lokasi piknik itu pasti harganya lebih mahal dibanding di tempat umum. Saya pernah tuh, ke Pantai Bandengan pagi-pagi dan kebetulan belum sarapan. Nah, begitu sampai Pantai Bandengan, saya beli P*p Mie. Beuh, harganya dua kali lipat!

Maka dari itu, kalau memang ingin piknik hemat, tahan keinginan untuk banyak jajan. Kalau perlu, gak ada salahnya kita bawa bekal dari rumah. Apalagi kalau kita pikniknya bareng keluarga. Wuih, pasti malah bikin makin seru. Makan bareng sambil gelar tikar gitu.

4. Gak perlu beli souvenir khas tempat wisata

Yah, kalau cuma piknik ke lokasi yang masih di daerah kita sendiri, rasanya beli souvenir gak terlalu penting deh, ya! Kecuali kalau kita pikniknya ke manaaaa gitu. Hehe. Jadi, daripada sepulang dari piknik souvenir yang kamu beli cuma tergeletak begitu saja, mending gak usah beli deh. Kan mau piknik hemat, toh?!

5. Minimalisir menyewa fasilitas yang tersedia di lokasi piknik

FYI, di Pantai Bandengan sekarang fasilitasnya makin beragam loh! Ada Banana Boat, Perahu Kano, dll. Tapi, berhubung saya mau piknik hemat, ya gak perlulah mencoba fasilitas-fasilitas tersebut. Paling mentok, saya cuma naik kapal untuk nyebrang ke Pulau Panjang yang tarifnya gak sampai 50 ribu.

Ohya, satu lagi. Tiap ke Pantai Bandengan, saya juga selalu sedia plastik untuk membungkus baju yang basah setelah main air, dan peralatan mandi. Biar gak perlu beli di tempat bilas. Kan mau hemat. Hehe.

Nah, lima point di atas kalau dipraktekkan akan sangat signifikan lho buat keinginan berhemat kita. Seneng kan jadinya, kebutuhan piknik terpenuhi, tapi anggaran pengeluaran juga gak terlalu terganggu.

Kalau kamu, punya tips biar bisa liburan hemat gak? Share, ya :)

Raih Keuntungan Sebanyak-banyaknya Saat Datang ke Acara Blogger

on
Sabtu, 02 April 2016
Sebagai blogger yang sedang belajar (*gak boleh bilang apalah-apalah :D) saya terbilang amat jarang datang ke acara pertemuan blogger. Ingin sekali sebenarnya. Tapi karena beberapa hal, keinginan itu beberapa kali harus saya urungkan.

Pertama, saya anak (setengah) rantau, yang pulang ke rumah seminggu sekali. Dan sekalinya di rumah, ibu dan mbah putri saya cenderung 'melarang' saya ke mana-mana. Dan saya, yang memang dari kecil ter-setting sebagai anak rumahan, cenderung tidak keberatan dengan larangan mereka.

Kedua, tentang saya yang punya ketakutan tersendiri saat bertemu orang baru. Hal itu membuat saya berpikir beberapa kali ketika hendak hadir di acara blogger, yang sebagian besar orangnya belum saya kenal, atau hanya kenal di dunia maya sebelumnya.

Tapi kalau saya terus-terusan menahan diri untuk tidak hadir di acara blogger, kapan saya majunya? Padahal, saat ada acara blogger, tentu saja akan banyak sekali ilmu yang bisa didapat melalui sharing pengalaman antar-blogger. Pada tanggal 19 maret lalu, akhirnya saya bertekad untuk datang di acara Fun Blogging. Acara blogger yang sudah amat tenar, karena acara tersebut digawangi oleh tiga blogger kondang.

Meskipun saat itu saya sempat agak kelimpungan. Pasalnya, tanggal 19 bagi pegawai yang menerima gaji per tanggal 25, merupakan tanggal yang amat tua. Lumayan deg-degan jikalau tiba-tiba ada pengeluaran yang diluar perhitungan. Alhamdulillahnya, saya ada motor, jadi ongkos transport bisa agak diminimalisir. Selain itu, acara yang terselenggara dari pagi hingga petang tersebut telah menyediakan snack dan makan siang. Jadi gak perlu khawatir tentang biaya konsumsi. Hehe.

Karena kesempatan seperti sangat jarang saya dapatkan, tentu saja saya memanfaatkan semaksimal mungkin agar bisa meraih keuntungan sebanyak-banyaknya dari acara tersebut. Berikut 4 keuntungan yang saya dapatkan pada acara blogger:

1. Ilmu

Ini sih wajib banget, ya. Sudah meluangkan waktu dan mengeluarkan biaya, rugi sekali rasanya kalau gak dapat ilmu dari acara tersebut, terutama ilmu tentang blogging.

Bagi blogger yang masih minim ilmu, dan taunya hanya 'sekedar posting' seperti saya, ilmu yang saya dapatkan di acara blogger tersebut amat luar biasa. Dan semoga saya bisa menerapkannya dalam rutinitas ngeblog saya.

2. Networking

Networking konon menjadi hal yang sangat penting dalam proses peningkatan karir, gak terkecuali karir sebagai blogger. Dengan bertemu di acara blogger, tentu saja networking kita di dunia blogging akan semakin luas.

3. Komunitas Baru

Biasanya, sebuah acara blogger di follow up dengan cara mewadahi kita di sebuah komunitas baru. Contohnya acara Fun Blogging kemarin, yang difollow up dengan cara memasukkan kita ke sebuah grup rahasia di facebook.

4. Bertemu teman-teman dunia maya

Ini yang paling menyenangkan, menurut saya. Dengan hadir di acara blogger, saya bisa bertemu dengan teman-teman yang selama ini hanya saling bertegur-sapa di dunia maya. Melalui acara Fun Blogging kemarin, saya bisa bertemu dengan seorang teman yang selama ini sudah sangat akrab dan sering ngobrol melalui chatt. Obrilan kami pun sudah gak sekedar tentang blog saja, tapi sudah masuk ke area pribadi. Siapa lagi kalau bukan Mbak Ila. Hehe.

Nah, dengan berbagai keuntungan tersebut, rasanya biaya yang saya keluarkan, baik biaya registrasi maupun biaya akomodasi jadi terbayar lunas nas nas. Dan setelah ini, saya ingin sekali bisa lebih rajin datang ke acara blogger.

4 Cara Menghadapi Orang Yang Hobi Berkomentar Negatif

on
Jumat, 01 April 2016

Hidup tanpa dikomentarin negatif alias dinyinyirin sama orang lain rasanya seperti sayur tanpa garam, ya?! Iya gak sih? Tapi menurut saya itu jauh lebih baik sih. Asal gak sebaliknya saja: kita merasa hidup kita bagai sayur tanpa garam ketika gak komentarin negatif orang lain. Hayoo ada gak yang kayak gitu??!! *sodorin golok*


Iya, dear... Hidup ini klise sebenarnya. Kok bisa? Bisa lah! Polanya sama, kok. Tuhan yang menentukan, kita yang menjalani, orang lain yang komentar. Iya, gak? Haha. Jadi, kalau kamu berusaha untuk melakukan sesuatu yang terbaik, sembari berharap gak akan ada lagi orang yang komentar negatif bin nyinyir... Duh dek, kamu sedang memberi kesempatan pada rasa kecewa yang teramat besar pada dirimu sendiri.

Komentar negatif itu bukan untuk dihindari, bukan untuk dibasmi, melainkan untuk dihadapi. Tapi, jangan pernah menghadapi sesuatu tanpa tameng kalau kita gak ingin terluka dan tumbang. Komentar negatif itu dampaknya luar biasa loh kalau kita gak punya tameng. Mungkin gak akan melukai fisik, tapi justru lebih parah, karna hati kita yang disasar. Maka, 4 cara ini semoga bisa menjadi tameng saat kita harus menghadapi orang yang hobinya berkomentar negatif.

1. Cuekin aja, Pura-Pura Gak Dengar


Sekali lagi, mau sebaik apapun kita, akan tetap ada orang yang berkomentar negatif. Rasulullah itu manusia dengan akhlak paling mulia di muka bumi. Tapi apa itu membuat beliau jadi bebas dari komentar negatif? NO! Dikira gila pernah, dikira tukang sihir pernah, bahkan dilempari kotoran unta hingga diludahi pun pernah.

Kalau kita mau ambil pusing dan masukin ke hati setiap komentar negatif orang, maka kita tidak akan ke mana-mana. Stuck! Tanamkan pada diri bahwa kita tidak sedang berbuat demi penilaian baik manusia. Ada penilaian yang jauh lebih tinggi nilainya dibandingkan itu. So, cuekin aja kalo dikomentarin negatif sama orang!

2. Balas Dengan Kebaikan


Kembali ke kisah Rasulullah. Saat beliau diludahi orang terus-menerus, apa yang beliau lakukan saat orang yang meludahinya sakit? Menjenguk, guys.. menjenguk! Bayangkan jika kita yang tiap hari diludahi. Mungkin saat yang meludahi kita sakit, kita akan meludahi balik. Hehe

Jadi, gak ada salahnya kalau kita mencoba meneladani beliau. Kalau ada orang yang suka nyinyir, sekali-sekali bolehlah kita kasih satu box permen karet. Biar dia sibuk ngunyah, terus jadi berhenti deh nyinyirnya. Huahahaha.

3. Lanjutkan Hal Baik Yang Kamu Lakukan


Setelah pura-pura gak dengar dan membalas komentar negatifnya dengan kebaikan, maka kembalilah fokus untuk terus melanjutkan hal baik yang kamu lalukan, meskipun dikomentari negatif orang lain itu. Biarlah dia sibuk berkiprah di dunia pernyinyiran, sementara kamu sibuk menggeluti banyak hal yang positif ;)

4. Doakan!


Nah, jurus pamungkas untuk menghadapi orang yang suka berkomentar negatif, tapi kita tidak bisa berbuat apa2, ya doakan saja. Eits, tapi jangan sampai berdoa yang jelek-jelek, ya. Pernah dengar kan, kalau doa kita untuk sesama itu akan diamini malaikan, dan didoakan agar doa itu juga untuk kita?! Nahh, maka itu, janhan berdoa jelek, karna takutnya akan balik ke kita sendiri. Hiii

Makanya kalau ada orang yang suka nyinyir, didoakan aja... Semoga Allah menyadarkan dia biar gak seperti itu lagi, dan semoga kita gak ketularan nyinyirnya. Ehehehe

4 cara di atas itu memang susah banget sih aplikasinya. Terutama buat diri saya sendiri. Teorinya tau, tapi begitu dihadapkan pada keadaan itu bawaannya pengen ngadah golok. Ahahaha.

Tapi saya jadi ingat obrolan saya dengan Mba Esti beberapa tahun lalu. Mbak Esti bilang, orang yang hobinya komentar negatif itu sebenarnya tengah mencari celah atas 'cacatnya' hidup orang lain, dan ingin memastikan bahwa hidup orang lain tidak lebih baik dari kehidupannya.

Yah, semacam depresi sama hidupnya sendiri gitu mungkin :D

Signature

Signature