Claudia Syarifah, Mahasiswi Indonesia Yang Berkesempatan Berpidato di Forum PBB

on
Minggu, 30 Oktober 2016
Dulu, saya pernah mengeluh. Tentang rumah saya di desa yang letaknya cukup jauh dari kota. Menurut saya dulu, hal itu membuat gerak saya terbatasi. Saya merasa gak bisa belajar banyak hal dan memiliki wawasan yang luas seperti teman-teman sekolah saya yang lain lantaran minimnya fasilitas. Saat itu akses saya dengan internet masih sangat terbatas. Smartphone jelas belum punya, sedangkan warnet letaknya kurang lebih delapan kilometer dari rumah saya. Hal itu membuat saya jadi punya pemakluman yang terlalu luas -- bahkan kadang kebablasan -- untuk malas belajar dan mengembangkan diri. Menurut saya, semua itu karna berbagai keterbatasan kondisi saya.

Seiring berjalannya waktu, Alhamdulillah mata saya mulai terbuka. Allah mengirimkan orang-orang yang membuat saya akhirnya sadar, bahwa keterbatasan bukanlah alasan untuk berhenti. Berkarya di tengah keterbatasan adalah hal yang amat sangat mungkin. Kuncinya ada pada seberapa kuat kemauan dan tekad kita.

Salah satu orang yang membuka mata saya adalah Claudia Syarifah. Ia seorang alumni Universitas Diponegoro Semarang Fakultas Ilmu Sosial dan Politik jurusan Hubungan Internasional yang baru beberapa hari kemarin diwisuda. Kenapa seorang Claudia Syarifah ini mampu membuka mata saya bahwa keterbatasan bukanlah alasan untuk kita berhenti berjuang meraih cita-cita? Sederhana saja. Karna dia lahir dan tumbuh di desa yang sama dengan saya. Desa yang letaknya cukup jauh dari segala fasilitas kota yang sempat saya jadikan alasan kemalasan saya.

ambil dari FB Claudia Syarifah
Tapi tentu saja bukan hanya karna dia tetangga saya :) Coba ketikkan nama Claudia Syarifah di kotak pencarian google. Kalian pasti akan segera paham maksud saya. Ya, dia adalah satu-satunya mahasiswi Indonesia yang berhasil memenangkan lomba essay yang diadakan oleh United Nations Academic Impact bekerja sama dengan ELS Educational Services, Inc. dan akhirnya membawanya berpidato di General Assembly of the United Nations atau lebih sering kita kenal dengan sebutan sidang umum PBB di Amerika Serikat. Wow! Jujur, saya gak pernah menyangka akan ada tetangga saya yang menginjakkan kaki di Negeri Adidaya tersebut dengan bermodalkan prestasi.

Sudah lama saya ingin menulis tentang dia. Tapi, ya begitulah. Terus tertunda karna (lagi-lagi) berbagai pemakluman saya pada diri sendiri. Hingga akhirnya, Mbak Primadita melalui tulisannya yang ini mengajak saya menulis tentang perempuan inspiratif. Saya pikir, kenapa saya gak menulis tentang Claudia Syarifah ini saja. Masih muda, cantik, berprestasi, sholihah (Insya Allah). Kurang inspiratif apa? :)

Nah, berikut ini adalah cuplikan obrolan saya dengan Claudia atau saya biasa memanggilnya Ovi (atau Opi). Itu panggilan kecilnya.

Rosa: Hai Opi. Eh, Opi apa Caludia sih manggilnya?

Claudia: Hai, Mbak. Opi boleh.. Claudia, it is sound good. Orang tua saya memberi nama Claudia yg maknanya "a peaceful heart", sementara Syarifah maknanya "Lady".

Rosa: Oke, Opi aja, ya. Soalnya sudah terbiasa dari kecil. Emm ngomong-ngomong, aku sering lho kepo-in akun FB dan IG-mu. Dan WOW banget lihat postingan-postingan fotomu yang ber-setting Amerika – salah satunya yang berlatarbelakang patung liberty. Itu dalam rangka apa sih?

Claudia: Foto di depan patung Liberty, itu bonus bisa mampir ke sana. Kebetulan sewaktu saya berkesempatan untuk berpidato dalam Sidang Umum di PBB tanggal 24 Juli 2015 lalu, yang mengangkat tema tentang "Post-2015 Agenda of the United Nations/Sustainable Development Goals (SDGs)”

Rosa: Gimana ceritanya kami bisa ada di event tersebut? Dan bagaimana perasaanmu?

Claudia: Jadi begini, UN kerjasama dengan ELS untuk menyelenggarakan lomba essay "Many Languages, One World" dengan tema Sustainable Development Goals (SDGs). Lalu saya mengangkat issue "Gender Equality" berdasarkan perspective saya sebagai mahasiswi Ilmu Hubungan Internasional dengan spesialisasi Kejahatan Transnational. Alhamdulillah, essay saya terpilih lalu saya lolos tahap verifikasi serta wawancara dan diberi kehormatan oleh ELS dan United Nations untuk mengikuti serangkaian acara seperti International Youth Forum di Adelphi University juga hadiah istimewa untuk speech di United Nation General Assembly. I am motivated take part in this essay competition because it has been my dream and desire to contribute positively to the world. I have always believe that every one is a stakeholder in the world affair.
ambil dari FB Claudia Syarifah juga. Saat dia sedang berpidato di Forum PBB
Perasaan saya? I am grateful, pesertanya dari 42 negara, yang dari Asia Tenggara ada saya dan seorang teman dari Vietnam. Sebagian besar dari Europe, U.S, juga beberapa negara benua Afrika.

Kebanyakan peserta lain sudah post-graduate dan doctoral, I am grateful, saya sangat senang dengan atmosphere-nya. Dapat keluarga baru, teman berpikir baru yang sangat menghargai ide. Kita semua masih keep in touch sampai sekarang.
 
Rosa: Wow, luar biasa. Nah, bisa ada di event itu berarti kamu harus cas cis cus bahasa inggris kan ya? Aku dengar kamu pintar bahasa inggris otodidak alias belajar sendiri, ya? Kok bisa sih? Gimana caranya? Terus belajarnya sejak umur berapa?

Claudia: Mengenai bahasa, bahasa itu sarana komunikasi terpenting agar supaya saling memahami. Di sana peserta menggunakan 6 bahasa resmi PBB. Kebetulan saya berbahasa Inggris, Arab, dan sedikit Perancis.

Autodidact? Tidak mungkin. Saya tidak merasa seperti itu, sebagian orang memang suka berlebihan. Saya belajar di sekolah formal dan memiliki guru-guru yang penuh dedikasi, ditambah dari kecil saya banyak membaca, baca buku apa saja yang saya temukan di rak buku orang tua saya. Konon ceritanya sebelum masuk TK saya sudah lancar membaca koran.

Oh ya, pertama kali saya belajar berbahasa asing ketika saya masih usia 4 tahun. Adik perempuan bapak saya setiap hari menyanyikan lagu berbahasa inggris, saya banyak belajar darinya sewaktu kecil. Tambahan sedikit, sejak kecil saya konsisten membagi waktu 8 jam untuk hobi, 8 jam untuk belajar dan 8 jam untuk istirahat atas nasehat dan arahan ibu. Itu hal sederhana yang berarti.
 
Rosa: Ooo. Berarti konsistensi sejak kecil memang berperan penting banget ya sepertinya. Lanjut, ya, Aku tu jujur agak heran sekaligus kagum sama kamu. Lahir dan besar di desa yang bisa dibilang lumayan jauh dari berbagai kemapanan fasilitas belajar. Tanpa sedikitpun bermaksud meremehkan, sekolahmu dari SD sampai SMA juga di sekolah yang (maaf) gak favorit dan kualitasnya biasa saja, kan? Artinya atmosfer kompetisi soal prestasi pasti minim. Tapi kok kamu bisa ‘melompat’ setinggi ini? Bisa mencapai titik yang sepertinya hampir gak pernah terpikir di benak anak-anak muda di desa kita. Apa sih motivasi terkuatmu? Apa gerangan yg menjadi pemantik semangatmu?
 
Claudia: Oke, I see kok, Mbak :) Tidak dapat dipungkiri, lokasi desa kita yang terbilang jauh pusat kota membuat kita kerja keras beberapa kali lipat dari mereka yang di kota. But it is OK, lebih gereget bukan?

Soal sekolah, Memilih sekolah itu kayak milih jodoh -__- Pertama sekali saya ditanya mau sekolah dimana adalah selulus MI (setingkat SD) dari Kajok (nama salah satu dusun di daerah kami). Saya jawab mau di MTs (setingkat SMP) Hasan Kafrawi (nama salah satu sekolah di daerah kami) saja, saya waktu kecil mikirnya cuma main saja, jadi ga pengen sekolah jauh-jauh. Lalu setelah lulus MTs, saya bilang ke orang tua ingin sekolah di Kudus, tapi mereka tidak merestui, mengingat saya belum mandiri waktu itu. They know me better than I do. Akhirnya saya memilih untuk kembali melanjutkan MA (setingkat SMA) di Hasan Kafrawi. Sejak MTs saya di Hasan Kafrawi, saya jatuh hati dengan kecerdasan dan dedikasi tinggi para gurunya.

Memang pada saat itu MA-nya cuma terdiri dari 4 kelas, tetapi fasilitas lumayan lengkap. Sehari-hari belajar dengan LCD, tempat duduk selayaknya anak kuliah, di SMA lain tentu masih jarang yg seperti itu di tahun tersebut. Peluang untuk berkompetisi juga banyak, kepala sekolah kami sangat update dan mendukung ketika ada lomba baik tingkat kabupaten maupun provinsi. Saya sempat menjuarai lomba pidato se-kabupaten sewaktu MA, teman2 juga ada yg menang lomba PMR, Pramuka, dll. Sesuai minat dan bakat. Potensi saya banyak ditemukan dan dikembangkan di sana.

Tentang “melompat setinggi itu”, Wkwk.. Sebenarnya memang sudah jadi kekarepan saya sejak remaja, semuanya bertahap disusun dari bawah, mulai kabupaten, provisinsi, nasional, lalu internasional. I love people who dream and create, jadi tiap saja punya mimpi saya akan pelihara bara itu dalam dada saya, lalu menyusun seribu jalan untuk menujunya.
 
Rosa: Ooo. Hmm, berarti apa yang sering saya dengar salah, ya. Kebanyakan orang seringkali hanya melihat dari luar. Hanya dari peringkat akreditasi sekolah, misalnya.
 
Claudia: Sepakat! Saya selalu tanamkan dalam hati dan berusaha untuk mengartikulasikan prinsip mencari ilmu sebagaimana yang ada dalam kitab Talimul Mutaalim yg diajarkan Bapak Sodiq (guru MI saya). Nah, terbukti, kan? Tidak peduli sejauh apa kita belajar, sepelosok apa tempatnya. Yang penting itu siapa gurunya, masa, kesabaran kita. Begitupun ketika kuliah, prinsip-prinsip mencari ilmu tersebut selalu saya jaga.
 
Rosa: Prinsip mencari ilmu di kitab talimul mutaalim seperti apa isinya?
 
Claudia: 1. Kecerdasan, 2. Haus akan ilmu, 3. Kesabaran, 4. Pengorbanan materi dan waktu, 5. Petunjuk guru, 6. Waktu yang panjang.
 
Rosa: Waahh, makasih ya, Pi. Jadi dapat tambahan ilmu :) Emm, tapi, Pi... kamu pasti pernah dong semangatnya down? Nah, apa sih yang biasanya jadi booster buat kamu biar semangat belajar dan berjuangmu kembali membara?
 
Claudia: Semua orang pasti pernah merasa lelah dan down. Ketika saya lelah dan sedang kecewa, saya ambil waktu untuk  istirahat. Saya mengingat-ingat sewaktu kecil ketika tidur dibelaian nenek, beliau penuh antusias bercerita tentang orang tuanya, mereka sosok yang mengagumkan; ambisius dan berhati lembut. Nenek selalu bilang "urip iku sejatine urup", hidup itu sejatinya menyala, lighting is true life.

Saya selalu mengenang percakapan kami. “Sebaik-baiknya hidup itu yang bermanfaat, sebisa mungkin memberi manfaat untuk banyak orang. Bagaimana kamu bisa menyinari orang lain jika kamu sendiri dalam kegelapan (kebodohan dan kepayahan), kamu harus mengurangi kegelapan di dalam dirimu hingga pada saatnya kamu bisa menyala, bercahaya untuk banyak orang"

Belakangan saya berfikir bahwa institusi paling berpengaruh adalah institusi keluarga.
 
Rosa: Aaaa, so sweet bangeettt! Terus resolusi yang ingin kamu capai dalam waktu dekat ini apa, Pi?
 
Claudia: Mau nikah dong! Hehe. Bercanda, Mbak! Saya pengen S2, mau ambil MBA.
 
Rosa: Lho, serius juga gak apa-apa kok. Nikah sekaligus S2 kan bisa. Hehe. Sekarang soal tokoh inspiratif. Siapa sih sosok perempuan inspiratif yang kamu kagumi dan menjadi salah satu motivator hidupmu? Apa alasannya?
 
Claudia: Tokoh inspiratif perempuan, ya? Gak jauh-jauh sih. Saya pengagum berat 2 ratu di Jepara. Ratu Shima alias Kalingga dan Ratu Kalinyamat. Hehe. Sayangnya mereka bukan penulis dan gak nyuruh orang buat nulis cerita mereka, jadinya mereka tidak seabadi kartini yang tulisannya bisa dikenang sepanjang sejarah. Gak main-main lho! Mereka itu Ratu. Pemimpin. Saya mendengar banyak tentang mereka dari nenek saya, ibunda bapak. Di zaman ratu Shima berkuasa, emas ditaruh di perempatan jalan tidak ada yang ambil. Saking sejahteranya rakyat jaman itu dan saking tegaknya law enforcement. Saya sangat kagum. Lalu, Ratu Kalinyamat, dia cucu wali yang luar biasa, di era kepemimpinannya ia berhasil mengusir Portugis dari selat Malaka, kira-kira itu abad 16, mengingat di abad itu imperealisme Barat dimulai.
 
Rosa: Wow, out of the box, ya! Saya kira kamu bakal menyebut wanita-wanita masa kini, penulis buku, tokoh pendidikan, dll sebagai tokoh inspiratif.
 
Claudia: Haha. Saya belum menemukan yang sekeren mereka. Kebanyakan anak muda sekarang kurang mau menyelami sejarah. Atau jangan-jangan sayanya yang gagal move on? Haha.
 
Rosa: Hihi. Saya tersentil nih, karna selama ini malas belajar sejarah. Yang terakhir, Pi... kamu punya cita-cita apa buat desa kita tercinta?
 
Claudia: Ketika saya berpidato di UN, ketika itu juga mimpi saya untuk mewujudkan 17 agenda SDGs (bisa dilihat di internet) mulai tumbuh. Ini bukan tentang saya, tetapi tentang kita semua, tentang kamu, sebagai bagian dari bumi yang indah ini. Saya selalu katakan pada diri saya sendiri bahwa "I am global citizen, and my country is humanity".
 
SDGs itu blueprint. Jadi PBB punya tujuan untuk mewujudkan SDGs, untuk kemaslahatan seluruh umat manusia, tak peduli warna kulit, ras, atau agama.

Pancur itu berasal dari kata 'Pancer' yang artinya pelangi. Mpu Supo Madrangi memberi nama desa kita sedemikian indah pasti ada harapan besar di dalamnya. Desa kita ini dataran tinggi, pelangi yang berada di dataran tinggi atau pelangi di atas bukit yang dituju oleh banyak mata. Indah bukan? Harapannya kita semua dapat menjadi tauladan yang baik, pelangi itu warna aslinya putih tetapi bisa jadi warna-warni. Keberagaman itu indah dan kita tidak boleh lupa akan fitrah kita untuk menjaga hubungan baik dengan sesama ciptaan dan Pencipta.

Rosa: Duuh, speechless. Luar biasa lah pokoknya! Terima kasih sekali atas waktunya ya, Pi. Ngobrol bentar sama kamu sudah dapat banyak hal yang menginspirasi. Semoga segala cita-cita dan harapanmu tercapai, ya.

Claudia: Amiin. Sama-sama, Mbak :)

Hihi, panjang yaaa. Saya gak tahan untuk gak tanya macam-macam sama Opi alias Claudia, mumpung bisa ngobrol. Jujur, ada beberapa bagian yang terpaksa harus saya skip. Bukan karna apa-apa, tapi temanya nanti jadi melebar kemana-mana.

Yang jelas, dari perempuan muda bernama Claudia Syarifah ini saya belajar banyak hal. Salah satunya dan yang terutama adalah, betapa ia masih selalu memegang hal-hal sederhana seperti nasehat neneknya dan nasehat guru MI-nya meski ia sekarang sudah 'meroket'. Berapa banyak dari kita yang ketika sudah merasa 'tinggi' sedikit langsung lupa dengan hal-hal sederhana yang sebelumnya kita pegang, lantas menggantinya dengan hal-hal yang seolah lebih WOW. Kutipan dari buku ina-inu lah, ucapan tokoh dunia siapa lah, dll. Claudia Syarifah mengajarkan pada saya untuk berpijak di bumi gak peduli sudah seberapa tinggi lompatan kita.

Ah, satu lagi. Claudia Syarifah juga rasanya menjadi salah satu bukti bahwa Indonesia masih punya anak-anak muda yang cemerlang. Yang siap mewarnai Indonesia dengan berbagai torehan prestasi. Saya berharap, anak-anak muda di Indonesia menemukan inspirasi-inspirasi dari sosok seperti ini. Bukannya dari selebgram-selebgram yang postingannya hampir gak ada nilai postifinya sama sekali.

Ngeblog Buat Apa?

on
Kamis, 27 Oktober 2016
pixabay.com
Saya masih ingat sekali, pertama kali membuat blog di perpustakaan kampus saya tercinta Unissula. Saat itu, masalah terbesar saya hanya sebatas skripsi. Kalau ditanya apa tujuan saya membuat blog, saya lupa persisnya. Yang jelas, saya gak pernah membayangkan bahwa dunia bloging semeriah dan sehiruk-pikuk ini. Saya gak pernah kepikiran akan mendapat banyak teman dan jaringan lewat blog. Saya gak pernah tau bahwa blog bisa menjadi sumber kehidupan bagi banyak orang. Ya, sepolos itu dulu saya. Bagi saya blog adalah diary. Titik. Maka, jangan tanya seperti apa tulisan-tulisan saya di blog ini di tahun pertama-kedua blog ini ada.

Yang jelas, dengan adanya blog ini, saya merasa punya 'sesuatu' dalam diri saya. Saya punya semangat untuk merawat agar blog ini terus ada dan terus terisi. Padahal bersamaan dengan saya membuat blog ini, beberapa teman terdekat saya juga melakukan hal yang sama. Bedanya, mereka lantas tumbang satu persatu di tengah jalan. Blog bukan pilihan mereka untuk bertahan. Dan saya, yang biasanya mudah sekali terpengaruh teman entah kenapa memilih terus bertahan. Tak peduli adakah yang membaca apa yang saya tulis. Tak peduli tentang trafik, alexa, Domain Authority, dan lain sebagainya. Ya iyalah gak peduli, tau istilah-istilah itu saja enggak =D

Waktu berjalan, dan saya masih tetap bertahan. Hingga perlahan saya punya satu-dua orang teman yang juga punya blog. Lalu pertemuan dirancang. Mbak Esti, Mbak Susi dan Jiah. Merekalah tiga orang pertama yang membuka mata saya dengan lebih lebar tentang dunia bloging. Merekalah tiga orang pertama yang membuat saya berani menyebut diri sebagai Bloger. Lalu saya bergabung ke satu-dua komunitas bloger di facebook. Lalu berlanjut tiga-empat. Lima-enam. Apa saya aktif di semua grup tersebut? Tidak. Saya bukan orang yang loyal berorganisasi. Tapi saya mencuri ilmu dari grup-grup yang saya ikuti. Meski daya serap saya mungkin gak se-optimal bloger-bloger macam Mbak Susi.

Semakin bertumbuhnya saya di dunia blogging, respon dan tanggapan orang-orang di sekitar saya pun turut bertumbuh. Dulu hampir gak ada yang tertarik bertanya tentang apa yang saya geluti ini. Mengira saya hanya main-main. Mengira saya hanya menggalau, seperti mereka menggalau di status-status facebook. Setelah beberapa kali bercerita (atau pamer?) bahwa saya mendapatkan tambahan uang jajan melalui blog, satu-dua-tiga teman mulai bertanya dan berkata. Kok bisa? Caranya gimana? Aku Mau diajarin dong! Dan lain-lain...

Dan itu... itu yang bikin saya bingung. Saat ada teman yang bertanya gimana caranya, saya bingung bagaimana harus menjelaskan. Seringkali jawaban saya hanya, 'ya rajin nulis aja di blog!'. Dan mereka masih gak puas. Lalu ada ketakutan bahwa mereka yang bertanya akan merasa saya pelit ilmu. Padahal murni karna saya bingung bagaimana dan darimana harus menjelaskannya.

Tapi selalu ada hikmah. Lantaran pertanyaan beberapa teman itu saya jadi merenung. Kok bisa ya saya sejauh ini membersamai dunia blog? Gimana awalnya ya?

Lewat dua pertanyaan renungan itu, saya mendapatkan jawaban dari dalam diri saya. Jawaban sekaligus pelajaran. Bahwa segala sesuatu jika ditekuni pasti akan membuahkan sesuatu, meski tak melulu materi. gak ada hasil yang mengkhianati usaha, saya percaya itu. Dengan catatan usahanya tetap dalam naungan ridho Sang Pemilik Semesta.

Dan kini saya tau buat apa saya ngeblog. Saya tau kenapa saya berkeinginan untuk membuat blog ini tetap ada. Karna lewat blog saya belajar banyak hal, terutama belajar menempa diri. Saya belajar bahwa jika ingin mencapai satu titik, maka usaha yang tekun adalah harga mati. Dan dari blog saya semakin percaya, bahwa pintu rizki selalu mungkin itu datang dari arah yang tak pernah kita duga. Sekali lagi, meski gak selalu berbentuk materi :)

Happy bloging teman-teman, happy national bloger day :)

Perbedaan Stabilizer dengan Regulator dalam Dunia Listrik


Listrik yang selama ini kita gunakan untuk keperluan hidup sehari-hari masih belum stabil dan cenderung fluktuatif. Keadaan tersebut dapat menyebabkan alat-alat yang berhubungan dengan listrik menjadi cepat rusak akibat voltage atau tegangan aliran listrik yang tidak stabil. Untuk mengatasi masalah ini, banyak orang yang mencari tempat jual stabilizer untuk menemukan stabilizer terbaik.

Stabilizer atau stabilisator tegangan adalah alat untuk mengurangi variasi suplai tegangan. Sebenarnya stabilizer berbeda dengan regulator tegangan. Sementara itu, regulator tegangan adalah alat yang digunakan untuk menghantarkan tegangan yang konstan didasarkan pada beban arus.  Lebih tepatnya, regulator tegangan ini bermanfaat untuk mengecilkan arus yang masuk.

Kedua jenis alat tersebut memiliki kegunaan yang sama, yaitu mengurangi variasi tegangan sehingga tegangan yang dihantarkan menjadi konstan. Nilai konstan yang dihasilkan oleh stabilisator berbeda dengan regulator karena mekanisme kerja dari kedua alat ini pun berbeda. Namun, di pasaran banyak yang jual stabilizer tegangan dan menamakannya sebagai AVR (Automatic Voltage Regulator).

Mekanisme Kerja Regulator

Regulator memiliki komponen pasif dan aktif tergantung dari kebutuhan elektronik sehingga terbagi menjadi dua stabilisator, yaitu AC dan DC. Produksi tegangan yang dihasilkan tergantung dari tinggi rendahnya tegangan output yang dihasilkan. Jadi, fungsi regulator tersebut adalah untuk memastikan tegangan pada level yang tetap. Dari sini, dapat disimpulkan bahwa ada bermacam-macam jenis regulator. Hal yang membedakan ialah tingkat kestabilan dayanya.

Mekanisme Kerja Stabilisator

Umumnya, stabilizer merupakan regulator daya yang digunakan di rumah untuk mendapatkan daya keluar yang konstan meskipun suplai tegangan berubah. Mekanisme kerja stabilisator ini dikenal sebagai servomechanism. Artinya, perintah dari motor dapat berubah bergerak sesuai jarum jam atau tidak searah jarum jam sehingga daya yang keluar pun lebih teratur dan lebih akurat sesuai dengan daya yang dibutuhkan alat elektronik.

Jadi regulator dan stabilisator memiliki fungsi yang sama sebagai penghantar daya keluar yang konstan dan stabil. Perbedaan yang utamanya yaitu regulator mengontrol daya hingga level terendah, sedangkan stabilizer akan mengatur daya yang tetap sehingga daya yang dihasilkan bisa jadi lebih rendah atau lebih tinggi dari daya yang masuk. Selain itu, stabilizer membutuhkan feedback negatif sedangkan regulator tidak. Jika ingin membeli stabilizer, Anda dapat menemukan alat ini di tempat jual stabilizer terdekat.

Purbasari Color Matte, Lipstik Matte Pertama Saya

on
Rabu, 26 Oktober 2016
Saya mulai kenal sama lipstik kalau gak salah setelah memasuki dunia kerja. Jaman kuliah sih paling mentok paling lip gloss. Dan sejak pertama kenalan sama lipstik, saya selalu pilih warna super kalem alias natural, dan yang non-matte (istilah lipstik yang bukan matte apa sih yang bener?). Kenapa pilih yang natural, karna saya gak pede sama sekali pakai lipstik warna gonjreng. Menor. Makanya masih sering heran lihat anak kuliah jaman sekarang yang pada berani pakai lipstik warna menantang saat ke kampus. Tapi orang kan beda-beda, ya. Terus alasan selalu pilih yang non-matte karna tipe bibir saya kering. Kering banget malah. Kalau pake lipstik yang kurang cocok, langsung ngelupas-ngelupas gitu. Hiks.

Sampai saat umur saya makin merangkak mendewasa dan instagram makin hits, saya kadang suka iri sekaligus minder tiap lihat postingan foto diri teman-teman jaman sekolah. Sebagian besar makin kinclong, kinyis-kinyis dan pinter dandan. Udah beda banget lah pokoknya sama jaman masih sekolah. Yang tadinya cupu, bahkan jauh lebih cupu dari saya aja udah pada pinter bikin alis, pake eye liner, dan lipstik gak pernah absen. Terus saya ngaca. Duh, Masya Allah... kok masih gini-gini aja. Masih hampir gak ada bedanya sama jaman sekolah.

Saat berangkat kerja, saya selalu pake make up sih. Bedak sama lipstik gak pernah ketinggalan. Cuma, karna lipstiknya non-matte ya dipakai minum sekali aja langsung nempel di gelas semua deh. Ilang. Pucet lagi. Haha. Bedak apalagi, dipakai wudhu sekali ya langsung kabur. Dan saya tipe orang yang males pakai banget mau poles ulang di kantor. Apalagi di kantor saya hampir gak ada budaya kayak gitu. Jadi merasa aneh kalau bedakan dan lipstikan di kantor. Hihi. Jadi, saya juga kadang bingung sendiri. Saya iri lihat teman-teman sekolah yang aura kecantikan khas wanita dewasanya semakin terpancar salah satunya melalui make up. Tapi saya tetep gak bisa bersahabat sama 'keribetan' ber-make up. Cuma paling enggak kalau ngaca atau diajakin foto sewaktu-waktu (diajakin foto?), saya pengennya gak kelihatan pucat lah bibirnya. Dan itu susaaahhh kalau saya tetep pakai lipsptik yang non-matte.

Sampai akhirnya, para selebblog berbondong-bondong mereview sebuah lipstik berjenis matte yang konon gak bikin kering bibir. Review-review yang saya baca hampir semua memuji. Bagus banget katanya. Plus postingan-postingan foto terkait produk lipstik ini. Saya jadi ngrasa 'Aha!', jangan-jangan ini jodoh saya lipstik matte yang cocok buat saya.

Setelah baca beberapa review tentang lipstik color matenya purbasari, saya jadi penasaran pengen punya. Kebetulan selama ini saya belum pernah punya lipstik mate, karna bibir saya tipikalnya kering. Nah, Purbasari ini katanya sih matte tapi ringan dan gak bikin kering. Akhirnya kemarin belilah saya, untuk memuaskan rasa penasaran. Saya pilih warna merah yang cenderung 'berani' karna selama ini lipstik-lipstik saya cenderung berwarna kalem semua. Sesampainya di rumah, di depan suami, semangat saya coba lipstik baru. Selain memang sudah pengen coba, kan katanya 'berhias' di depan suami itu pahala to? Setelah lipstik saya pakai dan saya tunjukkan pada mas suami, eeehhh, boro-boro dipuji, dia malah heboh istighfar 😅😅😅😅😅 dia gak suka banget saya pakai make up dengan warna 'berani' seperti itu. Hihi, terus ini lipstik boleh saya pakai gak? 😆
A photo posted by Rosa Susan (@rosalinasusanti) on


Apalagi lipstiknya kalau bukan Pubasari Color Matte ini! Hits banget kan ya lipstik ini?! Saya gak langsung mantep sih untuk mencoba lipstik ini. Masih agak takut bibir saya bakal ngelupas-ngelupas lagi kalau gak cocok. Tapi berhubung haraganya bersahabat banget, yasudah Bismillah saya coba. Jadilah Purbasari Color Matte ini sebagai lipstik matte pertama saya :)

Selain mencoba lipstik matte untuk pertama kalinya, saya juga tertantang untuk mencoba warna yang lain dari biasanya. Kalau selama ini saya selalu pakai lipstik berwarna natural dan kalem, saat pertama beli Purbasari color matte saya memilih warna yang agak gonjreng. Hihi. Pertama beli waktu di rumah (Jepara), dapet harga dua puluh delapan ribu. Sampai rumah langsung di coba pas di kamar, niatnya mau pamer ke suami. Eeeehh, suami bukannya memuji malah istighfar. Iya, beliau gak suka banget saya pakai lipstik warna menor bin gonjreng. Yasudah, akhirnya jarang banget dipakai. Atau kadang dipakai, tapi saya mix pakai lipstik saya yang sebelumnya, yang non-matte. Jadi ya tetep aja jatuhnya mirip pakai lipstik non-matte yang cepet banget ilang kalau dipakai makan -_-

Karena itu, saya jadi belum taulah rasanya pakai Purbasari Color Matte tanpa di-mix itu kayak gimana sih. Beneran awet gak sih. Kering gak sih. Dan untuk menjawab segala pertanyaan itu, akhirnya saya memutuskan untuk beli lagi deh. Kali ini cari aman aja dengan memilih warna kalem dengan meminta pertimbangan suami. Hihi. Cuma, saya sempet bingung. Tiap ke swalayan kok hampir gak pernah lihat produk Purbasari, ya? Yaudah deh, akhirnya beli lewat Lazada. Dapet harga tiga puluh empat ribu. Lebih mahal dari yang beli pertama ya -_-


Dan akhirnyaaa... saya sekarang tau rasanya pakai lipstik matte! Haha. Alhamdulillah, beneran, Purbasari Color Matte ini gak bikin bibir saya kering, padahal biasanya super sensitif dan gampang kering. Terus awet. Dipake makan minum wudhu juga warnanya masih tersisa. Iya sih agak pudar, tapi enggak yang ilang sama sekali gitu. Satu lagi, saya merasa pakai lipstik matte bikin jadi lebih cantik, ya. Haha. Soalnya gak berminyak kayak habis makan gorengan gitu. Hehe. Ini menurut saya pribadi sih =P

Sekian cerita saya. Maaf saya gak pakai istilah-istilah ala beauty bloger semacam pigmented, warnanya transfer, dll itu. Soalnya saya belum bener-bener mudeng sama istilah itu =D

Mengingat Kematian

on
Rabu, 19 Oktober 2016

Mengingat kematian. Tiap orang punya cara masing-masing untuk mengingat kematian. Ada yang sengaja menyiapkan kain kafan dari sekarang dan menyimpannya di lemari pakaian, hingga bisa dilihat setiap hari. Ada pula yang sudah memesan tanah makam sejak jauh-jauh hari. Tapi gak sedikit yang bahkan sama sekali gak merasa perlu mengingat momen itu.

Saya punya beberapa cara untuk mengingat kematian. Salah satunya dengan menelusuri jejak seseorang -- kenal ataupun tidak -- di akun media sosialnya. Ketika mendengar atau mengetahui kabar seseorang meninggal dunia, selain mendoakan, saya juga biasanya menghabiskan satu-dua jam untuk menelusuri jejaknya di media sosial. Membaca status-statusnya. Melihat apa saja yang pernah di share, posting, melihat interaksinya dengan teman-temannya, dan sebagainya. Dan cara itu cukup efektif untuk membuat saya terpekur beberapa saat. Betapa setiap yang berjiwa benar-benar pasti akan merasakan kematian.

"Setiap yang berjiwa akan merasakan mati"
 [QS. Ali Imran: 185]

Seseorang yang tadinya bisa cerita macam-macam melalui statusnya, membagikan berbagai kebahagiaan lewat foto, dan men-share berbagai hal yang menurutnya menarik kepada banyak orang, kini tak lagi kuasa membagi ceritanya. Tentang kehidupan barunya dan tentang betapa nikmat atau tersiksanya ia kini. Ia kini sendiri. Menjalani episode baru ceritanya dalam sunyi.

Hal lain yang membuat saya termangu adalah ketika membayangkan jika saya ada dalam posisi seseorang yang telah mendapatkan giliran merasakan kematian. Lalu teman-teman saya menelusuri jejak saya yang tertinggal di akun media sosial. Apa saja yang akan mereka dapatkan? Kata-kata kasar penuh nyinyir dan sindiran kah? Betapa malu jika perilaku buruk kita terekam di dalamnya. Betapa orang lain akan berbelas-kasihan dan meringis miris mengingat saya mungkin akan segera menerima balas atas segala jejak yang pernah saya cetak.

Saya menulis ini, karna kemarin bahkan hingga hari ini saya masih termangu setelah menelusuri jejak akun media sosial seorang Travel Bloger yang beberapa hari lalu mendapat giliran untuk kembali kepada-Nya. Iqbal Rois Kaimudin. Saya gak kenal beliaunya sedikitpun. Bahkan saya tau nama itu justru setelah sang pemilik nama telah berpulang. Tapi saya bersyukur diijinkan mengetahui kabar keberpulangannya, yang lantas mengantar saya pada akun media sosial serta blognya. Semoga Allah menerima segala amal baiknya, termasuk amal baik berupa tulisan yang amat sarat dengan rasa optimisme serta khusnudzon pada Allah ditengah ujian sakit maha berat yang dilaluinya.

Lalu Qodarullah juga, saya dikirimi file audio melalui whatsapp yang berisi sebuah nasehat dari seorang ustadz. Dalam rekaman tersebut sang ustadz mengingatkan bahwa apapun yang kita lakukan akan dihisab tanpa kecuali. Apapun. Tak terkecuali yang kita lakukan di media sosial.

Hari Pernikahan: Impian VS Realita

on
Sabtu, 15 Oktober 2016
Gara-gara baca tulisan Mbak Windi Teguh soal impian VS realita menikah, saya jadi inget dulu pernah nulis soal pernikahan impian. Duluuu, waktu saya belum kenal banyak blogger kece seperti kalian *halah*. Nah, jadi kepikiran untuk bikin tulisan impian VS realita versi saya, hanya saja saya cuma pas soal hari pernikahannya, bukan kehidupan setelah pernikahan.

Hampir semua single pasti punya angan-angan tentang mau seperti apa nanti hari pernikahannya, ya. Dari hal-hal simpel seperti mau pakai kebaya warna apa, atau mau pakai adat apa, sampai ke yang detail banget soal printilan acara. Wajar sih, kalau gak punya malah agak mengherankan, ya. Nah, termasuk saya. Saya juga punya impian-impian kecil di hari pernikahan saya. Beberapa diantaranya ya yang saya tulis di blogpost Pernikahan Impian itu. Sayangnya, realitanya seringkali gak sesuai sama apa yang jadi impian saya.

Mau tau apa aja? Mau ya, ya, ya?! *maksa*. Yawis, langsung aja yukk...

1. Undangan Pernikahan

Impian:

Saya dulu pengennya di undangan pernikahan ada tulisan satu-dua paragraf yang merupakan karya saya dan si mas. Semacam tulisan-tulisan romantis nan berbunga-bunga gitu lah. Jadi pengennya undangannya agak lebar biar spacenya cukup. Terus pengennya gak ada foto wajah kami sang calon mempelai. Dan desainnya dulu pengen banget orisinil, hasil ideku dan si mas. Jadi gak akan ada yang menyamai. Bagian ini gak tertulis di blogpost pernikahan impian itu sih, cuma tersimpan dalam hati *halah*.

Ohya, satu lagi. Impian saya, undangan pernikahan saya harus MURAH. Jiahahaha. Impian macam apa ini.

Baca: 5 Pertimbangan Saat Memilih Kartu Undangan Pernikahan

Realita:

Dua aja sih dari impian soal undangan pernikahan yang tercapai. Yang pertama, ya MURAH itu. Ahaha. Undangan saya cuma seharga 1.500/eks, itupun masih didiskon lagi pas pembayaran akhir. Order ke kakak angkatan kuliah sih. Ceritanya memang karna pengen pakai jasa teman sendiri waktu itu. Yang kedua, gak ada foto wajah saya dan si mas. Yah, kayaknya kami tau diri foto kami gak seberapa enak dipandang. Lagian, ujung-ujungnya pasti dicampakkan ke  tempat sampah, kan. Hihi.

Terus gimana soal tulisan romantis karya saya dan si mas itu? Boro-boro kesampaian, lha wong kemampuan saya merangkai kata aja seperti menguap entah kemana kok saat menjelang nikah. Yawislah dipasang hadist soal pernikahan aja, sekalian dakwah *alibi*. Desain orisinil juga bye-bye hanya jadi impian belaka. Gak tau kenapa si mas yang punya ilmu dikit-dikit soal desain grafis juga tiba-tiba ilang kemampuannya saar menjelang nikah. Haha. Yah, lagian maunya murah mau desain macem-macem. Mana adaaa!

2. Foto Pre Wedding

Impian:

Gak pake foto pre wedding-pre weddingan! Simpel. Hehe

Realita:

Sesuai sih sama impian. Hihi. Tadinya sempat dipaksa Mbak juga suruh foto, meskipun dua-tiga jepretan. Soalnya dia kan perias manten, yang pastinya punya beberapa rekanan fotografer. Nah, salah satu rekanannya bersedia kasih harga sahabat gitu deh. Tapi saya dan si mas tetep kekeuh gak mau. Duh, hemat, cyiinn... perjalanan masih panjang. Haha.

pake' undangan ini lebih irit :P
3. Pemilihan Hari Pernikahan

Impian:

Gak pake hitung-hitungan hari, dan pengen pas weekend.

Baca: Perhatikan 3 Hal Ini Saat Menentukan Tanggal Pernikahan


Realita:

Tercapai, Alhamdulillah, Yes! Hehe. Dapet bonus pula, hari pernikahannya pas libur panjang. Jadi cutinya berasa lebih lamaa. Hehe.
4. Rangkaian acara akad nikah dll-nya

Impian:

Saat itu saya menulis seperti ini:

"...pengennya, akad nikahnya tuh pagi, pas waktu dhuha gitu. Lalu langsung dilanjut walimahan alias resepsi sederhana. Pokoknya maksimal setengah dua acara formal sudah harus beres! Kenapa? Alasan utamanya tentu saja karna saya nggak mau ‘dipaksa’ untuk tetap tampil dengan rias lengkap ala pengantin itu, lalu ‘mengikhlaskan’ kewajiban dhuhur saya lewat begitu saja. Karna  acara pernikahan nggak bisa digolongkan ke dalam kondisi yang ‘membolehkan’ kita meninggalkan sholat, kan yah?? Lagian menurut saya ‘agak’ nggak pas, ya… menikah itu kan dalam rangka menunaikan sunnah, eeehhhh malah ‘dimulai’ dengan melupakan kewajiban."
Untuk tempat akad nikah, saya memimpikan di teras masjid sebelah rumah. Saya juga gak pengen duduk di sebelah si mas, pengennya duduk di belakangnya saja, atau nunggu di rumah. Sebelum akad nikah, saya pengen ada yang membacakan surah Ar Rahman. Lalu setelah akad nikah saya pengen dikasih waktu berdua sama si mas di kamar, agar si mas dapat membacakan doa barakah sembari memegang ubun-ubun saya, dan dilanjutkan sholat sunnah dua rakaat bersama.

Realita:

dokumentasi pribadi
 Alhamdulillah, sesuai impian, akad nikah dilaksanakan pagi, saat waktu dhuha. Sedangkan resepsi dimulai pukul 11.00 dan selesai pukul 14.00. Yeay, lagi-lagi sesuai impian! Sebenarnya pukul 14.00 belum benar-benar selesai sih, cuma saya maksa pengen segera turun dari pelaminan dan mencopot segala macam aksesoris sebagai ratu sehari. Alasannya? Kalau dalam tulisan di atas saya resah memikirkan kewajiban sholat dhuhur, qodarullah saat hari H menikah saya sedang kedatangan tamu hari ke-2 =D, jadi bebas tugas. Si mas juga Alhamdulillah sempat sholat dhuhur, meskipun di sisa waktu =(( Terus kenapa saya tetap maksa baju pengantin dll dicopoti pukul 14.00. Yang sesama wanita pasti tau seperti apa rasanya menstruasi hari ke-2 =(( Pengen segera rebahan di kasur!

Tempat akad nikah berlangsung, Alhamdulillah lagi-lagi sesuai dengan impian. Posisi duduk saya saat akad nikah berlangsung juga sesuai dengan impian. Jujur tadinya saya lebih prefer nunggu di rumah. Tapi si mas dan calon ibu mertua (saat itu) meminta saya untuk turut ikut ke tempat akad nikah. Untuk surah yang dicakan sebelum akad nikah berlangsung, sayangkan bukan Ar Rahman. Saya udah gak kepikiran request saat itu atau sebelumnya. Pikir saya, ah sudahlah, toh semua ayat Al Qur'an baik.

Apakah kami sempat dikasih waktu berdua saja di kamar sesaat setelah akad nikah? Tidak! Boro-boro... kami dikejar waktu. Setelah akad nikah usai, kami harus segera berganti kostum resepsi. Doa barakah dibacakan si mas masih di lokasi akad nikah. Sholat sunnah juga kesampaiannya enam hari setelah menikah. Ya gimana dong, kan saya sedang mens. Hehe.
5. Baju Akad Nikah dan Resepsi

Impian:

Pengen pakai baju warna putih, tapi bukan kebaya, melainkan gaun. Sedangkan kostum resepsi saat itu saya cenderung belum punya impian spesifik soal warna maupun model. Ohya, saya juga memimpikan jilbab yang tidak dililit-lilit. Pengennya yang menjuntai menutup dada gituu.

Realita:

Baca: Baju Akad Nikah

Baju akad nikah, sesuai impian, bahkan melebihi apa yang ada di ekspektasi saya. Saya sudah cerita lumayan detail soal baju akad nikah di sini. Sedangkan baju akad nikah, meskipun saat itu gak menuliskan secara spesifik, Alhamdulillah bisa juga dibilang sesuai keinginan saya. Karna mbak saya pesan baju pengantin khusus buat saya (maksudnya yang pertama pakai saya). Jilbab gimana? Ini agak melenceng dari impian saya sih =(( Model jilbab tetap dibikin melilit-lilit. Gimana ya, mbak, ibu dan anggota keluarga saya masih agak susah nerima model jilbab menjuntai lebar gitu. Yasudah saya ngalah. Tapi saya tetap minta jalan tengah sih, dengan cara dikasih semacam kain yang seolah aksesoris untuk dijuntaikan ke dada saya, meskipun gak terlalu lebar =((

6. Rias Pengantin

Impian:

No kerik alis, No menor!

Realita:

Ini bagian yang lumayan sulit buat saya. Meskipun saya beruntung sekali bisa dirias oleh kakak kandung sendiri yang mana saya bisa mendiskusikan banyak hal, tapi  ternyata tetap ada beberapa hal yang bagi seorang perias pengantin seperti mbak saya adalah sesuatu yang susah dinegosiasi. Salah satunya: kerik alis! Meskipun saya sudah wanti-wanti jangan dikerik sedikitpun, tetap saja hal itu ia lakukan. Dikiittt banget sih, gak sampai mengubah bentuk. Cuma ya tetep aja =(( Semoga Allah mengampuni saya. Menor gak? Bagi mbak sayadan banyak orang yang melihat ya gak menor, udah sesuai lah sama gimana seharusnya pengantin itu. Tapi bagi saya yang gak terlalu suka pakai make up dan bagi si mas yang gak suka lihat cewek ber-make up ya tetep aja menor banget!

dokumentasi pribadi
Bahkan ada kejadian lucu soal ini. Beberapa saat setelah akad nikah, saat kami sudah didudukkan di pelaminan, si mas memandang saya. Kirain beliaunya bakal bilang, "Kamu canti banget" atau apalah yang manis-manis, eeehhh malah bilang, "kok kamu jadi tua banget didandani gini!" Huaaaaaaa... *pengen nyakar-nyakar tembok!*

7. Soal Musik Saat Acara

Impian:

Gak pengen ada unsur dangdut di pernikahan saya, terutama saat resepsi. Pengen menyiapkan playlist khusus yang berisi lagu-lagu pop romantis yang temanya pernikahan gitu, terutama lagunya Kahitna yang judulnya "Menikahimu". Huhu, romantis banget kayaknya.

Realita:

Dari awal saya sudah pesimis soal ini =(( Dan benar saja, impian ini full GATOT! Gimana ya, di daerah saya masih susah banget memisahkan dangdut dengan acara seperti ini. Rasanya saya udah gak punya cukup energi buat mendebat banyak orang soal ini. Bahkan, playlist yang sudah disiapkan oleh si mas dalam sebuah CD, yang bikinnya juga karna saya yang maksa-maksa gak jelas padahal beliau sedang mengurusi banyak hal lain yang lebih penting saat itu pun sama sekali gak terpakai. Entahlah, lagi-lagi saya seperti udah gak punya energi buat wanti-wanti yang ngurusi musik buat play CD tersebut. Takutnya malah sayanya emosi kalau gak dituruti. Yasudah akhirnya CD itu hanya tersimpan rapi di laci meja rias saya sampai sekarang =((

Apa hikmah yang hendak saya bagi buat teman-teman lewat cerita panjang-lebar saya kali ini?

Jadi, bagi kalian yang saat ini sedang merencanakan pernikahan, atau masih sekedar memimpikan, tak apa. Rencanakan dan rancanglah impianmu tentang hari pernikahan sebaik mungkin. Tapi jangan lupa untuk tetap menyiapkan ruang di hati kamu untuk mengikhlaskan jikalau ada beberapa point yang gak sesuai saat hari H nanti.

Bagaimanapun, hari pernikahan itu gak sepenuhnya hanya milik kita. Ada banyaaakk sekali orang yang turut berbahagia yang tentunya juga punya beberapa impian di hari pernikahan kita. Terutama adalah orangtua dan keluarga. Kita harus bijak dan berkompromi dengan mereka agar gak terkesan geois.  Lagipula percayalah, saat hari pernikahan, buanyaaakkk sekali yang bakal memenuhi pikiran kita dan mungkin bikin kita jadi mengabaikan beberapa impian kita sendiri. No problem, poin terpenting tetap bukan pada hari H pernikahannya kok, melainkan hari-hari panjang setelah hari H pernikahan tersebut =))

5 Alasan Booking Hotel Online Lebih Menguntungkan

on
Jumat, 14 Oktober 2016
Bepergian keluar kota sudah menjadi hal yang biasa. Di Indonesia yang merupakan negara kepulauan pun, menjadi keseruan tersendiri untuk pergi mengunjungi pulau-pulau yang ada. Untuk keluar pulau, kita dapat memilih dua jalur perjalanan; air dan udara. Dahulu, kapal laut menjadi pilihan kendaraan untuk melakukan perjalanan jauh melintasi kepulauan. Namun, kini kita pun dapat memilih kendaraan lain yang lebih cepat sehingga lebih efisien, yaitu menggunakan transportasi pesawat via udara.

Selain itu, kita mungkin akan kesulitan mencari tempat menginap di lokasi tujuan kita. Dalam perjalanan pekerjaan, urusan bisnis, maupun berwisata, kita akan membutuhkan waktu lebih lama untuk menemukan hotel atau penginapan apabila kita tidak mengenal lokasi tersebut sama sekali. Setelah melalui perjalanan panjang, tentu kita akan merasa lebih nyaman untuk langsung beristirahat. Kini tersedia banyak OTA (Online Travel Agent) yang menyediakan layanan reservasi hotel untuk kenyamanan kita.

Mengapa reservasi hotel via online lebih menarik? Yuk kita lihat 5 alasan booking hotel via online yang lebih menguntungkan untuk kita :

1.    Harga Real

Maksudnya apa sih, harga real? harga real maksudnya ialah harga yang sesungguhnya akan dikeluarkan oleh pemesan. Tidak ditambah-tambah. Biasanya sudah dijelaskan di web OTA (Online Travel Agent) secara jelas dan lengkap mengenai informasi harga penginapan dan keterangan lainnya. Harga yang tertera pun sudah pasti sama jika dibandingkan dengan jika kita melakukan reservasi langsung di hotel, jadi kita dapat memperkirakan tarif/biaya penginapan.


2.    Banyak Pilihan
Berbeda ketika kita telah sampai di lokasi tujuan, mungkin kita relatif akan menginap di hotel terdekat atau dengan biaya yang sesuai dengan kantong kita. Sedangkan melalui OTA, kita dapat melihat daftar pilihan hotel di daerah tersebut yang lebih lengkap. Sehingga kita dapat membandingkan antara harga yang sesuai dompet kita, perkiraan jarak dan waktu yang akan ditempuh dalam perjalanan di area hotel, fasilitas-fasilitas yang tersedia, dan banyak lainnya. Kita juga dapat mencari review hotel-hotel tersebut di web resmi hotel.
 

3.    Banyak Promo
Pada saat-saat tertentu terdapat promosi khusus, pada hari-hari peringatan dan event tertentu dari OTA. Promo yang tersedia pun berbeda-beda penawarannya. Selain itu, hotel-hotel pun juga sering memberi banyak penawaran yang jarang diketahui. Melalui informasi yang kita dapat dari OTA, kita dapat melihat promo-promo yang menarik yang mungkin jarang kita temui. Di web-web OTA, kita akan mendapatkan informasi resmi paling terbaru yang dapat kita manfaatkan.


4.    Transaksi Aman dan Nyaman
Dalam mem-booking hotel, kita akan diberi sejumlah pilihan pembayaran yang dapat kita lakukan melalui rekening kita. Apalagi jika kita memiliki aplikasi mobile banking atau e-banking, yang akan semakin memudahkan kita melakukan pembayaran dimanapun dan kapanpun kita mau. Namun jika kita belum memilikinya, kita dapat melakukan transaksi di ATM terdekat. Tentu saja hal ini lebih mudah bagi kita, juga aman dan cepat.


5.    Pemesanan Cepat dan Tepat
Tentu setelah kita memilah dan memilih hotel di kota tujuan kita, kita akan merasa lebih nyaman dalam persiapan menginap serta perjalanan menuju lokasi. Dalam melakukan booking di hotel secara online di OTA yang tersedia pun, registrasi kita lebih cepat dan efisien. Untuk melakukan registrasi secara online, kita hanya perlu mengisi data-data yang dibutuhkan untuk melakukan reservasi hotel, dan reservasi kita pun selesai! Mudah, bukan?


Selain mencari pilihan OTA di browser, kita dapat men-download aplikasi OTA yang kita sukai di App-Store maupun PlayStore di handphone kita. Melalui aplikasi OTA resmi, kita akan mendapatkan informasi terkini dan lebih lengkap melalui pesan-pesan yang akan masuk langsung ke handphone kita, melalui pesan singkat maupun email. Informasi-informasi tersebut tentunya sangat berguna bagi kita para traveler, yang suka mengisi liburan dengan berjalan-jalan maupun menjelajah nusantara maupun mancanegara. Menarik, bukan?

Tentang Menjaga Perasaan Orang Lain dan Segala Kerumitannya

on
Selasa, 11 Oktober 2016

Dulu, saat saya masih single -- seperti kebanyakan single lain -- saya pernah mengalami hari-hari penuh kegalauan. Terutama ketika melihat foto teman-teman seangkatan bersama suami atau anak mereka, atau foto pernikahan adik angkatan saya dulu. Iya, saya baper, tapi ya udah, gak lantas menyalahkan mereka kenapa upload-upload foto yang memancing kebaperan di media sosial. Saya gak anggap mereka mencederai perasaan saya. Murni salah saya sendiri, kenapa lihat gitu aja baper. Saya baru akan merasa mereka gak menjaga hati perasaan saya ketika dengan blak-blakan mereka tanya, "Mbak Ocha kapan nikah?" atau "Kapan nyusul?" atau "Lho, kamu belum nikah to? Terus kapan?" dan semacamnya. Yang seperti itu, jelas namanya sudah 'mengusik' secara langsung. Kalau cuma upload-upload foto mah suka-suka mereka ya. Akun akun siapa, kalau kita gak suka kan udah disediakan fasilitas unfriend =P

Yang jelas, sejak saya tau rasanya 'diusik' pada bagian-bagian sensitif itu rasanya gak enak, saya berjanji dalam hati. Nanti jika pun saya sudah menikah, akan saya kendalikan diri saya sekuat mungkin untuk gak mengusik orang lain. Apalagi sudah terlalu banyak kan peringatan berupa tulisan, meme, dll yang memperingatkan kita bahwa basa-basi semacam 'kapan nikah?", "kapan lulus?" atau "sudah hamil belum?" adalah basa-basi yang super basi! Ya, saya berjanji pada diri saya sendiri untuk tak melontarkan basa-basi basi itu.

Baca juga: Berkata Baik Atau Diam

Dan hari ini, saya berada di kondisi dimana semua janji saya itu menuntut realisasi. Saya sudah menikah, Alhamdulillah. Artinya, satu pintu pertanyaan 'kapan nikah?' dari orang lain buat saya sudah tertutup, sekaligus membuka pintu kemungkinan saya akan dengan enteng tanya 'kapan nikah?' ke orang lain. Yang kedua, saat ini saya sedang hamil, Alhamdulillah. Artinya, pintu kemungkinan orang tanya 'sudah isi belum?' ke saya sudah tertutup, dan kemungkinan bagi saya dengan mudah lempar pertanyaan 'gimana, kamu udah isi belum?' ke orang lain terbuka lebar.

Kita kadang suka gitu kan. Gak suka ditanya-tanya gitu, tapi suka rese tanya-tanya ke orang lain saat posisi kita udah di zona nyaman -____-

Tapi saya berusaha menjaga mulut dari yang seperti itu, semampu saya. Terutama di kantor. Kebetulan, ada seorang teman yang sudah beberapa tahun menikah dan belum dikaruniai keturunan. Sebut saya dia Mbak Mawar =D Konon, sudah hampir semua orang di kantor saya tau bahwa jangan sekali-kali menyinggung masalah 'keturunan' di depan Mbak Mawar, kalo gak pengen panjang urusan. Konon, ada teman yang pernah keceplosan bertanya, "gimana, sudah isi belum?", akhirnya didiamkan sekian lama oleh Mbak Mawar. Bahkan hingga hari ini pun sikap Mbak Mawar ke si penanya gak pernah sama lagi. Saya paham sih. Paham dan sangat maklum. Saya gak berani men-judge Mbak Mawar tersinggungnya berlebihan, karna saya gak pernah ada di posisi beliau.

CUMA, beberapa pekan ini saya agak bingung sama Mbak Mawar. Sikapnya ke saya tiba-tiba berubah drastis. Dulu asyik-asyik aja. Sekarang? Jutek! Saya sapa pun beliaunya dingin. Duh, saya ini tipe orang yang bener-bener gak bisa tenang kalo ada orang yang sikapnya beda sama saya. Gak bisa cuek. Lalu saya coba merenung. Kenapa ya, ada apa, aku salah apa. Kalau soal interaksi sehari-hari, kami jarang sekali ketemu di kantor, karna beda lantai. Paling pagi sama sore - pas absen ketemunya. Soal kerjaan? Ah ini apalagi. Saya dan beliau jarang banget banget berhubungan soal kerjaan. Bagian kami bumi-langit. Terus kenapa? Ada apa?

Lalu saya merenung lagi *kebanyakan merenung ya :v*. Seinget saya, Mbak Mawar mulai beda sikapnya sama saya sejak saya mulai sering gak pakai seragam pas kerja. Ya gimana dong, udah gak muat semua. Padahal umur kandungan saya termasuk masih cukup muda. Lha soalnya seragamnya ngepas badan semua, jadi BB naik dikit aja udah langsung pada sesak =D Terus, apa hubungannya sama sering gak pakai seragam? Pikiran saya sih, apa Mbak Mawar mulai sadar kalau saya hamil, dan itu bikin dia cemburu atau iri ke saya? Jujur, saya masih tetep gak yakin sama perkiraan saya sendiri ini. Tapi saya belum berhasil menemukan sebab lain yang lebih mungkin.

Baca juga: Tentang Komentar Orang

Semua teman kantor saya sebenernya sudah tau saya hamil sejak awal banget, sekitar semingguan setelah saya tau bahwa saya hamil. (Sepertinya) kecuali Mbak Mawar. Teman-teman tanpa dikomando seperti sudah otomatis sepakat untuk gak bahas soal saya hamil ketika ada Mbak Mawar, termasuk saya sendiri. Saya berusaha banget jaga perasaan beliau dengan gak bahas-bahas soal kehamilan di depan beliau. Lha tapi kalo soal perut saya yang makin buncit kan gak bisa diumpetin, ya -___-. Ohya, FYI, beliau gak punya satupun akun media sosial saya. Jadi kecil banget kemungkinan beliau merasa terusik gara-gara saya yang sering cerita soal kehamilan saya. Lagian kalaupun punya, balik ke paragraf pertama. Akun akun siapa? Hehe.

Disinilah saya mulai merasa menjaga perasaan orang lain itu rumit sekali. Saya udah berusaha jaga mulut, tapi kalau bagi beliau saya tetep bikin beliau terusik, apa berarti saya gak menjaga perasaan? Misalnya kita bercanda. Bercanda yang menurut kita biasa aja banget. Tapi teman yang kita bercandain lagi PMS, terus dia tersinggung. Apa itu berarti kita gak menjaga perasaan orang lain? Atau misal kita belum menikah, lalu bertemu dengan teman yang sudah menikah sedang bergandengan tangan mesra dengan suaminya, lantas kita jadi baper. Apa itu berarti dia gak jaga perasaan kita? Apalagi kalau di media sosial. Lebih rumit. Apa kalau kita upload foto sama pasangan, upload foto soal kehamilan, upload foto badan langsing, itu artinya kita gak menjaga perasaan teman kita yang belum menikah, belum memiliki keturunan dan sedang mengalami masalah berat badan?

Baca juga: Kebijaksanaan Hidup

Rumit banget, kan?

Jadi menurut saya, sekeras apapun kita berusaha menjaga perasaan orang lain, tetap gak akan menjamin orang lain akan merasa dijaga perasaannya. Faktor lain yang gak kalah penting adalah: usaha dari orang tersebut untuk menjaga perasaannya sendiri.

Kalau pendapat kalian gimana?

Tips Merawat Kulkas Untuk Ibu Rumah Tangga

on
Kamis, 06 Oktober 2016

Dewasa ini, kulkas sudah seperti kantung ajaib bagi ibu rumah tangga. Ingin menyimpan bahan makanan segar, jus, buah-buahan, dan bahan lainnya? Langsung saja simpan di kulkas. Akan tetapi, ibu rumah tangga mana yang tidak panik bila kulkas mulai menunjukkan tanda-tanda kerusakan? Untuk menghindari malapetaka tersebut, mari simak tips merawat kulkas di bawah ini!

Pastikan Pintu Kulkas Kita Tertutup Rapat

Anda pasti tahu karet segel yang terdapat di balik pintu kulkas. Nah, karet itulah yang mencegah udara keluar dari kulkas dan memastikan pintu tertutup rapat. Karet yang sudah longgar akan menyebabkan pembentukan bunga es yang berlebihan, kerja kulkas menjadi lebih berat, bahkan dapat membuat kulkas tidak lagi dingin. Untuk mencegahnya, Anda dapat menggunakan sikat gigi, soda kue, dan air untuk membersihkan kotoran dan sisa makanan pada karet.

Bersihkan Kumparan Secara Berkala

Salah satu penyebab umum kerusakan kulkas adalah kumparan kulkas tidak dibersihkan secara rutin. Hal ini akan menyebabkan debu menumpuk pada bagian ini dan menyebabkan kulkas bekerja lebih keras. Imbasnya, umur AC tidak akan awet dan makanan akan lebih cepat basi. Untuk membersihkannya sebenarnya cukup mudah, Anda tinggal mematikan kulkas Anda, menariknya, dan menggunakan vacuum cleaner untuk menyedot debu.

Jaga Fan/Kipas Agar Tetap Terawat

Biasanya terdapat di pintu atas, atau di pintu atas dan bawah untuk sebagian tipe kulkas. Guna kipas ini adalah untuk membagi angin atau sirkulasi udara agar tersebar ke seluruh ruang di kulkas. Bila sudah rusak, dapat menyebabkan bunga es menumpuk pada pipa evaporator sehingga menyebabkan kulkas tidak dingin. Kalau sudah begini, makanan akan lebih rentan rusak.

Service Kulkas Kita Secara Rutin

Tidak semua bagian pada kulkas dapat dijangkau dan dapat dibersihkan dengan mudah. Ada baiknya bila kita menggunakan jasa service kulkas untuk membersihkan kulkas kita secara rutin agar kulkas awet.


Kini hadir marketplace jasa bernama Sejasa.com yang dapat membantu kita mendapatkan jasa service kulkas terpercaya. Cukup dengan membuka Sejasa.com dan mengisi form permintaan, kita akan mendapatkan penawaran berupa estimasi harga dari beberapa penyedia jasa. Bandingkan harga, baca review, lihat profil usaha penyedia jasa, pilih yang terbaik!

Agar Bisa Bekerja Dengan Bahagia

on
Senin, 03 Oktober 2016
pixabay.com

Kerja adalah kegiatan yang akan kita lakukan rutin, lengkap dengan berbagai rule, tuntutan dan tekanannya masing-masing. Wirausaha macam jualan online sekalipun, pasti ada lah ya tekanannya. Jadi gak cuma yang kerja kantoran yang penuh tuntutan, tekanan dan aturan. Nah, apa jadinya kalau kita melakukan kegiatan rutin dan (hampir) setiap hari itu tanpa rasa bahagia? Atau jangan-jangan bahagianya cuma pas gajian aja? Duh, stres doang dong berarti?! Bisa bayangin gak kita melakukan sesuatu yang gak bikin kita bahagia itu tiap hari? Huaaa, bayanginnya aja ngeri menurut saya.

Maka, mengusahakan diri agar bisa bekerja dengan bahagia sepertinya merupakan sebuah keharusan. Karna kalau gak, siap-siap saja dicekam stress yang mengancam sewaktu-waktu. Nah, gimana sih cara agak kita bisa bekerja dengan bahagia? Ini beberapa cara yang saya lakukan. Siapa tau bermanfaat buat kamu :)

Jangan Bekerja Hanya Demi Uang

Kedengarannya klise sekali, ya. Klise atau muna? Tapi serius, kalau kita kerja hanya semata demi uang, kita cuma akan merasa tertekan. Yah, salah satu sifat jeleknya manusia itu kan susah merasa puas toh? Hari ini dapet gaji sekian, terpacu untuk bisa mendapat gaji yang lebih dari itu. Begitu seterusnya. Nah, gimana gak stress kalau kayak gitu?

Terus demia apa bekerja kalau bukan demi uang? Seperti kata Pak Ustadz, anggap kerja sebagai bagian dari ibadah kita pada Tuhan. Jadikan bekerja sebagai salah satu pembuktian bahwa kita mau berusaha untuk mendapatkan rizki. Lagi-lagi terdengar klise, tapi silahkan dibuktikan. kalau kita sudah bisa menanamkan mindset ini, Insya Allah bekerja akan terasa lebih ringan dan kita bisa bekerja dengan bahagia.

Cintai Pekerjaanmu!

Yup, ini juga cara yang ampuh agar kita bisa bekerja dengan bahagia. Sebagaimana rumah tangga akan sulit bahagia jika kita tak mencintai pasangan kita, kita pun akan sulit bekerja dengan bahagia jika kita tak mencintai pekerjaan kita.

Gimana bisa mencintai kalau dari awal kita memang gak suka bidang pekerjaan kita?

Seperti kata para bijak bestari, cinta selalu bisa diusahakan kan, say :) Salah satunya dengan terus belajar dan berusaha untuk menjadi expert di bidang pekerjaanmu. Saya lupa pernah baca di mana, yang jelas di tulisan tersebut dijelaskan bahwa kita akan lebih mudah mencintai pekerjaan kita saat kita sudah merasa expert di bidang tersebut.

Kalau tetep gak bisa mencintai pekerjaan tersebut, gimana dong? Nah, cara ketiga ini mungkin jauh lebih cocok.

Bekerjalah Sesuai Passionmu

Nah, kalau bekerja di bidang yang sesuai sama passion kita, rasanya akan jauh lebih mudah ya bagi kita untuk bisa mencintai pekerjaan kita. Seperti seorang teman Blogger saya yang bernama Akarui Acha. Ia yang memang sejak dulu menyukai dunia kepenulisan, memilih untuk bekerja di bidang yang sesuai dengan passionnya tersebut. Dan dari cerita-ceritanya di Blog pribadinya yang bertajuk "Taman Rahasia Acha", ia tampak amat menikmati pekerjaannya di bidang kepenulisan sebagai copywriter. Ketika kita bisa bekerja dengan bahagia, bukan gak mungkin potensi kita akan semakin tergali dan melejit. Seperti Acha yang tak berhenti sebagai copywriter saja, ia juga terus berkarya melalui tulisan di berbagai media bahkan buku.

Berusahalah Untuk Selalu Meminimalkan Konflik

Sesuka-sukanya kita dengan bidang pekerjaan kita, senyaman-nyamannya tempat kerja kita, kita akan susah sekali bahagia jika terlibat banyak konflik, terutama dengan teman kerja. Iyalah ya, gimana bisa bahagia kalau sama orang-orang yang membersamai kita selama bekerja aja kita gak nyaman? Yah, walaupun namanya hidup -- tidak terkecuali dunia kerja -- gak mungkin sih kalau bener-bener gak bakal ada konflik. Pasti ada. Tapi setidaknya kita berusaha untuk meminimalkan terjadinya konflik. Contoh paling sederhana, gak usaha nyinyir jadi orang. Karna kenyinyiran adalah salah satu penyebab konflik yang paling dahsyat. Haha.

Yup, empat cara diatas semoga bisa kita terapkan saat bekerja, dan membuat kita bisa bekerja dengan bahagia, ya. Rugi banget lah kayaknya kalau tiap hari kita mengerjakan sesuatu yang gak bikin kita bahagia. Iya, kan?

Kamu punya cara lain? Share yuk di kolom komentar :)


Signature

Signature