Mengingat Kematian

on
Rabu, 19 Oktober 2016

Mengingat kematian. Tiap orang punya cara masing-masing untuk mengingat kematian. Ada yang sengaja menyiapkan kain kafan dari sekarang dan menyimpannya di lemari pakaian, hingga bisa dilihat setiap hari. Ada pula yang sudah memesan tanah makam sejak jauh-jauh hari. Tapi gak sedikit yang bahkan sama sekali gak merasa perlu mengingat momen itu.

Saya punya beberapa cara untuk mengingat kematian. Salah satunya dengan menelusuri jejak seseorang -- kenal ataupun tidak -- di akun media sosialnya. Ketika mendengar atau mengetahui kabar seseorang meninggal dunia, selain mendoakan, saya juga biasanya menghabiskan satu-dua jam untuk menelusuri jejaknya di media sosial. Membaca status-statusnya. Melihat apa saja yang pernah di share, posting, melihat interaksinya dengan teman-temannya, dan sebagainya. Dan cara itu cukup efektif untuk membuat saya terpekur beberapa saat. Betapa setiap yang berjiwa benar-benar pasti akan merasakan kematian.

"Setiap yang berjiwa akan merasakan mati"
 [QS. Ali Imran: 185]

Seseorang yang tadinya bisa cerita macam-macam melalui statusnya, membagikan berbagai kebahagiaan lewat foto, dan men-share berbagai hal yang menurutnya menarik kepada banyak orang, kini tak lagi kuasa membagi ceritanya. Tentang kehidupan barunya dan tentang betapa nikmat atau tersiksanya ia kini. Ia kini sendiri. Menjalani episode baru ceritanya dalam sunyi.

Hal lain yang membuat saya termangu adalah ketika membayangkan jika saya ada dalam posisi seseorang yang telah mendapatkan giliran merasakan kematian. Lalu teman-teman saya menelusuri jejak saya yang tertinggal di akun media sosial. Apa saja yang akan mereka dapatkan? Kata-kata kasar penuh nyinyir dan sindiran kah? Betapa malu jika perilaku buruk kita terekam di dalamnya. Betapa orang lain akan berbelas-kasihan dan meringis miris mengingat saya mungkin akan segera menerima balas atas segala jejak yang pernah saya cetak.

Saya menulis ini, karna kemarin bahkan hingga hari ini saya masih termangu setelah menelusuri jejak akun media sosial seorang Travel Bloger yang beberapa hari lalu mendapat giliran untuk kembali kepada-Nya. Iqbal Rois Kaimudin. Saya gak kenal beliaunya sedikitpun. Bahkan saya tau nama itu justru setelah sang pemilik nama telah berpulang. Tapi saya bersyukur diijinkan mengetahui kabar keberpulangannya, yang lantas mengantar saya pada akun media sosial serta blognya. Semoga Allah menerima segala amal baiknya, termasuk amal baik berupa tulisan yang amat sarat dengan rasa optimisme serta khusnudzon pada Allah ditengah ujian sakit maha berat yang dilaluinya.

Lalu Qodarullah juga, saya dikirimi file audio melalui whatsapp yang berisi sebuah nasehat dari seorang ustadz. Dalam rekaman tersebut sang ustadz mengingatkan bahwa apapun yang kita lakukan akan dihisab tanpa kecuali. Apapun. Tak terkecuali yang kita lakukan di media sosial.
8 komentar on "Mengingat Kematian"
  1. mendadak sedih saya cha :(
    kuburan itu isinya memang bukan cuma orang tua
    kita sewaktu2 bisa disana

    BalasHapus
  2. Semoga kita nanti meninggal dunia dengan keadaan Khusnul Khotimah ya mbak.. Amiiin..

    BalasHapus
  3. Salah satu cara bersyukur adalah dengan mengingat kematian :D

    BalasHapus
  4. Habis baca sedih mbak, mudah2an kita bisa memanfaatkan dg baik sisa hidup kita didunia ini..

    BalasHapus
  5. Jleb banget ini Mba T_T
    Ini yang bikin aku hati-hatiii banget kalau mau nyetatus, ngelike, komen atau share sesuatu. Karena iya, semuanya akan dimintai pertanggungjawabannya.

    Makasih remindernya ya :)

    BalasHapus
  6. Kdg gak mau mengingat kematian, tapi kita kudu siap

    BalasHapus
  7. benar banget harus inget tentang kematian , harus selalu siap

    BalasHapus

Terimakasih telah berkunjung, tinggalkan kesanmu ya :)

Signature

Signature