3 Akun Instagram yang Gencar Mengedukasi Tentang Kesehatan Mental

on
Kamis, 21 Mei 2020
Di beberapa tulisan saya sebelumnya, saya menyinggung tentang isu kesehatan mental. Ya, saya memang termasuk orang yang bersyukur sekali dengan banyaknya orang yang dengan sukarela mengedukasi masyarakat tentang isu kesehatan mental beberapa tahun belakangan ini.

Kenapa?

Karna dengan begitu, wawasan saya tentang kesehatan mental sedikit demi sedikit mulai terbuka. Saya lebih aware tentang kesehatan mental orang-orang di sekitar saya. Tapi yang lebih penting dari itu, saya lebih aware dengan kesehatan mental saya sendiri.

Secara perlahan, saya mulai lebih bisa memahami diri saya dan apa yang saya rasakan. Kenapa saya melakukan sesuatu, dll. Saya juga sekarang tau tentang validasi emosi. Bahwa apapun yang kita rasakan adalah benar, valid. Karna ketidakmampuan memvalidasi emosi, kadang menjadi sumber masalah kesehatan mental seseorang.

Contoh, saya marah sekali dengan seseorang. Tapi saya tidak memvalidasi kemarahan saya sendiri. Saya memungkiri. Saya meneriakkan pada diri saya sendiri bahwa harusnya saya nggak perlu marah. Marah kan jelek. Tanda bahwa saya belum bisa mengelola perasaan dengan baik, dan lain sebagainya.

Akhirnya, saya berusaha memendam kemarahan itu hingga seolah-olah tidak ada. Akhirnya kemarahan itu terakumulasi dan menjadi bom waktu bagi diri sendiri.

Saya yakin banyak yang pernah merasa seperti itu. Apalagi dengan budaya toxic positivity yang masih cukup kuat mengakar.

Saat seorang ibu capek, orang-orang akan bilang, ibu mah kalau lihat anaknya ceria, capeknya langsung ilang semua. Lalu si ibu jadi berusaha mengabaikan rasa capeknya, karna merasa jadi ibu yang payah jika tetap mengeluh capek padahal melihat anaknya selalu ceria.

Padahal, semua orang bisa dan boleh capek. Kita manusia, bukan robot. Pun dengan seorang ibu. Seseorang nggak akan otomatis jadi ibu yang buruk hanya karna mengeluh capek, seceria apapun anaknya, kan?

Yah, hal-hal semacam itu lah yang coba dibuka oleh beberapa orang yang concern soal kesehatan mental. Mereka gencar mengedukasi masyarakat tentang kesehatan mental yang selama ini masih sangat jarang menjadi perhatian -- jika dibandingkan dengan perhatian masyarakat soal kesehatan fisik.

Jika teman-teman ada yang ingin belajar tentang kesehatan mental juga, tapi dengan santai dan ringan, saya punya 3 rekomendasi akun instagram yang gencar mengedukasi para followersnya tentang kesehatan mental.

1. Adjie Santosoputro (@adjiesantosoputro)

Mas Adjie -- sapaan akrab si pemilik akun -- merupakan seorang praktisi kesehatan mental. Dia banyak memposting tulisan-tulisan yang memberikan edukasi tentang kesehatan mental. Beliau juga rutin membuka kelas pelatihan mindfullness yang diadakan di berbagai kota.


Selain itu, Mas Adjie juga menulisa beberapa buku, membuat podcast untuk berlatih meditasi, dll. Akun ini recommended sekali untuk kalian yang ingin lebih tenang.

2. dr. Jiemi Ardian, Sp.KJ (@jiemiardian)

Dari gelarnya aja sudah kelihatan ya, Spesialis Kejiwaan. Jadi nggak diragukan lagi kredibilitas dr. Jiemi jika ia banyak bicara tentang isu kesehatan mental.


dr. Jiemi sering menjadi pembicara dalam berbagai acara tentang kesehatan mental. Beliau juga beberapa kali berkolaborasi dengan Mas Adjie untuk membahas tema-tema tentang mental health.

3. Karina Negara (@knegara)

Sejujurnya di antara 3 akun instagram yang saya tulis di sini, akun Karina Negara adalah yang paling belum lama saya follow.



Pertama kali tau akun ini dari seorang teman, dan tanpa pikir panjang langsung follow karna hampir semua postingannya berisi edukasi tentang kesehatan mental. Dan beliau seorang psikolog. Jadi Insya Allah bisa dipertanggungjawabkan tulisannya soal kesehatan mental.

Selain dari akun Instagram, kita juga bisa belajar tentang kesehatan mental dari platform-platform terpercaya, salah satunya adalah Halodoc. Selain sekedar mencari tau tentang kesehatan mental,kalian juga bisa sekalian konsultasi dengan dokter jika kalian merasa ada yang tidak beres dengan diri kalian. Di Halodoc banyak sekali pilihan dokter dari berbagai spesialisasi sesuai kebutuhan kita.

Di tengah dunia yang semakin banyak menuntut seperti sekarang ini, kalau kita tidak meningkatkan kepedulian kita tentang kesehatan mental, rasanya hidup akan terasa berat sekali.

Kalau kalian punya rekomendasi akun lain yang juga berisi edukasi tentang kesehatan mental, boleh ditulisa di kolom komentar yaa. Yuk, mulai peduli dengan kesehatan mental kita :)

5 Metode Sederhana Self Healing Untuk Menyembuhkan Luka Batin

on
Selasa, 19 Mei 2020
Dulu, saat kran informasi belum sekencang ini, kita mungkin menganggap bahwa orang yang punya luka batin adalah orang -orang yang mengalami gangguan mental berat. Bahkan kita menganggap, orang yang datang ke psikiater, pastilah orang gila.

Hari ini, informasi sudah semakin luas. Apalagi, isu kesehatan mental mulai santer dibicarakan. Kita jadi tau banyak hal tentang kesehatan mental. Hal itu membawa beberapa dampak positif. Selain menjadi lebih aware kepada kesehatan orang lain, kita juga menjadi lebih aware pada diri sendiri.

Setiap orang, punya luka batinnya masing-masing. Meski kadarnya pasti berbeda. Ada  yang ringan dan tidak terasa membebani, ada pula yang amat menggerogoti dan menghantui hari-hari. Penyebab luka batin bisa dari banyak hal. Dari perlakuan orang tua atau lingkungan di masa kecil, pernah menjadi korban bullying, Dll.


Seringan apapun luka batin, alangkah baiknya jika kita berusaha untuk menyembuhkannya, karna pastilah akan membawa dampak untuk hidup kita, sekecil apapun itu. Jika kita punya luka batin yang dirasa masih ringan, kita bisa melakukan self healing atau menyembuhkan diri sendiri untuk menyembuhkan luka batin kita tersebut.

self-healing-untuk-luka-batin


Ada beberapa metode self healing sederhana yang konon bisa menjadi sarana untuk menyembuhkan luka batin kita. Di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Menulis

Saat batin kita menyimpan sesuatu yang amat menyakitkan, adakalanya kita tidak bisa mengungkapkannya melalui kata-kata kepada orang lain. Lidah terasa kelu, dan air mata sudah lebih dulu mengambil peran.

Nah, menulis bisa menjadi salah satu solusi untuk meluapkan berbagai macam sampah batin yang menyiksa diri. Kita bisa mengungkapkan kesedihan dan kemarahan kita tanpa takut dijudge orang lain, dengan cara menumpahkan perasaan kita di sebuah tulisan, dan menyimpan tulisan itu sendiri.

Sudah banyak sekali orang yang mengaku terbantu melalui kegiatan menulis dalam  proses self healingnya. Konon, tidak terkecuali dengan Almarhum Eyang Habibie saat kehilangan Ibu Ainun.

2. Mewarnai

Sejak beberapa tahun lalu, sempat booming coloring book for adult. Isinya adalah sekumpulan gambar-ga,bar yang cukup rumit, yang bisa diwarnai oleh orang-orang dewasa, sesuai dengan imajinasinya masing-masing.

Konon, kegiatan mewarnai ini bisa menjadi metode self healing. Beberapa ahli juga mengamini hal ini. Mewarnai bisa memberikan dampak positif bagi seseorang, membuat lebih rileks, dll.

Minggu lalu, saya mencobanya. Karna merasa sejak pandemi ini, kesehatan mental saya agak terusik dengan berbagai ketakutan dan keresahan berlebihan. Setelah beberapa hari rutin mewarnai, saya cenderung merasa lebih rileks dari sebelumnya.

3. Menggambar

Tidak beda jauh dengan mewarnai, menggambar juga menjadi alternatif lain metode self healing. Dengan menggambar, kita bisa mengekspresikan banyak hal, meski hanya berupa coretan yang sepertinya tanpa makna.

Menggambar juga membuat kita seolah kembali seperti anak-anak yang tanpa beban.

Jika ingin memulai untuk mencoba menggambar, coba ikuti @pinotski di Twitter. Beliau adalah seorang ilustrator hebat dari Indonesia yang sering memberikan motivasi bagi orang-orang agar tidak segan untuk mencoba menggambar.

4. Crafting

 Crafting ada banyak sekali macamnya. Merajut adalah salah satu jenis crafting yang dipilih banyak orang sebagai metode self healing untuk menyembuhkan luka batin mereka.

Saya pernah coba juga sih, hanya saja kurang telaten, Hehe. Passion juga turut mempengaruhi jenis metode yang dipilih.

5. Mindfullness

Akhir-akhir ini, metode mindfullness sedang sering diperbincangkan orang. Mindfullness adalah sebuah kemampuan untuk fokus hidup dan merasakan apa yang kita jalani saat ini dan kini. Bukan masa lalu, maupun hari esok. Karna masa lalu seringkali membayangi ketakutan, dan masa depan adakalanya menimbulkan keresahan.

Salah satu praktisi kesehatan mental yang juga turut mengenalkan metode ini ke banyak orang adalah Adji Santosoputro, melalui akun instagramnya. Dia juga membuka kelas untuk yang ingin belajar tentang midfullness.

Jika sudah mencoba 5 metode self healing untuk menyembuhkan luka batin, tapi kita tidak merasakan dampaknya, bisa jadi jenis luka batin yang kita punya sudah cukup serius. Di saat seperti itu, bertemu dengan tenaga ahli mungkin pilihan yang tepat dan bijak.

Sekali lagi, jangan sungkan apalagi malu jika memang merasa perlu datang ke psikolog atau psikiater. Itu nggak ada bedanya kok dengan saat kita sakit demam, lalu kita datang ke klinik untuk berobat :)

Ramadhan dan Lebaran di Tengah Pandemi Covid-19, Apa Hikmahnya?

on
Jumat, 08 Mei 2020
Ramadhan dan Lebaran tahun 2020 ini, pastilah akan menjadi salah satu Ramadhan dan lebaran tak terlupakan dalam hidup kita. Apalagi kalau bukan karna kita menjalani Ramadhan dan lebaran tahun ini di tengan pandemi covid-19 yang sedang melanda dunia.

beberapa hari lalu, saya melihat postingan bagus dari salah satu akun favorit saya di Instagram, yaitu @quranreview. Di situ, ada postingan yang isinya cukup menyentil orang-orang -- utamanya diri saya sendiri -- yang kadangkala sering bertanya "mengapa harus seperti ini kondisinya?"

@quranreview menerangkan bahwa di dalam Al Qur'an dikisahkan tentang malaikat dan Iblis yang juga pernah bertanya senada dengan itu. Yaitu menanyakan alasan atas ketetapan Allah. Malaikat bertanya 'mengapa?' ketika Allah hendak menciptakan manusia (ada dalam Surah Al Baqarah:30).

Sedangkan Iblis bertanya 'mengapa', ketika Allah memerintahkan untuk bersujud kepada Adam 'Alaihissalam (ada dalam Surah Al Isra':61).

hikmah-ramadhan-di-tenga-pandemi
credit: Pixabay


Lalu apa bedanya antara malaikat dan iblis dalam hal ini? Bedanya terletak pada respon setelahnya. Malaikat langsung berkata:

"Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana" (TQS. Al Baqarah:32)

ketika Allah mengatakan:

"...Senungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui" (TQS. Al Baqarah:30)

Sedangkan Iblis tetap ingkar dan bertanya dengan nada komplain dengan berkata, "Apakah aku harus bersujud kepada orang yang engkau ciptakan dari tanah?" (TQS. Al Isra':61).

So, kita boleh bertanya-tanya, "mengapa ya suasana Ramadan dan persiapan lebaran tahun ini beda kondisinya seperti ini?" -- boleh, itu manusiawi. Hanya saja, jangan lupa untuk menutupnya dengan berkata, "Subhanallah..." dan menanamkan keyakinan bahwa apapun kondisi yang Allah tetapkan adalah yang terbaik bagi kita semua.

Lagipula kalau kita mau merenung lebih jauh lagi, sebenarnya ramadhan dan lebaran di tengah pandemi ini juga membawa banyaaaak sekali hikmah, meski tidak dipungkiri ada jauh lebih banyak kepahitan. Tapi sebagai orang beriman, alangkah baik jika kita tetap mensyukuri hikmah yang ada meski terlihat sedikit di mata kita.

Apa saja sih hikmah Ramadhan dan lebaran di tengah pandemi ini?

Di keluarga saya sendiri, ada beberapa hikmah yang sangat saya rasakan, utamanya untuk diri saya. Di antaranya, fokus ibadah saya jauh lebih baik dibanding Ramdhan tahun-tahun sebelumnya -- terutama sejak punya anak. 2 Ramadhan terakhir setelah saya punya Faza, ibadah saya kacau balau. Tilawah Al Qur'an nggak pakai target, sedapetnya. Dan dapetnya sedikiiittt sekali. Tarawih pun jauh lebih banyak bolongnya, karna orang rumah pada tarawih ke masjid, sedangkan saya belum memungkinkan bawa Faza ke masjid untuk tarawih (karna butuh wkatu lama dan dia pasti crancky).

Tahun ini tilawah dan tarawih saya membaik sekali frekuensinya -- meskipun juga tetap belum bagus-bagus amat. Karena WFH, otomatis waktu saya untuk tilawah jauh lebih banyak. Tarawih pun bisa di rumah bareng dengan keluarga, jadi Faza pun tetap enjoy.

Hikmah selanjutnya adalah kami nggak perlu disibukkan dengan berbagai agenda buka bersama. Sehingga bisa full buka bersama keluarga dan membuat kedekatan semakin terbangun. Bukannya menganggap buka bersama itu agenda yang nggak baik atau nggak penting. Hanya saja diakui atau tidak, jika agenda buka bersama terlalu sering, biasanya ibadahnya juga makin kacau. Soalnya seringkali buka bersama pasti waktunya melewati waktu tarawih.


Sedangkan tentang lebaran, harus diakui berat sekali membayangkan lebaran nanti nggak bisa bertemu dengan keluarga di kampung dan sanak saudara. tapi -- lagi-lagi -- pasti ada hikmahnya. Yang saya rasakan hikmahnya adalah, saya nggak terlalu sibuk memukirkan tentang baju lebaran, sendal lebaran dan berbagai macam hal yang biasanya saya pikirkan setiap menjelang lebaran. Singkat kata, jadi nggak terlalu konsumtif. Apalagi jika melihat banyak sekali saudara yang butuh uluran tangan di tengah kondisi sulit ini.

Subhanallah. Maha suci Allah yanag nggak akan memberi kita cobaan melampaui batas kemampuan kita. Semoga semua ini seger berlalu, dan semoga kita menjadi orang yang berhasil mendapatkan hikmah dari beratnya kondisi ini. Aamiin.

Apa hikmah ramadhan dan lebaran di tengah pandemi ini untuk teman-teman?

Signature

Signature