Sebagai orang yang punya gigi berantakan (crowding) sejak kecil, tentu saja pernah terlintas keinginan untuk memakai behel. Tapi dulu cukup sadar diri, bahwa perawatan behel tidak terjangkau oleh kemampuan ekonomi orangtua saya. Lambat laun, keinginan itu terlupakan.
Apa gak minder punya gigi berantakan? Ya tentu saja minder. Tapi Alhamdulillah gak sampai bikin saya gak bisa bergaul.
Seiring berjalannya waktu, keinginan untuk pasang behel yang gak pernah sebegitu kuat (karna sadar diri gak mampu) makin terlupakan. Ditambah udah ketemu laki-laki yang mencintai saya sebegitunya, makin aku merasa 'aman-aman aja' dengan kondisi gigi yang crowding.
Sampai akhirnya, di usia 30++ aku merasa kok makin ke sini, saya makin gak nyaman ngunyah yaa? Ditambah, tiba-tiba muncul semacam benjolan kecil di gusi dekat dengan gigi geraham sebelah kiri saya yang sudah rusak (ditambal sejak SMP).
Karena parno, yaudah akhirnya ke dokter gigi. Ke dokter gigi tuh sejujurnya bikin males banget, karena OVT sendiri, mikir "pasti dokter giginya miris lihat kondisi gigiku yang jelek banget!". Hehe.
Saat akhirnya ke dokter gigi, eh disuruh ke spesialis konservasi gigi buat konsul, ini gigi geraham tuh masih bisa diselamatkan gak ya? Yaudah akhirnya ke dokter gigi spesialis konservasi gigi. Beliau bilang, masih bisa diselamatkan sih, tapi prosesnya akan panjang. Dan karna mahkota giginya rusaknya udah parah, harus segera dibuatkan mahkota gigi baru, karena kalau sekedar tambalan aja, pasti gak lama bakal rontok lagi.
Saya tanya dong, bikin mahkota gigi berapa? 4-5 juta katanya. Wow!
Terus kalau dicabut aja gitu gimana? Dokternya bilang, gigi atasnya akan rawan turun dan lama kelamaan bisa copot karena kehilangan penyangga. Terus muka juga pasti makin gak simetris. Padahal ini aja mukaku udah gak simetris karena sebelahnya gigi geraham yang aku konsulkan itu, juga udah aku cabut sejak SMP. Hiks. Terbayang kan seberapa buruk kondisi gigiku?
Pas pulang, galau banget harus gimana. Scroll-scroll tiktok tentang masalah gigi yang mirip-mirip dengan kondisi saya, kok yang keluar pada pasang behel? Terus suami bilang, cari dokter orthodonti gih, konsul.
Singkat cerita, setelah perjalanan panjang survey sana-sini dokter orthodonti di sekitaran Semarang, akhirnya nemu 1 yang klik. Awalnya ada 2 sih. Tapi karena yang 1 responnya ketika di-chatt kayak gak niat, ya sudah akhirnya mantep konsul ke dokter yang satunya lagi.
Seperti yang sudah saya kira sebelumnya, ya jelas dianjurkan pakai behel. Setelah pakai behel, baru deh pakai gigi palsu. Kenapa gak langsung pakai gigi palsu saja? Karena saya juga mengeluhkan gak nyaman ngunyah, yang mana akibat posisi rahang saya udah banyak pergeseran gitu lah intinya, karna ada gigi yang dicabut dan dibiarkan kosong bertahun-tahun. Nah, bonusnya sekalian memperbaiki penampilan gigi depan saya yang crowding itu.
Tahapan Sebelum Pemasangan Behel
Dulu saya kira kalau mau pasang behel itu ya datang ke dokter, bilang mau pasang behel, lalu dipasang, terus udah deh pulang.
Eh ternyata gak semudah itu, marimar!
Tahapannya panjaaang, sesuai kondisi gigi masing-masing orang. Nah, apa aja sih tahapan sebelum pasang behel yang harus aku lalui?
1. Konsultasi Pertama ke Dokter Orthodonti
Di pertemuan pertama ini, dokternya mengecek kondisi gigi saya, lalu memberitahu masalah apa saja yang harus diatasi dulu sebelum pemasangan behel. Selain itu, dokternya juga menjelaskan tentang beberapa pilihan behel beserta kelebihan dan kekurangannya, serta perbedaan harga masing-masing behel.
2. Rontgen Panoramic dan Cephalometri
Setelah tahap pertama, saya dikasih rujukan untuk rontgen panoramic dan cephalometri di Pramitha. Saya sempet nawar, boleh gak kalau saya rontgen di RS tempat saya kerja aja? Dan gak dibolehin sama dokternya. Katanya karna kalau di Pramitha hasilnya jelas banget. Alasan lainnya kayaknya karena mereka sudah bermitra sih.
![]() |
Lab Pramitha super duper nyaman! |
Tapi ya gapapa. Harus diakui Pramitha pelayanannya super oke. Biayanya delapan ratus ribu dapet kembalian dikit. Lupa persisnya berapa. Hasil cetak rontgennya langsung dikasih saat itu juga (nunggu beberapa menit), sedangkan hasil bacanya dikirim keesokan harinya melalui WA.
3. Cetak Rahang
Setelah kita dapet hasil rontgen panoramic dan cephalometri, saya kembali mendatangi dokter orthodonti. Lalu dijelasin, dari hasil rontgen, mana aja gigi yang harus diperbaiki lebih dulu atau dicabut sebelum pemasangan behel.
Lalu ditanya, mau lanjut? Setelah yakin lanjut, maka prosesnya pun dilanjutkan dengan cetak rahang. Caranya dengan memasukkan semacam slime (?) ke mulut, lalu tunggu beberapa detik -- pokoknya gak lama kok. Prosesnya dilakukan dua kali, masing-masing untuk rahang atas dan rahang bawah.
Sambil nunggu hasil cetak rahangnya jadi dan dokter menyusun rencana perawatan.
4. Proses Cabut Gigi
Beberapa hari kemudian, saya dikabari oleh admin dokter ortho-nya untuk mengambil rujukan cabut gigi.
Cabutnya ke klinik lain, karena klinik si dokter orthodonti bener-bener cuma mau pegang kasus ortho aja. Saya dirujuk untuk cabut 2 gigi premolar (geraham kecil) atas, dan 1 gigi premolar bagian kanan bawah dan geraham bagian kiri yang sudah rusak parah (yang sebelumnya saya konsulkan ke dokter konservasi gigi) itu.
![]() |
Klinik tempat aku cabut gigi. Recommended bangett pelayanannya! |
Banyak yang ngeri denger kata cabut gigi. Padahal beneran deh, cabut gigi gak seseram dan sesakit itu kok. Sakitnya ya ngilu dikit aja. tahan pertama saya dicabut premolar kanan atas dan premolar kanan bawah dulu. Selang seminggu, dicabut lagi premolar kiri atas dan geraham kiri yang rusak.
5. Pemasangan Behel
Setelah proses yang panjaaaang sekali, setelah luka pencabutan sembuh (kurang lebih selang seminggu dari pencabutan terakhir), tibalah hari di mana dokter orthodonti memasang behel di gigi saya.
Prosesnya gak lama kok, mungkin cuma sekitar 1 jam. Dan gak sakit sama sekali saat proses pemasangan.
Setelahnya sakit gak? Emm, pain tolerance orang beda-beda ya. Tapi untuk saya pribadi sih level nyerinya cuma 1/5. Ngilu-ngilu dikit aja. Cuma, awal-awal emang gak nyaman sekali saat makan, dan mulut berasa penuh banget. Mungkin karna masa adaptasi ya.
Oh ya, biaya untuk behelnya sendiri adalah sebesar Rp 9.000.000,- (behel meta konvensional, mini diamond). Mihil yaaa? Tapi Alhamdulillah, di dokter ortho ini bisa dibayar secara bertahap maksimal sampai 4 bulan setelah hari pemasangan behel.
Ini bukan akhir perjalanan, melainkan awal. Karena behel journey ini direncanakan akan berjalan sepanjang tiga tahun. Doakan semua lancar, ya!