Desa Tercinta

on
Jumat, 20 Desember 2013
Saya bersyukur lahir dan tumbuh di desa. Masih bisa berjumpa dengan udara bersih dan sejuk setiap pagi. Seusatu yang sudah amat mahal bagi teman-teman saya yang tinggal di kota.

Saya bersyukur lahir dan tumbuh di desa. Berdampingan dengan alam yang ramah dan hamparan hijau persawahan yang masih luas lahannya. Tidak pernah khawatir tidak bisa makan saat tengah tak memiliki uang belanja, karna masih ada daun singkong di belakang rumah, dan cabe segar di pekarangan depan. Pun buah-buahan yang tak henti menghadiahkan manisnya pada kami. Mangga usai berganti rambutan, rambutan belum habis telah disambut durian.

sungai tak jauh dari tempat tinggalku

melihat purnama dari halaman

Saya bersyukur lahir dan tumbuh di desa. Masih sempat mencicipi keceriaan masa kecil dengan permainan-permainan sederhana yang menyenangkan. Bermain bekel, petak umpet, brak, juga pasaran. Berkelana ke kebun-kebun mencari buah jatuh, atau bunga dari pohon petai yang bisa dijadikan 'beras-berasan'. Juga membuat 'kue-kuenan' dari tanah tanpa berpikir tentang kotor dan sebagainya. Tidak seperti teman-teman di kota yang hanya kenal barbie, mall, PS, dan hanya bisa melihat dari layar kaca syiknya si Bolang bertualang.

gb. diambil dr google
 
foto hampir 15tahun yg lalu

Saya bersyukur lahir dan tumbuh di desa. Masih bisa merasakan kehangatan sapaan tetangga, dan tahu bagaimana indahnya bersosialisasi dengan sesama. Tidak seperti mereka di kota, yang rumahnya terhalang tembok-tembok pembatas, dan bahkan tak tahu siapa nama tetangga selang tiga rumah dari tempat tinggalnya.
ibu-ibu hendak ke sawah lewat jalan depan rumah

miniatur masjid karya pemuda2 desaku dlm acara tarling malam takbiran lalu
 
Ya, saya bersyukur lahir dan tumbuh disini, di desa ini, dengan ribuan karunia yang tak akan mampu saya jabarkan dengan sempurna, pun dengan beberapa kekurangannya.

 menatap sunset dari sawah dekat rumah

Ya, meskipun tak lantas bermimpi untuk selamanya ada disini, setidaknya saya amat tahu bahwa sepanjang hayat tak mungkin saya mampu mengenyahkan desa ini dari hati saya.

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? (QS. Ar Rahman)

2 komentar on "Desa Tercinta"

Terimakasih telah berkunjung, tinggalkan kesanmu ya :)

Signature

Signature