Tentang Penerimaan Diri dan Mengenali Diri Sendiri

on
Selasa, 23 April 2019
Gara-gara Mbak Icha nulis tentang alis dan penerimaan diri, saya jadi ketrigger untuk nulis tentang penerimaan diri juga. Hehe.



Kalian inget gak, dulu pernah ada trend pake jilbab dengan berbagai model yang lilit sana-lilit sini itu?

Di masa itu pula, youtube dipenuhi dengan konten tutorial memakai jilbab. Dan saya adalah salah satu penikmatnya. Tiap nonton video tutorial pake jilbab itu saya pengeeeen banget praktekin. Tapi gak pede. Gak pede, tapi pengen banget.

Jadi, dalam beberapa kali kesempatan, saya akhirnya 'nekat' mempraktekkan video tutorial memakai jilbab yang saya tonton. Ada rasa puas, tapi lebih dominan gak pede-nya. Tapi tetep ada perasaan harus. Harus ngikuti yang lagi hits. Pengen gaya dikit. Pengen keliatan modis. Dll.

Jadi tiap lagi makai jilbab lilit-lilit gitu, pasti ada rasa, "kok gak bagus ya? Padahal di tutorial bagus gitu. Apa karna aku gak secantik model tutorialnya ya?"

Yup, ujung-ujungnya pasti ngerasa jelek dan berbagai perasaan negatif lainnya.

Sayangnya, bukannya menyadari dan segera sadar, saya malah masih terus berusaha mengingkari rasa tidak pede itu.

Sampai akhirnya capek sendiri -____-

Dan sampailah saya pada hari ini. Sebagaimana Mbak Icha yang akhirnya pede-pede aja gak gambar alis, saya pun akhirnya pede-pede aja untuk tetap tampil 'gak modis'.

Menurut yang saya pahami sekarang, kayaknya memang ada orang-orang yang dilahirkan untuk jadi orang yang gak modis. Gak pantes ngikutin model apapun yang sedang hits. Pantesnya ya gitu-gitu aja. Sebagaimana ada aja orang yang mau ngikuti mode kayak apapun juga kok kesannya pantes-pantes aja.

Nah, saya masuk ke golongan orang yang dilahirkan untuk jadi orang yang gak modis kayaknya. Hahaha.

Bukan bukan, ini bukan rendah diri. Justru saya sudah merasa sampai ke taraf penerimaan diri. Bahwa, oke saya memang gak selalu pantes mengikuti apa yang sedang hits. Oke, saya memang pantesnya pakai gamis model standar dan jilbab model gitu-gitu aja.

Lebih dari itu, saya merasa sudah mengenali diri sendiri. Bahwa saya adalah Rosa yang sejatinya memang suka model-model baju atau gamis simpel. Berwarna kalem. Bahwa saya adalah Rosa yang justru merasa sangat Pede dan merasa 'ini aku banget' saat pakai jilbab bergo atau jilbab segiempat super standar.

Jadi udah bukan masanya saat ngiler lihat model-model baju yang modis, dan memaksakan diri untuk pakai. Iya sih masih suka ngikuti trend, tapi sekedar ngikuti aja, tanpa mengaplikasikan. Karna sudah sangat tau, bahwa yang seperti itu bukan untuk saya 😊

Mungkin ini ya yang dimaksud menemukan jati diri.

Kalian gimana gengs, sudah merasa menerima keadaan diri dan mengenali diri sendiri juga kah?

Ayanaz Gedongsongo: Wisata Instagramable Masa Kini

on
Minggu, 21 April 2019
Libur panjang sudah hampir berakhir yaaa. Hiks. Sudah ke mana saj kalian long weekend ini?

Libur kenaikan Isa Almasih yang jatuh pada hari Jumat tanggal 19 April 2019 kemarin, menjadi kesempatan bagi banyak orang untuk berwisata bersama keluarga.

Salah satu kelebihan era Instagram, salah satunya adalah menggeliatnya sektor pariwisata Indonesia. Kenapa gitu? Karna orang-orang berlomba-lomba untuk mendapatkan foto  menarik yang bisa diposting ke instagram. Hehe.

Fotonya @uchacilik di Ayanaz

Untuk memenuhi kebutuhan itu, ya otomatis sektor pariwisata juga harus melakukan banyak penyesuaian. Di antaranya adalah dengan membuat tempat-tempat wisata yang instagramable.

Kalo dulu, tempat wisata cukup mnyuguhkan keindahan alam, sekarang keindahan alam tersebut harus dipoles lagi agar mampu menyuguhkan keindahan alam yang instagramable.

Kayaknya hampir semua tempat wisata mulai menyadari soal ini. Tidak terkecuali tempat wisata Gedongsongo yang terletak di Kabupaten Semarang.

Baca juga: Cara Membuat Bayi dan Anak Nyaman Saat Traveling

Dulu, gedongsongo ini cukup menawarkan situs sejarah berupa candi yang terdiri dari 9 candi, dan suasana alam yang sejuk. Di era instagram, hanya candi rasanya gak akan cukup menarik animo para wisatawan, terutama wisatawan lokal.

Family Potrait di Ayanaz. Hehe.

Maka, dibuatlah Ayanaz. Ada yang sudah pernah ke Ayanaz? Kalo belum, sini saya ceritain dikit tentang Ayanaz.

Ayanaz merupakan tempat wisata yang terletak di dalam area Candi Gedongsongo. Jadi, kita harus bayar tiket dua kali kalo mau ke Ayanaz. Pertama, tiket masuk ke Gedongsongo. Kedua, tiket masuk ke dalam Ayanaz-nya, sebesar 20.000 per orang. Anak usia di bawah 2 tahun gak perlu bayar tiket masuk.

Ayanaz ini masih tergolong baru. Lahirnya ya dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan tempat wisata instagramable.

Instagramable banget kan?

Karna hal utama yang ditawarkan Ayanaz memang adalah tempat wisata foto.

Jadi, di dalam Ayanaz ini, ada banyaaakkk sekali spot foto yang sangat menarik. Kalo yang memang hobi foto, wuih pasti krasan sekali di Ayanaz.



Spot fotonya ada yang gratis, ada juga yang berbayar. Lebih banyak yang gratis sih sebenernya. Yang berbayar pun gak mahal kok. Per orang 5.000-10.000 rupiah.

Hihihi, mau punya foto bagus aja kudu modal ya.

Tapi kalo lagi weekend, apalagi long weekend kayak kemarin itu, jangan ditanya ramainya seperti apa. Jadi, harus sabar untuk antri di tiap spot foto. Hehe.

Kalo yang gak suka foto, Ayanaz gak recomended dong?

Indah banget kan?

Menurut saya tetap recomended sih. Karna Ayanaz ini terletak di tengah hamparan alam yang indaaahh sekali, sekaligus berhawa sejuk. Selain itu, Ayanaz juga menyediakan spot-spot yang bisa digunakam untuk bersantai dan mengobrol bagi yang gak hobi foto.

Tapi kalo udah sampai Ayanaz, kayaknya gak ada yang gak tertarik untuk foto deh. Haha.

Jadi gimana, tertarik ke Ayanaz?

Signature

Signature