Ini Pendapatku, Bagaimana Pendapatmu??

on
Selasa, 07 Agustus 2012

Sejak masih duduk di bangku sekolah dasar, saya (dan mungkin juga kalian) sudah mendapatkan penanaman pemahaman tentang kita sebagai makhluk social. Bahwa kita hidup di tengah – tengah masyarakat yang harus saling mengharagai hak serta kewajiban masing – masing individu, saling toleransi, dan lain sebagainya.

Tentu saja saya setuju dengan penanaman itu. Kenyataanya kita memang nggak akan pernah bisa hidup sendiri tanpa pertolongan orang lain, bahkan sebanyak apapun harta kita. Selain itu, hidup bermasyarakat menurut saya juga secara nggak langsung ngasih kita sebuah ‘kontrol’, atau yang lebih sering disebut sebagai control social. Seperti apa contohnya? Yah contoh paling gampang  kita merasa malu melakukan perbuatan – perbuatan yang di luar norma.

Emm, tapi jujur aja… saya kadang juga merasakan dampak negative dari status kita sebagai makhluk social. Ini sekedar pendapat saya pribadi sih, jadi jangan di debat (kalo ditanggapi tentu saja boleh). ‘Gara-gara’ status sebagai makhluk social, kita secara tidak sadar seringkali seolah ‘dipaksa’ untuk selalu memikirkan ‘omongan’ orang – orang di sekitar kita. Dan seringkali kita ngrasa tersiksa oleh itu semua. Bahkan malangnya kadang kita lebih memilih tersiksa asal nggak ‘dikomentarin’ sama orang-orang sekitar.

Contohnya? Yang paling sederhana dulu… anak – anak ABG sekarang malu kalo nggak punya pacar karan takut dianggap ‘kampungan, de el el’ oleh teman – temannya, meskipun mungkin beberapa dari mereka tau dan sadar bahwa pacaran nggak ada manfaatnya tapi banyak mudhorotnya. Yang lebih serius lagi… banyak banget nggak sih sekarang yang ‘memaksakan diri’ membeli sesuatu (mobil, de el el) demi menjaga gengsi dan pendapat orang, meski mereka harus setengah mati berjuang untuk membayar angsuran tiap bulan dan menjaga agar asap di dapur tetap mengepul. Ah, banyak… banyak sekali konsekuensi yang harus ditanggung dari status kita sebagai makhluk social.

Sedihnya lagi, control social yang merupakan dampak baik dari status kita sebagai makhluk social toh nyatanya (menurutku) udah nggak  berjalan sebagaimana mestinya. Anak gadis menginap dirumah ‘pacarnya’ sudah dianggap masyarakat sebagai ‘hal biasa’ sebagai dampak perubahan zaman. Intinya, sekarang ini kita udah nggak bisa ngandelin ‘omongan orang’ sebagai tolok ukur baik dan buruk. Jadi, harus pinter – pinter deh nyaring opini masyarakat yang terbentuk untuk hal – hal tertentu. Ya karna sekali lagi, nggak selamanya pendapat lebih banyak orang itu benar, dan pendapat sedikit orang itu salah.

Oh ya, jadi pengen ikut komentar tentang kasus yang sedang hangat saat ini. Nggak tau sih ini ada hubungannya apa nggak. Yaitu tentang kasus H. Rhoma Irama yang ‘dituduh’ mengangkat tema SARA dalam salah satu kesempata khotbah seusai sholat tarawih. Saat itu intinya beliau mengatakan bahwa umat muslim dilarang memilih pemimpin dari golongan non-muslim, karna sanksinya adalah menjadi musuh Allah. Lalu, mulailah masyarakat (melalui berbagai media) rame – rame berkomentar, ada yang  mendukung, tidak sedikit yang mengecam. Katanya Bang Haji merusak persatuan bangsa dengan ceramahnya itu, bahkan ada yang menganggap beliau menghina agama lain dengan itu. Nah lho… dimana letak menghinanya?? Beliau kan menyampaikan itu di masjid. Jadi apa salah kalo beliau menyampaikan apa yang ada dalam Al-qur’an?? Kalau, (maaf sekali sebelumnya) seorang pendeta khotbah di sebuah kebaktian, menyampaikan bahwa kami (yang tidak beragama nasrani) adalah domba tersesat, apa itu berarti menghina dan kami berhak pula marah – marah dan mengecam?? So, harus dibedakan mana yang menghina, dan mana yang menyampaikan ajaran agama. Bagiku agamaku, dan bagimu agamamu J

Pesen saya sekali lagi, pinter – pinter menyaring opini public yang saat ini semakin liar terbentuk yaahh… jangan mudah terprovokasi (dalam hal apapun, diluar kasus Rhoma Irama). Lalu bagaimana solusinya untuk menentukan sikap? Kembali pada kaidah – kaidah agama saya pikir menjadi jalan keluar terbaik J

#maaf ya tulisannya kacau dan mungkin bikin pusing waktu dibaca, hehe


Rosa
7 Agustus 2012 (Malam ke-19 Ramadhan)

2 komentar on "Ini Pendapatku, Bagaimana Pendapatmu??"

Terimakasih telah berkunjung, tinggalkan kesanmu ya :)

Signature

Signature