Pilih-pilih teman atau jangan?

on
Jumat, 29 November 2013
Beberapa hari lalu, tanpa ada sebab yang jelas, salah seorang teman melempar tanya yang intinya, apakah aku tipe orang yang suka pilih-pilih teman atau sebaliknya. Meski agak heran kenapa dia tiba-tiba tanya seperti itu, toh saya akhirnya menjawab. Seingat saya sih saya nggak pilih-pilih teman. Kalau sahabat, iya mungkin saya sedikit milih. Lalu, tak lupa bertanya apa gerangan yang membuat dia tiba-tiba bertanya seperti itu. Apakah lantaran dia melihat teman-teman saya terlihat banyak yang semrawut, atau bagaimana? Sayangnya, hingga detik ini saya belum mendapatkan jawaban darinya.

Saya sudah beberapa kali merenung soal ini. Dan jadi terpantik untuk merenungkan lagi gara-gara pertanyaan teman saya itu. Sebenarnya yang baik itu justru harus pilih-pilih teman atau nggak sih??? Bukankah ada hadist Nabi yang intinya, agama kita bernaung dibawah agama teman kita? Belum lagi perumpamaan berteman dengan tukang minyak dan pemandai besi itu? Bukankah hal itu mengisyaratkan bahwa Nabi kita menghimbau kita untuk "memilih teman"? Tapi bingungnya, sifat pilih-pilih teman seringkali membentuk image buruk dimata lingkungan atas diri kita. Yah, balik lagi akhirnya... batas antara yang benar dan yang 'kurang benar' semakin abu-abu.

diambil dr Tumblr

Akhir-akhir ini saya memang sedang resah soal pertemanan. Mungkin bisa dibilang saya masih dalam tahap masa transisi yang belum kunjung berakhir, dari atmosfer pertemanan berbau surga di kampus dulu, dengan atmosfer pertemanan yang berbau... hemm, entahlah...

Saya nggak bilang teman-teman saya di kampus dulu adalah orang-orang sempurna tanpa dosa. Sama sekali bukan. Kami tetaplah manusia biasa, dan tentu saja seringkali melakukan dosa. Tapi yang saya suka, saat salah satu dari kami salah, seringkali yang lain mengingatkan bahwa itu salah. Tidak jarang juga kami mengangkat tema-tema obrolan ringan yang bermanfaat bagi proses perbaikan diri kami. Meskipun sekali lagi, nggak jarang pula kami membicarakan hal-hal yang sia-sia.

Lalu bagaimana dengan saat ini? Di lingkungan kerja, jujur saya tak lagi mendapati hal tersebut. Saat ada yang melakukan salah dan ada yang berusaha mengingatkan, pastilah justru akan dijadikan bahan ledekan. Aktifitas tiap hari hampir tak lepas dari membicarakan orang lain, mengeluh, dll. Dan saat itulah saya mendapati betapa iman saya masih terlampau rapuh dan mudah sekali terbawa arus negatif yang mengitari saya. Ya, betapa berat bagi saya menjaga kestabilan iman tanpa ada teman yang sejalan di dekat saya. Disaat seperti inilah mendidik diri sendiri amat terasa urgensinya. Teringat pula nasehat seorang mbak di kampus dulu, "Boleh membaur, tapi jangan melebur". Dan itu beraaaattt sekali T.T

Jadi bagaimana? Harusnya kita itu pilih-pilih teman atau jangan? Saya masih tetap bimbang. Tapi kalau saya memposisikan diri sebagai (calon) ibu, rasanya kelak saya pun tak ingin anak saya berteman dengan sembarang orang. Sudah berapa puluh artikel dari para ahli yang mengatakan pengaruh lingkungan pergaulan itu punya pengaruh sangat besar?

Ya, karna teramat pentingnya teman yang membantu kita menjaga keimanan, maka saya tak pernah lupa berdoa, "Robbi Habli Minladunka zaujan thoyyiban wayakuna shohiban Lii Fiddini waddunya wal akhiroh. Ya Robb, Anugrahkanlah kepadaku seorang suami terbaik dari sisiMU, yang dapat menjadi sahabat (teman) bagi dunia serta akhiratku" *Lho, kok nyambungnya kesini? hihihi*



Rosa, 29 November 2013

Iri?

on
Sabtu, 23 November 2013
Yang namanya manusia, lihat ada teman yang "kelihatannya" hidupnya lempeeeng banget seperti tanpa hambatan, pengen ini itu bisa langsung tergenggam dengan amat mudahnya... lalu muncul secercah iri, mungkin manusiawi kali yaa...

Tapi semoga masih selalu ada penangkal mujarab sebelum cercah itu berkembang menjadi bercak-bercak noda yang semakin melebar, yaitu iman. Untuk apa iri, jika berbagai rintang dan halang membuat mulut ini lebih sering merapal doa dan tak pernah bosan menyebut mesra nama-nama indah-Nya... Untuk apa iri jika banyaknya kesulitan membuat hati lebih mudah tertunduk khusyuk merintih mengiba memohon belas kasih-Nya...

Ya, tak perlu sedikitpun ada iri, kecuali pada kebaikan, untuk memacu diri menyamainya. Allah sebaik-baik pemberi rizki, dan Allah Maha Adil atas apapun yang ada di dunia ini. Meski seringkali keadilan-Nya tak bisa kita raba dengan mata fana kita.


FI, 23 November 2013

Catatan Perjalanan

on
Kamis, 14 November 2013
Kisaran bulan Oktober sampai awal November ini saya cukup sering melakukan perjalanan. Dari perjalanan memperjuangkan masa depan, hingga perjalanan melepas jejak-jejak kejenuhan rutinitas. Yah, meskipun kota yang saya kunjungi itu-itu saja.

Tanggal 1 Oktober lalu saya ke Jogja bersama teman saya Isty buat ngambil Kartu tanda peserta 'Pejuang abdi negara', tapi langsung pulang soalnya besok kerja. So, capek doang! Tanggal 4 Oktober ke Jogja lagi buat Ujian. Yang kali ini menyenangkan, karna 2 hari selanjutnya dilanjutkan dengan agenda liburan sama ponakan paling ganteng saya - Danish. Liburan kemana? garing sih sebenernya. Gembira Loka! Yaahh, tapi tetap saja menyenangkan karna saya jadi bisa 2 hari sama si Danish :)

Tante sama Danish di Gembira loka
Perjalanan selanjutnyaaa... cukup bikin saya surpraised, karna sama sekali nggak saya sangka. Ternyata saya dinyatakan lolos ujian tahap pertama calon abdi negara ituuu... jadi tanggal 31 Oktober kembalilah saya ke Jogja untuk ujian tahap kedua. Yang ini juga nggak ada unsur liburannya, murni memperjuangkan masa depan. Tapi tetap saja menyenangkan. Pada dasarnya saya memang suka sama perjalanan, terutama kalau sendiri. Karna saya merasa punya waktu yang benar-benar untuk diri dan pikiran saya sepenuhnya.

Tanggal 2 November saya ke Ungaran. Yang kali ini motivasi utamanya untuk membayar beban rindu yang sudah cukup berat kami tanggung. Pada siapa lagi kalau bukan pada teman-teman saya tercinta: Kak Unil, Cite, Isty, Kak Tari. Sebenernya yang jadi alasan utama tu karna teman kami - Indah, mengakhiri masa gadisnya. Tapi emang dasanya kitaa yaaa... dateng ke nikahannya Minggu, ke Ungarannya sabtu, jadi kita hahahihi bareng dulu :D
Kalau dipikir-pikir sih saya kurang kerjaan. Rumah saya kan Jepara, rumahnya Indah Demak. Harusnya jauh lebih simple, irit, dll kalau saya langsung ke Demak aja dong?! Jadi ngapain harus repot-repot ke Ungaran dulu coba??? Mungkin ini yang dinamakan Cinta itu mengalahkan logika. *Cinta pada sahabat maksudnyaaaahh!!!*
 di kawasan candi ngempon ungaran

pengantinya yg tengah. pengantin berdaster :D
Tapi sekian banyak perjalanan, ini nih yang paling menyenangkan. Tanggal 9 November kemaren ada acara piknik bareng dari kantor. Baru satu tahun lebih sedikit kerja disini, sudah 2 kali saya diajak piknik bareng. hihi. Dan kedua-duanya itu bikin saya mulai percaya bahwa segala sesuatu seringkali nggak seseram yang dibayngkan, dan semua akan tetap baik-baik saja selagi kita mengikuti ketentuan-ketentuan yang ada. Tahun lalu kita ke Umbul Sidomukti, dan saya berani nyobain Flying Fox, dua kali malah!!! Bagi yang udah kenal saya dengan cukup baik, pasti cukup terkejut mendapati fakta ini. haha...
Dan yang kemaren ituuu... kita rafting bareng!!! Yeeeyyyyy.....
Nggak pernah bayangin deh saya berani. Tadinya ngeri sih denger panduan keselamatan yang di kasih Bapak pemandu. Soalnya ada kemungkinan-kemungkinan kita jatuh ke air gitu. Serem lah kedengarannya!
Tapi ternyataaa... Seruuuu!!!
 Foto bareng seluruh staff Furnindo, eh ada yg kelewatan sih kayaknya

 ini bukan kelompok saya. saya ambil satu dr sepuluh kelompok

Setelah dari rafting, kita ke Borobudur. Sok-sokan pengen keren, kita rame-rame beli kacamata murahan. Tapi bukannya jadi keren, kok rasanya malah jadi kaya' (maaf) tunanetra yaaa :D

Dari Borobudur lanjut ke Malioboro. Di Malioboro ada kejadian yang cukup menyayat hati *lebay!*. Jadi ceritanya saya, Mbak I'is dan Mbak Eva pengen foto di bawah plang tulisan Jl. Malioboro. Dan nggak cuma kita ternyata yang pengen, yang antri lumayan banyak. Maka, kita panggillah Mas Rozak buat jadi fotografer. awalnya foto bertiga, terus lanjut satu persatu. Karna yang antri banyak, habis di jepret kita langsung kabur. Pas udah jalan lumayan jauh, Mbak I'is tiba-tiba kepikiran buat nge-cek hasil foto kita tadi. Dan, Taraaaaa.... yang kita lihat di foto itu ternyata hanya foto kita yang lagi meluk-meluk tiang gak jelas dan tulisan Jl. Malioboronya NGGAK ADA! Aaarrggghhh... kalo cuma foto sama tiang mah nggak usah jauh-jauh di Jogja :(

Sepulangnya dari Jogja saya nggak ikut sampai Jepara. Karna paginya saya mau ikut kampus fiksi-nya Diva Press di Gedung wanita Semarang, jadi saya milih turun di Semarang aja, nginep di kost pertama saya waktu kuliah dulu. Ya Allah... merinding rasanya. 2,5 tahun saya penah hidup disitu beberapa tahun lalu. Ketawa, nangis, ngobrol, gila-gilaan sama temen-temen... atmosfer berbagai kenangan itu masih terasa sekali, meski ada beberapa perubahan di sana-sini.
 pintu kamar kost saya nggak berubah, termasuk stiker2nya.

Paginya, ikut Kampus Fiksi. Menyenangkan, banyak ilmu, dan dapet temen baru juga. Sempet ketemu sama temen-temen yang tadinya cuma kenal di Dumay juga. Inti dari inti yang bisa saya ambil dari Kampus Fiksi sih, Kita nggak akan pernah bisa jadi penulis kalau kita nggak mulai menulis sungguhan!
 Bang Edi (CEO Diva press) lagi ngasih materi

Yah, itulah catatan perjalanan beberapa minggu kemarin. Nggak terlalu banyak hal istimewanya memang. Tapi sekali lagi, saya selalu merasa tiap perjalanan selalu memperbarui jiwa dan semangat kita. Setelah ini... kerja keras buat laporan keuangan!!!

Semangaaaattttt ^-^

FI, 14 November 2013

Dari Rumah Matahari

on
Kamis, 07 November 2013
Klasiknya hidup memang seperti ini, kita akan berjalan dibanyak lintasan, kadang kita bertemu teman yang secara kebetulan melewati jalan yang sama sampai ada satu persimpangan yang akan memisahkan, kemudian ada jalan baru dimana kita akan bertemu dengan teman lain, menempuh jalan sampai kemudian ada persimpangan lagi. Tapi pada satu persimpangan terakhir, akan terbentang jalan terpanjang dan akan tersisa orang yang tidak biasa, yang tidak akan datang dan pergi begitu saja.. orang-orang yang dipilih oleh hati untuk menundukkan ego kita.


**Saya kutip dari rumah matahari karna saya sangat suka sama tulisan ini.
Semoga Mbak Syam tidak keberatan :)

Signature

Signature