Marah Beretika

on
Senin, 23 Desember 2013
Di luar mendung, suasana hati juga hampir mendekati mendung. Daripada berkelanjutan dan bikin hariku didominasi energi negatif, mending aku tumpahkan disini, sebelum aktifitas aku mulai.

Sudah empat hari ini aku mati gaya gara-gara sinyal internet Im3 punah dari wilayah tempat tinggalku. Entah apa sebabnya. Dan itu nggak cuma aku yang ngrasain, beberapa orang yang tinggal sewilayah sama aku juga mengalami hal yang sama.

Sebagai customer, aku punya hak dong ya buat protes atas ketidaknyamanan yang aku alami?! Kalo nggak salah sekarang kan juga ada beberapa kampanye tentang customer cerdas, yang nggak cuma jadi korban iklan sana-sini. Yang terpenting tetep satu: Tau etika! Pun ketika memperjuangkan hak kita sebagai customer. Perusahaan-perusahaan besar juga kayaknya sudah sangat sadar bahwa kenyamanan customer mereka adalah salah satu hal terpenting yang harus mereka jaga. Jadi aku kira, selama sebagai customer kita protes karana ngrasa nggak nyaman atas jasa yang diberikan sementara kita udah mengeluarkan biaya untuk itu, dengan cara yang ber-ETIKA, mereka akan sangat maklum dan justru apreciate pada kita. "Pembeli adalah raja" kayaknya tetep nggak ada matinya di dunia usaha. Iya, kan?!

Nah, pagi tadi aku cerita ke beberapa teman bahwa semalem aku habis "marah" ke CS Indosat berhubungan dengan ketidaknyamanan yang aku alami itu. Dan, Taraaa.... beberapa komentar "kurang enak" aku terima. Katanya aku tu luarnya lembut, tapi ternyata dalemnya 7^%#$, dan beberapa istilah lain yang cukup asar di telinga saya. Hemm, aku pilih diam deh. Orang kan emang selalu punya hak untuk menilai seperti apapun diri kita, seperti juga kita selalu berhak ngasih nilai apapun pada orang lain. Pokoknya tinggal pinter-pinternya kita aja biar nggak mudah terpengaruh dengan penilaian orang, yang seringkali mematikan potensi kita. Nggak selamanya juga harus bener-bener cuek sama kata orang sih. Ambil yang baik, buang yang buruk aja :)

Etapi, kita tu seringkali pinter banget menilai orang lain, tapi lupa ngaca apakah kita sendiri juga gitu, bahkan lebih buruk dari itu apa nggak loh. Ya baliknya peribahasa lagi. Semut di sebrang lautan tampak, gajah di pelupuk mata tak tampak. hehe...

Tapi gara-gara kejadian pagi ini, aku jadi merenung sih. Ups, jangan-jangan emang selama ini aku masih sangat belum bisa jaga lisan dan sering nyakitin orang dengan lisanku ini? Hemm, baiklah, harus jadi moment introspeksi dan perbaiakn diri kalo gitu. Trus aku juga coba inget-inget kata-kata protesku ke CS indosat tadi malem. Aku emang marah sih, tapi sejauh yang mampu aku inget, kata-kataku masih beretika dan Insya Allah masih bisa diterima dengan baik sama Mas CS-nya. Sama sekali nggak ada kata-kata nggak pantes, yang ada hanya kata-kata penegasan bahwa saran-saran yang diberikan oleh CS indosat sudah aku laksanakan, tapi sinyal tetep belum mau muncul.

Nahh, soal komentar-komentar orang yang bilang "aku keliatannya pendiem, lembut, dll, tapi ternyata bla bla bla....", nggaku baru sekali ini sih aku denger. Dan aku mikirnya, aku nggak pernah berniat "menipu" orang lain dengan penampilan luarku. Kalo ada yang ngrasa salah menilai, ya salah mereka sendiri dong terlalu cepat mengambil kesimpulan tentang aku, padahal mereka belum bener-bener kenal aku! Apa kalo banyak yang ngrasa salah menilai aku ato "tertipu" sama panmpialnku, terus aku yang salah? penampilanku yang salah? gitu?! Duh, maaf, nggak akan! hahaha

Intinya satu, tetap jaga lisan, beretika, dan berakhlak baik... itu yang nggak boleh berhenti dijaga dan diperjuangkan :) 
4 komentar on "Marah Beretika"
  1. iyuuuuuhhhh.. semangat!!!
    jangan rusak hari ini dengan energi negatif, :))

    BalasHapus
  2. Wahhh kalo aku masih suka marah-marah nggak jelas kalo ada yang sreg di hati :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. hihihi... nggak tega Mbak, habis suara mas2 CS-nya ramah banget gitu :D

      Hapus

Terimakasih telah berkunjung, tinggalkan kesanmu ya :)

Signature

Signature