Tentang Mbak Nita dan Keinginan Kuliahnya

on
Rabu, 07 September 2016

Saya tiba-tiba kangen nulis curhatan personal di sini. Hehe. Secara, saya paling suka baca blogpost dari temen blogger tu yang tipe-tipe curhatan personal, dan sedih karna akhir-akhir ini blogpost dengan tipe seperti itu sudah semakin langka. Sedangkan diri saya sendiri ternyata juga menjadi salah satu pelaku dari fenomena tersebut. Haha.

Oke, saya mulai curhat, ya =D

Semenjak nikah dengan laki-laki yang domisilinya di daerah Semarang atas, otomatis saya jadi sering melewati jalan Sultan Agung. Yang mana di jalan tersebut terletak bangunan yang punya sejarah tersendiri buat saya. Makanya saya berangan-angan banget kapan-kapan bisa foto di depan bangunan itu. Hehe. Alhamdulillah dua minggu lalu dituruti sama Mas Suami pas nemenin beliaunya servis mobil di deket situ. Dan foto di atas itu lah hasilnya =))

Emang bangunan apa sih itu?

Itu kampus, pemirsa! Namanya Akademi Kesejahteraaan Sosial (AKS) Ibu Kartini. Gak tau? Wajar sih. Yang asli Semarang aja banyak yang gak tau kok. Ahahahaha. Nah, di AKS ini ada ada tiga jurusan jenjang Diploma tiga, yaitu Tata Rias, Tata Boga dan Tata Busana. Terus kenapa AKS bersejarah buat saya, padahal saya bukan alumni akademi tersebut?

Jadi gini ceritanya...

17 tahun yang lalu, saat saya masih berseragam putih-merah alias SD, kuliah merupakan salah satu hal mewah yang mengangankannya pun kami hampir gak berani. Tapi kakak pertama saya -- Mbak Nita -- entah bagaimana awalnya tiba-tiba menangis merengek pada Bapak dan Ibu minta dikuliahkan. Padahal, seperti kebanyakan orang di desa kami lainnya, yang terbayang di benak Bapak-Ibu adalah menikahkannya. Calon pun sudah tersedia -- tetangga belakang rumah. Hihi.

Tapi sekali lagi, entah dapet bisikan dari mana, Mbak Nita memaksa. Salah satu caranya memaksa adalah dengan mengatakan pada Bapak, "Kalau saya gak dikuliahkan, nanti Bapak harus menguliahkan anak saya". Saya gak tahu cara itu baik atau gak. Yang jelas, Bapak luluh. Bayangin harus nguliahin anaknya Mbak Nita -- yang mana saat itu pasti umur Bapak sudah sangat senja -- pasti jauh lebih mengerikan bagi Bapak. Hehe. Tapi Bapak memberi syarat, "pilihlah jurusan yang membuatmu punya keterampilan dan bisa dikerjakan di rumah". Ya, Bapak tetap ingin anak perempuannya ada di rumah, meskipun bekerja.

Singkat cerita, akhirnya Mbak Nita daftar di AKS, setelah mendapat info tentang akademi tersebut dari seorang sepupu. Dan itu benar-benar merupakan sejarah baru bagi keluarga kami. Dan itu bikin kami -- saya dan kakak kedua, adik-adiknya Mbak Nita -- jadi seperti berani berharap bahwa kesempatan merasakan kuliah pun tak mustahil bisa kami cecap.

Kenangan lucu, indah, dan mengesankan yang selalu saya ingat adalah... Dulu, waktu proses daftar ke kampus pertama kali dan mengantar ke kost, betapa semangatnya keluarga kami. Yang ikut mengantar gak cuma satu-dua orang -- melainkan orang semobil penuh sesak. Mobilnya mobil angkutan jaman dulu itu. Kampungan? Ya, memang! Hehe. Kesempatan pergi ke Semarang -- gak peduli apa kepentingannya - merupakan kesempatan 'liburan' yang sama sekali gak boleh disia-siakan.

Dan Semarang waktu itu di mata saya sebagai anak SD, wow sekali rasanya. Mobil-mobil, bangunan di kanan-kiri jalan, keramaian, dan apapun yang saya lihat tampak amat mempesona. Saya takjub, lalu berharap diam-diam dalam hati kelak ingin merasakan hidup di kota 'besar' seperti itu. Time flies, sekarang saya di sini, di kota yang dulu amat menakjubkan bagi saya :')

Jadi, mengapa AKS menjadi amat bersejarah dan meninggalkan kesan mendalam bagi saya? Karena di kampus yang amat sederhana itulah pertama kali saya meletakkan pondasi keinginan dan mimpi saya untuk bisa merasakan bangku kuliah. Karna AKS adalah kampus kakak perempuan saya -- yang dengan ijin Allah -- membukakan jalan bagi kami adik-adiknya untuk memiliki cita-cita kuliah, serta membuka pikiran kedua orangtua kami yang kemudia bertekad harus bisa menguliahkan ketiga anaknya. Kalau 17 tahun lalu Mbak Nita gak memaksa Bapak-Ibu untuk menguliahkannya dan memilih menikah dengan tetangga belakang rumah, mungkin saya dan kakak laki-laki saya juga entah terpikir tentang kuliah atau tidak.

Mbak Nita - saya - Mas Mansyur

Atas perjuangan Mbak Nita meyakinkan Bapak-Ibu 17 tahun lalu, sepenuh hati saya ucapkan terima kasih. Itu merupakan satu dari sekian banyak perjuanganmu untuk mengantarkan langkah adik-adikmu hingga kami ada di sini hari ini. Terima kasih :)

6 komentar on "Tentang Mbak Nita dan Keinginan Kuliahnya"
  1. aku kayaknya tetep aja sih isinya curcol muluuukkk
    tiada hari tanpa curcol :p

    BalasHapus
  2. Luar biasaa.

    Aku juga baru tau soal AKS

    BalasHapus
  3. Hai cha, lama gak main kesini

    btw, saya adalah org yang sangat percaya bahwa pendidikan bisa merubah taraf kehidupan manusia, ilmu bisa mengangkat derajat dan martabat. apapun itu, maka pantaslah mbak Nitamu ini mendapatkan hormat sedalam-dalamnya atas jalan yang telah dibuatnya.

    :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak, itu memang jadi salah satu alasanku selalu menempatkan Mbak nita sbg orang yg harus aku hormati dan kasihi :)

      Hapus
  4. Mbak Nita keren yaa..iya sering lewat di AKS..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak :)
      Hihi, bangunannya gak kayak kampus ya mbak =D

      Hapus

Terimakasih telah berkunjung, tinggalkan kesanmu ya :)

Signature

Signature