Jarak

on
Rabu, 26 Juni 2013
Hidup yaa... nggak pernah ada kebetulan, tapi juga selalu penuh kejutan.
kan selalu ada persimpangan yang seringkali membuat kita harus saling melepaskan. Lalu memilih jalan masing-masing. Bahkan dengan orang terdekat yang tak pernah terpisah sejak pertama menginjak dunia sekalipun.

Saya nggak pernah ngira, bahwa satu-satunya kakak laki-laki saya akhirnya harus hidup jauh dari kami. Menjalani hidup hanya dengan keluarga kecilnya sendiri di kota yang bahkan asing sebelumnya bagi kami - Purworejo. Lalu harus bersabar meredam hati kala rindu mendesak memenuhi rongga dada. Ah, apalagi pada jagoan kecilnya. Sedih kalo inget betapa kami melewatkan banyak sekali fase tumbuh kembangnya.

Tapi lagi-lagi, inilah hidup. Alloh telah menggariskan ladang rizki kakak saya disana. Alhamdulillah hari minggu lalu mereka pulang. Cuma sehari, tapi cukuplah untuk membayar rindu kami yang tertunda 3 bulan.



Ya, seberapapun jauh jarak yang membentang memisahkan raga kami, saya selalu berdoa semoga kami selalu ingat bahwa ada sebongkah rasa yang senantiasa membuat hati kami selalu tertaut mesra. Aamiin...

OASE

on
Senin, 24 Juni 2013
Siang itu di kantor, nggak sengaja papasan sama salah satu teman saat hendak ke kamar kecil. Beliau memegang tangan saya lembut. Lalu tersenyum dan melontarkan beberapa baris pujian. Awalnya saya kira nggak ada yang istimewa. Hanya pujian basa-basi karana kebetulan saya pake blazer batik troso baru hari itu. Tapi tidak dengan kalimat terakhirnya sebelum kami berpisah, kembali ke tempat kerja masing-masing.

"...Cantik, berjilbab... muslimah, hatinya harus cantik juga ya... bicaranya sopan, tidak suka menggunjing..."

Kalimat  itu masih melekat jelas di memori saya. Saya belum menemukan rangkaian kata terbaik untuk menggambar apa yang saat itu saya rasa. Jujur saya ingin menangis saat itu. Seperti ditampar telak, dan sadar betapa saya masih jauh dari itu. Juga bahagia. Seperti menemukan oase ditengah teriknya berjalan di hamparan padang pasir.

Ah ya, beberapa hari sebelum itu saya juga merasakan hal serupa. Saat saya mendapati sebaris sms dari kakak laki-laki  saya di pagi hari buta.

"Kangen dibangunin tante sholat malem..."

Allohu Robb... ngilu sekali bacanya...

Saya tau nggak ada yang kebetulan. Dan saya percaya sentilan-sentilan manis itu sebagai bentuk lain dari nur hidayah yang Alloh ulurkan pada saya. Semoga saya tidak buta, tidak juga tuli.


Rosa,

24 Juni 2013




Apa Ini Tentang 'Kasta'??

on
Senin, 10 Juni 2013


Entah kapan tepatnya di berbagai stasiun TV kita, banyak bertebaran acara yang mengangkat tema masyarakat dengan kehidupan masih tergolong “tertinggal”, baik dari segi ekonomi, kebudayaan, ataupun pendidikan. Secara umum, bisa dibilang saya suka sih. Meskipun saya nggak suka acara semacam itu yang menurut saya hanya “menjual” penderitaan seseorang, dengan narasi terlalu berlebihan.

Pernah sekali atau dua kali saya tidak sengaja “bertemu” dengan acara semacam itu saat tengah menonton TV. Pada episode tersebut, mereka mengangkat tema seorang dokter muda, yang dengan sukarela ditempatkan di daerah super terpencil. Dengan fasilitas seadanya, peradaban jauh dari kehidupan sehari-harinya selama ini, dan dengan amat minimnya kesadaran masyarakat akan kesehatan. Berat, dia mengakui itu. Saat di malam gelap ternyata ada seorang ibu yang hendak melahirkan, dan ternyata kondisinya tidak memungkinkan untuk melahirkan normal, sedangkan rumah sakit yang punya fasilitas memadai amat jauh dari jangkauan, dan banyak lagi kondisi yang ia rasakan amat berat. Saya amat kagum dengan dokter muda tersebut. Bukan saja pengorbanannya, tapi juga ketulusannya untuk membaur dengan masyarakat yang mungkin bisa dibilang “beda kelas” dengannya.

Selain pada episode itu, saya pernah juga melihat acara tersebut mengangkat sosok guru dan sukarelawan-sukarelawan dengan kondisi tidak jauh berbeda dengan cerita dokter diatas. Tapi saya lantas kecewa. Ketika beberapa saat lalu saya bersama ibu pergi ke Puskesmas dekat rumah, saat hendak masuk kami melihat tulisan cukup besar bertuliskan “ALAS KAKI DILEPAS” terpampang dengan jelas. Dengan sama sekali tidak keberatan kami mematuhi. Begitu juga dengan semua pengunjung lain. Tapi bagaimana dengan para pegawai Puskesmas tersebut, yang notabene adalah “pelayan” kami – masyarakat? Ya, dengan amat terpaksa saya harus mengatakan bahwa justru mereka-lah orang yang justru melanggar peraturan amat sederhana di lembaga mereka sendiri. Ah, mungkin sepatu mereka terlalu bersih dan saying untuk dilepas. Atau jangan-jangan sepatu tak lagi termasuk alas kaki?? Entahlah.

Yang jelas tidak sekali dua kali saya mendengar cerita tentang mereka para pelayan public di desa kecil kami, yang kebanyakan datang dari kota lain. Tentu tidak hanya soal alas kaki, tapi juga tentang mereka yang mendapat stempel ‘angkuh’ dari sebagian besar masyarakat. Mungkin naïf sekali memang perbandingan saya ini. Bukankah acara tersebut memiliki scenario, dan pastilah yang ditampilkan hanya yang baik-baik saja. Tapi kami, rakyat jelata, tidakkah boleh berharap bisa sekedar berbincang akrab saat mengeluhkan apa yang kami rasa pada mereka, tanpa ada sekat tentang kelas kami dan mereka? Apakah ini tentang kasta?

**Tulisan ini saya buat, semoga menjadi refleksi untuk diri saya sendiri terutama, yang mungkin masih amat sering melanggar peraturan-peraturan yang nampaknya ‘sepele’. Juga  sebagai pengingat saat setitik kesombongan hendak membersit. Semoga Allah berikan hati ini kekuatan, untuk tidak pernah memandang rendah orang lain.

When Approached #20

on
Senin, 03 Juni 2013
Subjet: 
 
Aku tunggu kamu di Semarang tanggal 8 Juni Toko buku jalan Pemuda.
Semoga kamu datang...

Oh ya, jangan dulu hubungi aku lewat email ini ya, Nne... Mungkin aku nggak bisa buka untuk beberapa lama.

Signature

Signature