Tentang Menemukan

on
Sabtu, 21 Juni 2014
Enggak tau kenapa, dari duluuu banget, sejak awal SMA kalo nggak salah, saya selalu kagum setiap melihat wanita berjilbab lebar (tapi bukan yang warnanya gelaap-gelap ato pakai cadar *tapi bukan berarti juga saya anti sama yg pakaiannya begitu loh ya*). Di mata saya terlihat anggun, menentramkan dan mempesona. Padahal waktu itu saya bisa dibilang belum 'kenal' jilbab. Pake jilbab cuma pas ke sekolah aja, begitu sampe rumah, meskipun ada temen sekolah yang maen dan sayanya lagi pake celana pendek, ya cuek aja. Parah, yah -,-

Waktu kuliah kekaguman saya sama mereka para muslimah berjilbab 'rapi' pun tetep nggak pudar. Dan itu bikin saya langsung menjatuhkan pilihan pada Forum Silaturahim Annisa (FSA-Unissula) sebagai UKM yang saya ikuti. Kenapa? Karna di FSA-lah tempat 'berkumpulnya' para wanita berjilbab rapi. Dan disitu pula saya pertama kali berinteraksi dan mengenal mereka yang dulu hanya saya kagumi dari jauh. Hal yang kemudian bikin saya sadar, mereka tetep manusia. Bisa salah, bisa bercanda, bisa marah, dll. Jadi, jangan sekali-sekali menganggap wanita berjilbab itu sempurna, ya... Soalnya nanti kamu bakal bilang, "Yah, berjilbab tapi kok kayak gitu?!". Beuh, saya nggak suka banget kalimat semacam itu.

Waktu itu, saya 'menjelma' seperti mereka -- sesuatu yang memang saya idamkan. Tapi, apa saya melakukannya benar-benar karna saya tau itu baik dan disukai oleh Tuhan saya? Apa saya melakukannya karna hal itu telah menjelma menjadi prinsip yang akan saya pegang kuat-kuat? Atau 'hanya' karna saya harus menyesuaikan dengan lingkungan pergaulan saya? Aha, saya tau pasti jawabannya. Yup, yang terakhir! Dan itu artinya niat saya belum bener. Kok bisa tau? Taulah! Lihat saja betapa saya mudah 'berubah' lagi setelah lepas dari mereka. Lepas dari dunia kampus, dan hidup di tengah masyarakat yang lebih kompleks pemahamannya. Pasti taulah, yaa... banyak orang yang masih memandang 'ajaib' wanita berjilbab 'rapi'. Dan ternyata iman saya belum cukup kuat buat mengabaikan itu.

Semua itu bikin perspektif saya berubah. Saya tetap menyimpan kekaguman yang sama pada mereka wanita berjilbab 'rapi'. Kekaguman saya tak sedikitpun berkurang. Tapi ada beberapa sudut pandang saya yang berubah. Saya nggak seberapa kagum (bukan berarti nggak kagum sama sekali loh, ya!) pada mereka yang berjilbab 'rapi' ditengah komunitas yang hampir semuanya seperti itu -- homogen. Kenapa gitu? Ya karna mereka ada di 'zona aman'. Malah akan jadi aneh buat mereka kalo nggak seperti itu. Gampangnya, tantangannya tuh nggak seberapa (sekali lagi, saya sama sekali nggak bermaksud meremehkan, saya tetep kagum pada keistiqomahan mereka). Tapi saya akan dibuat teramat kagum saat bertemu dengan seorang wanita berjilbab 'rapi' yang ada di lingkungan heterogen. Wow, betapa keistiqomahan mereka sangat keren... sesuatu yang saya sama sekali nggak punya :(

Nah, alhamdulillah minggu lalu saya dipertemukan Allah sama sosok seperti di acara nikahan sodara -- tepat saat saya tengah tertatih mencoba kembali membangun 'keberanian' untuk memperbaiki cara berpakaian saya. Waktu ngobrol-ngobrol saya dia, saya tanya aktif di 'halaqah' yang mana dia... nggak dinyana nggak diduga, dia menggeleng. Yup, dia bukan anggota ormas, kelompok, halaqah, ato partai apapun. Saya terperangah. Lalu bertanya lagi, apa gerangan yang bikin dia se-istiqomah itu mempertahankan 'kerapiannya'? Lalu jawabannya bikin saya merinding.

"Hati, Mbak. Hati saya nyamannya kalo saya berpakaian seperti ini..." Ucapnya lembut, sambil tersenyum simpul.

Saya masih belum puas. Lalu tanya lagi apa dia pernah dapet tanggepan/pandangan yang bikin risih telinga dan bikin mikir 'udahlah, berpakaian kayak kebanyakan orang aja!'?!

Jawabnya, "Pernahlah pasti... pernah juga nyoba. Tapi mau gimana lagi, ternyata memang saya nggak nyaman, hati saya nggak mau. Jadi yaudahlah, gakpapa mereka lihat saya aneh, tapi semoga Allah ridho dengan saya lebih milih tetep kayak gini"

Gimana saya nggak ngrasa kerdil banget cobaaa???!!! :(. Saya kagum banget sama beliau itu. Dan saya tau sepertinya ini tentang menemukan. Menemukan keyakinan dan keteguhan hati yang sering disebut 'hidayah'. Sesuatu yang belum berhasil saya temukan, karna saya tak sungguh-sungguh berusaha mengusahakannya.

Akhir-akhir ini saya suka baca kisah wanita yang tetep istiqomah berjilbab di negeri yang mayoritas bukan muslim. Wow, betapa saya harusnya malu sekali. Pandangan 'ajaib' tentu saja berkali-kali lipat lebih bikin ciut nyali dibanding yang saya dapet di sini. Tapi sedikitpun nggak bikin mereka goyah. Siang tadi saya baca tulisan putrinya Pak Jamil Azzaini -- dan, saya belajar Insya Allah. Saya juga salut sekali dengan Mba Kivitz -- yang tetep istiqomah dengan pakaian syar'inya meskipun tetep modis dan stylist, di tengah pergaulan metropolis.

Seperti kata Mbak Octa Nh di salah satu blogpostnya yang judulnya sama dengan blogpost saya ini *sengaja*, bahwa ketika kita menginginkan sesuatu maka seringkali kita akan 'dipertemukan'. Dipertemukan orang-orang yang punya keinginan sama lalu kamu bisa saling menguatkan dengannya, dipertemukan dengan jalan untuk kamu bisa sampai di titik yang kamu mau, dll -- jadi bukannya langsung simsalabim dikabulkan.

Maka, saya berdoa... semoga Allah berkenan mempertemukan saya dengan orang-orang baik yang semakin menguatkan niat dan keinginan saya untuk belajar menjadi lebih baik. Aamiin.

**Emm, ngomong-ngomong soal menemukan... saya juga menemukan banyak sekali orang-orang yang keren sekali dalam hal 'melahap' buku, ditengah keinginan saya untuk menjadi lebih rajin baca. Alhamdulillah :)
6 komentar on "Tentang Menemukan"
  1. "Yah, berjilbab tapi kok kayak gitu?!" ini kalimat kampret emang, jilbab kan tentang kewajiban, tingkah tentang keputusan sendiri...

    banyak orang yang menunggu hidayah baru mau berjilbab, padahal secara harfiah, hidayah itu artinya petunjuk. di sekitar kita, lingkungan kita sudah banyak petunjuk untuk berjilbab, mulai dari contoh kakak-kakak tetangga, ajaran ustad, dan tulisan kewajiban berjilbab. semua petunjuk sudah tersedia, tinggal orangnya saja yang memang gak mau bergerak.

    seperti mau pergi ke suatu tempat, plang penunjuk sudah terlihat, tapi masih saja mengatakan mau mendapat petunjuk. -_-

    BalasHapus
  2. Terinspirasi dr org plus mendapat semangat tuh rasanya sesuatu bgtt ya, mba.

    Berhijab lebar mirip2 Oki luwes malah. Dipandang enak bgttt.

    Mba Ros, ikut Giveaway di blog saya dong. Hanya bercerita sesuai tema saja sih. Tak harus menggunakan prodiknya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak... keliatan anggun yah :)

      Oh, oke mbak... nanti aku tengok deh Insya Allah...

      Hapus
  3. Aku juga suka ngerasa kaguuuum banget sama yang berhijab lebar2 itu, dan suka pengen juga ngikutin tapi.. ya itu masih banyak tapinya :((

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihi... iya mbak, kalo gak ada yg menguatkan mmg cenderung banyak tapinya. Saya juga gitu *jitak kepala sendiri* :D

      Hapus

Terimakasih telah berkunjung, tinggalkan kesanmu ya :)

Signature

Signature