Mencintai Bumi

on
Selasa, 24 Mei 2016

Beberapa waktu lalu, Indonesia heboh soal plastik kresek yang dihargai Rp 200,- di beberapa supermarket. Ya bukan Indonesia sih ya kayaknya kalo gak heboh. Hehe. Jujur saat itu saya cukup heran. Kenapa ada orang-orang yang sebegitu kebakaran jenggot sih cuma gara-gara harus bayar Rp 200,-? Lagian misalnya memang gak mau, kan kita tetap punya pilihan untuk menolak toh?!

Kebijakan memungut Rp 200,- untuk setiap kantong plastik konon merupakan salah satu upaya pemerintah dalam rangka mengurangi konsumsi plastik. Harapannya, masyarakat jadi lebih memilih membawa kantong belanja sendiri dari rumah agar tak perlu membayar Rp 200,-. Meskipun pada kenyataannya sepertinya kurang efektif, terutama buat saya pribadi. Saya sama sekali belum bisa merasa keberatan membayar Rp 200,- yang akhirnya membuat saya mengurangi konsumsi plastik. Ah!

Padahal banyaknya konsumsi plastik pastilah berbanding lurus dengan jumlah sampah plastik. Sedangkan sampah plastik baru bisa terurai selama ratusan tahun. Lalu, apa kabar bumi kita jika sampah plastik semakin hari semakin tak terkendali?

Sayangnya, semakin mengkhawatirkannya kondisi bumi tak menjadikan kesadaran masyarakat untuk peduli pada usaha perbaikan dan kepedulian lingkungan semakin membaik. Mungkin termasuk diri saya sendiri, yang masih sering sekali abai pada isu-isu tentang lingkungan. Maka, saya sangat mengapresiasi jika bertemu atau mengenal orang yang punya kepedulian tinggi pada kondisi bumi.

Salah satunya adalah seorang teman Blogger, Mbak Evrina Budiastuti. Wanita bergelar Sajana Pertanian ini berprofesi sebagai Penyuluh Pendamping Lapangan bidang pertanian, sekaligus seorang Blogger yang mengelola blog pribadi dengan tag line "Menghijaukan Bumi Melalui Tulisan". Ia sering menulis artikel-artikel bertema lingkungan. Salah satu tulisannya yang mengggugah hati saya adalah tulisan berjudul "Apa Kabar Bumiku?". Dalam tulisan tersebut, Mbak Evrina memaparkan beberapa point kondisi bumi yang harusnya membuat kita merasa prihatin dan mulai menumbuhkan kepedulian terhadap kondisi bumi. Ia adalah contoh nyata bagi kita, untuk mencintai bumi meski dengan cara yang sederhana, salah satunya dengan menyuarakan kepeduliannya melalui tulisan.

Selain melalui tulisan, rasa cinta Mbak Evrina pada bumi juga direfleksikan pada hobinya yang lain, yaitu mendaki gunung. Mbak Evrina telah berhasil menaklukkan beberapa gunung, termasuk menaklukkan mimpinya untuk bisa berdiri di puncak Mahameru. Wow, iri!

Membaca tulisan-tulisan Mbak Evrina di blognya, rasanya mulai membuka mata saya bahwa sudah saatnya kita turut menyumbangkan kepedulian dan rasa cinta pada planet tempat kita tinggal ini, meskipun dari hal yang terkecil. Dengan membuang sampah pada tempatnya dan mengurangi konsumsi plastik, misalnya. Agar anak-cucu kita bisa turut merasakan kenyamanan tinggal di planet Bumi ini.

Yuk, cintai bumi dengan hal-hal sederhana yang bisa kita lakukan :)
6 komentar on "Mencintai Bumi"
  1. Aku pernah beli kue trus nolak kresek malah kata masnya, di sini gratis kok mba. lha, hehe :D bukan gratis atau peraturannya yg diberlakukan atau ga tapi dampaknya. heuheu. jadi gimana gt ya, karena di toko2 masih pake jg.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nahhh... kalo aku dibilang gratis ya makin semangat mau mbak *tutup muka*
      Okay, harus berubah dr sekarang!

      Hapus
  2. Terimakasih mbak Rosa atas reviewnya, doakan agar saya istiqomah untuk terus menuliskan kecintaan terhadap lingkungan

    BalasHapus
  3. emang bumi kita harus dicintai ya mba, kaisan udah tua dan banyak masalah

    BalasHapus

Terimakasih telah berkunjung, tinggalkan kesanmu ya :)

Signature

Signature