Antara Memberi Kebaikan dan Menerima Kebaikan

on
Kamis, 29 September 2016
Pixabay.com

Dulu, saat masih pulang seminggu sekali memakai Bus antar-kota yang kondisi armadanya... yah, begitulah, saya sering sekali menghadapi dilema. Saat saya dengan segenap usaha berhasil mendapatkan tempat duduk, lalu tiba-tiba mata saya melihat wanita tua atau wanita yang membawa anak ada di tengah penumpang yang berdesakan berdiri tak mendapatkan tempat duduk. Hati saya pasti perang. Satu sisi, pastilah saya pengen berdiri, lalu memberikan tempat duduk saya untuk beliaunya. Di sisi lain, saya pengen tetep duduk. Jarak Semarang-Jepara itu sekitar dua jam perjalanan. Berdiri di tengah kondisi penuh sesak (ada yang pernah tau penuh sesaknya bus Semarang-Jepara kayak apa?) dan fisik yang lelah setelah bekerja, bukan hal enteng buat saya. Belum lagi bawaan saya tiap pulang kampung pasti selalu banyak (bawa baju kotor sih =P).

Oke, bilang semua itu alibi. Bisa jadi memang iya. Dan alibi-alibi itu sering bikin saya berhasil membungkam sisi hati saya yang berteriak menyuruh saya berdiri dan memberikan tempat duduk. Iya, saya pernah se-kikir dan se-tak berbudi pekerti itu :) *senyum miris sama diri sendiri*. Meski pernah juga sih akhirnya memberikan tempat duduk. Tapi jarang. 1:10 mungkin.Parahnya, sudah gak ngasih tempat duduk, saya masih pula sibuk merutuki para laki-laki gagah yang tetep duduk santai seperti tanpa beban dan dosa. Hati saya menuntut, kenapa gak mereka aja -- yang pasti fisiknya jauh lebih kuat dan hei, mereka LELAKI gitu loh. Kenapa harus saya yang juga wanita dan fisiknya jauh lebih lemah. Ah, saya ini... sudah kikir, cerewet pula menuntut orang lain. Hahaha.

Sudah berbulan-bulan saya gak pernah naik bus itu lagi. Tapi bukannya gak pernah lagi naik bus. Sekarang saya malah naik bus tiap hari, berangkat dan pulang kerja. Bedanya, bus yang saya naiki sekarang kondisi armadanya jauuuhhh lebih baik. Bus Semarang-Solo, ada yang tau? Nah, saya naik itu. Saya lebih sering dapet tempat duduk, Alhamdulillah. Yang naik kebanyakan para pekerja muda yang badannya masih pada kelihatan bugar-bugar, jadi jarang banget lah terjadi perang batin macam di atas.

Lalu tadi pagi, qodarullah saya gak dapet tempat duduk. FYI, semenjak hamil hampir tiap pagi kepala saya pusing, termasuk tadi pagi. Belum lagi perut yang agak nyeri gara-gara harus lari-lari kecil untuk mengejar busa yang akhirnya saya naiki tersebut. Saat saya mengelus-elus perut saya yang terasa agak nyeri itu, sempat terlintas harapan akan ada seorang penumpang laki-laki yang memberikan tempat duduknya untuk saya (sembari melirik barisan para laki-laki yang sepertinya gak satupun melihat saya). Tapi harapan itu segera saya tepis. Saya ingat perang batin saya dulu. Saya tau perkara 'memberikan tempat duduk' itu juga perkara yang membutuhkan berbagai pertimbangan. Saya berusaha tau diri dengan gak berharap, seperti saya dulu yang sering enggan memberikan tempat duduk saya. Belum lama berselang, seorang wanita setengah baya menepuk saya, "lagi hamil, ya?". Saya mengangguk. "Sini duduk sini," ucapnya lagi. Saya sungkan, berusaha menolak. Saya tib-atiba malu pada diri sendiri. Tapi si wanita setengah baya itu meyakinkan, "Sin duduk, gak papa". Akhirnya, saya duduk juga. *gak jadi punya malu* =D

Sembari duduk saya melamun. Mengingat momen perang batin saya di bus Semarang-Jepara dulu. Lalu saya berjanji dalam hati, saya akan lebih ringan hati memberikan tempat duduk pada orang lain yang terlihat lebih membutuhkan. Semoga saya selalu ingat janji saya itu. Lalu saya juga belajar. Tentang antara memberi kebaikan dan menerima kebaikan. Kita tau tangan di atas jauh lebih baik dibandingkan tangan di bawah. Tapi tanpa sadar kita lebih sering suka ada di posisi tangan di bawah. Minta ditraktir teman, misalnya. Itu apa kalau bukan ingin berada di posisi tangan di bawah?

Ya, itulah kita. Saat ada peluang memberi kebaikan untuk orang lain, kita sering tiba-tiba jadi kebanjiran berbagai alasan untuk mengurungkannya, dan merasa ada banyak orang lain yang harusnya jauh lebih pantas melakukannya dibandingkan kita. Sedangkan saat ada di posisi butuh kebaikan orang lain, kita berharap orang lain akan ringan hati memberikan kebaikannya untuk kita. Iya gak sih? Kita? Atau jangan-jangan cuma saya? =((


Cara Mengajarkan Anak Bermain Mobil Remote

on
Rabu, 21 September 2016

Banyak sekali jenis permainan anak-anak yang akan membuat kita jadi lebih mengasah kemampuan si anak. Untuk memainkan permainan anak ini maka anak-anak harus diberitahu juga mana permainan yang cocok untuk mereka dan akan membuat mereka jadi lebih nyaman juga. Mobil remote menjadi salah satu permainan yang sering diminta anak-anak. Permainan tersebut akan membuat orang tua harus lebih ekstra dalam mengajarkan anak dalam bermain mainan tersebut.

Ada beberapa cara yang bisa dijalankan orang tua dalam memberikan pengajaran yang baik untuk anaknya. Berikut ini adalah cara mengajarkan anak untuk bermain permainan tersebut dengan lebih mudah, antara lain:

1.    Perkenalkan cara bermain. Ini akan menjadi hal yang sangat penting sekali, dimana kita bisa memperlihatkan cara bermain yang mudah dipahami dan juga akan terbilang mudah sekali. Hal ini juga yang akan membuat anak akan mengenal permainan ini dengan perlahan.

2.    Mengenalkan remote. Karena ada fungsi beberapa yang berbeda pada remote terebut, maka kita bisa menjelaskan pada anak kita kegunaan masing-masing tombol yang ada pada remote, sehingga akan membuat kita jadi lebih mudah pastinya. Anak-anak pastinya akan memahami penggunaan remote terebut jika mereka ingin mencoba menggunakannya.

3.    Mengenalkan metode permainan. Ini memang sangat penting karena jika anak tidak tahu bagaimana cara menjalankan maka mereka tidak akan bisa menggunakan permainan ini. Biasanya kita akan mengajarkan bagaimana caranya mundur, maju dan rem. Hal ini juga yang akan menjadikan anak lebih paham dalam bermain.

4.    Memberikan kesempatan anak mencoba. Hal ini sangat penting sehingga anak akan mendapatkan perhatian khusus pada saat mereka bermain. Mereka bisa kita awasi pada saat bermain. Sehingga kita juga bisa memberikan koreksi pada saat anak sedang bermain mobil remote.

Jika sudah memberikan anak kita kesempatan dalam mencoba mobil remote, maka pastinya ini akan memberikan kemudahan juga. Jangan khawatir karena pastinya permainan tersebut akan menjadi salah satu hal yang penting juga. Anak akan melihat bagaimana cara bermain dari permainan barunya ini pastinya. Bahkan kita juga bisa dengan memberikan contoh lebih dahulu untuk mereka agar mereka bisa bermain dengan baik dan agar mereka bisa lancar dalam memainkan permainan ini.

Ketika membutuhkan permainan ini maka kita bisa membeli untuk anak-anak kita dengan cara membeli online. Pastinya hal ini akan memberikan kemudahan untuk anak-anak kita. Jangan khawatir karena kita bisa memberikan anak kita permainan mobil yang kecil dahulu agar mereka bisa mengenal permainan ini dahulu dengan baik. Setelah itu maka kita bisa melihat apakah permainan ini bisa digunakan dengan baik juga atau tidak.

Ketika sudah memainkan permainan tersebut maka pasti anak-anak akan merasa senang dan kita sebagai orang tua juga pasti akan turut senang melihat anak kita senang. Jadi kita harus memberikan ajaran yang baik untuk anak kita dalam memainkan permainan ini. Jadi jangan sampai salah dalam bermain permainan ini.

Untuk menggunakan permainan ini kita juga akan mengajarkan dengan baik sampai anak kita senang dalam bermain permainan ini. Jadi jangan ragu karena pastinya mobil remote ini akan menjadi salah satu permainan yang cocok sekali untuk kita yang sudah memiliki anak dengan usia di atas 4 tahun.

Mau Jadi Seorang Food Enthuasiast? Berikut Tips ala Nuno Orange

on
Selasa, 20 September 2016
Kata banyak orang, pekerjaan yang paling menyenangkan adalah pekerjaan yang sesuai dengan hobi kita. Gimana gak menyenangkan? Yang namanya hobi, gak dibayar aja kita senang melakukannya, apalagi jika dibayar! Dan di era digital ini, kesempatan untuk bisa menghasilkan uang melalui hobi semakin terbuka lebar.
Contohnya saja Nuno Orange, seorang Blogger dari kota Semarang yang berbagi tentang pengalamannya bekerja sesuai hobi dalam acara “Ngobrol Bareng Blogger Semarang” bersama BCA di Nestcology. 

Berawal dari kegemarannya mencoba berbagai kuliner dan membagikannya di berbagai akun media sosialnya, akhirnya menjadikan Nuno Orange dikenal sebagai seorang Food Enthusiast.

Nuno Orange - dok. pribadi

Apa itu Food Enthusiast atau biasa disebut dengan istilah foodist? Food Enthusiast atau Foodist adalah sebutan untuk orang-orang yang suka mencoba makanan-makanan baru, mendatangi tempat makan seru, lalu mengunggah hasil buruannya ke berbagai akun media sosial. Berkat hobinya tersebut, Nuno Orange kini sering digandeng oleh berbagai pengusaha kuliner untuk menjadi salah satu tim promosinya. Enak, ya? Menjadi tukang icip-icip makanan enak, dibayar pula. Hehe.

Di tengah semakin semaraknya media sosial, profesi sebagai Food Enthusiast gak bisa lagi diremehkan. Mereka adalah salah satu agen dari gaya hidup modern saat ini. Mau tau apa saja tips jika ingin menjadi seorang Food Enthusiast atau Foodist? Berikut beberapa tips yang dibagi oleh Nuno Orange dalam acara “Ngobrol Bareng Blogger Semarang” bersama BCA di Nestcology kemarin:

1.      Suka makan dan gak takut gendut. Ini mutlak, ya. Kan gak lucu kalau sebagai foodist kita pilih-pilih makanan saat diundang dalam acara grand opening sebuah restoran baru gara-gara takut gendut. Hehe.

2.      Gak segan keluar modal. Terutama saat baru merintis. Gak harus selalu mencari makanan yang mahal. Cukup yang menarik tampilannya, oke rasanya, asyik tempatnya.

3.      Cari temen. Biar agak lebih irit, cari teman yang sama-sama punya hobi sebagai Foodist. Jadi itung-itung bisa diajak patungan. Hehe.

4.      Makin banyak menu, makin banyak foto, makin lengkaplah portofolio. Nah, jadi harus mengalokasikan waktu dan budget untuk hobi ini jika memang ingin ditekuni sebagai profesi.

5.      Belajar hal-hal teknis tentang makanan. Biar setidaknya kita bisa menerangkan dan memberikan ulasan yang meyakinkan untuk para followers kita.

6.      Berusaha untuk objektif dan jujur. Boleh kok mengkritik sebuah makanan atau tempat makan yang kita datangi, tapi usahakan dengan kalimat yang baik dan tidak ‘jleb’.

Nah, enam poin di atas adalah tips yang diberikan oleh Nuno Orange. Adakah yang berminat menjadi seorang Food Enthusiast?

Lalu gimana dong jika saat tengah tekun merintis karir sebagai Food Enthusiast, tiba-tiba di tengah sebuah perjalanan kita menemui tempat makan yang sangat menarik untuk dikunjungi, sedangkan saat itu kita gak bawa uang cash untuk membayar? Nah, itu artinya kita harus punya aplikasi yang memudahkan kita melakukan pembayaran meskipun tidak membawa uang cash. Salah satunya adalah aplikasi ‘Sakuku’ dari BCA.

Dalam acara “Ngobrol Bareng Blogger Semarang” tanggal 31 Agustus 2016 di Nestcology kemarin, Mas Amin Laurent dari BCA menjelaskan dengan amat menarik tentang aplikasi BCA Sakuku ini. ‘Sakuku’ yang memiliki tagline “bikin hangout makin all out” ini merupakan aplikasi dompet elektronik yang bisa digunakan untuk melakukan pembayaran belanja, makan, isi pulsa dan berbagai transaksi perbankan lainnya.

Amin Laurent - dok. pribadi


Gimana sih cara memiliki aplikasi ‘Sakuku’? mudah sekali! Kita cukup mengunduhnya melalui Play Store (Android) maupun App Store (iPhone) di smartphone kita. Setelah mengunduh aplikasinya, kita harus mengisi data diri serta melakukan verifikasi dan membuat PIN yang terdiri dari enam digit numerik. Oh ya, Sakuku ini menggunakan nomor HP kita sebagai nomor kepemilikan. Praktis, ya?!

Setelah ‘Sakuku’ aktif, kita bisa langsung melakukan top up/cash in ‘Sakuku’ dengan saldo maksimum satu juta Rupiah, atau lima juta Rupiah untuk ‘Sakuku Plus’. Nah, sekarang gak perlu lagi khawatir jika kita tidak membawa uang cash di dompet.

Blogger Semarang - dok. pribadi

Anyway, acara “Ngobrol Bareng Blogger Semarang” bersama BCA kemarin seru sekali. Selain bisa bertemu dan berbagi ilmu dengan teman-teman Blogger yang keren-keren, pemilihan tempatnya juga oke sekali. Makanan-makanannya apalagi, hmmm... very yummy! Pulang-pulang perut kenyang, wawasan bertambah, dapat merchandise yang oke punya pula dari BCA. Hehe.

Belajar Dari Ibrahim: Tentang Taat Tanpa Tapi

on
Selasa, 13 September 2016
pixabay.com
Masih suasana idul adha, yah. Sudah habis berapa puluh tusuk sate? Haha.

Sosok yang paling tenar saat idul adham tiba, tentu saja Nabi Ibrahim 'Alaihis Salam. Karena beliaulah yang menjadi penanda dimulainya ibadah qurban di tanggal 10 Dzulhijjah ini. Sudah banyak pake banget sih yang nulis tentang keteladanan dari seorang Ibrahim, hikmah-hikmah idul adha, de el el. Tapi tetep saja saya pengen nulis pelajaran apa yang bisa kita ambil dari seorang Nabi Ibrahim. Biar ada jejaknya di blog saya. Biar kelak anak keturunan saya bisa membaca apa yang pernah ada dalam pikiran saya melalui blog ini -- jika Allah ijinkan :)

Belajar dari Ibrahim. Bagi saya pelajaran utama dari rangkaian kisah baginda Nabi Ibrahim adalah tentang taat tanpa tapi.

Kita pasti tau, berapa lama beliau menanti untuk dikaruniai buah hati, saat usianya bahkan sudah teramat renta. Kemudian Allah memerintahkannya untuk meninggalkan buah hati yang dinanti-nantikannya itu di sebuah padang tandus, hanya bersama ibunya. Sepi, tanpa bekal, tanpa teman. Hati laki-laki (baik) mana yang tega. Tapi itu perintah. Bahkan Ibrahim memilih untuk tak memberikan penjelasan panjang lebar pada Hajar -- istrinya -- karna takut hatinya goyah. Hanya jawaban 'Ya' yang terlontar saat Hajar bertanya, "Adakah ini perintah Tuhanmu?". Taat tanpa tapi. Apa kabar jika kita yang mendapat perintah semacam itu?

"Tapi Allah, bukankah anakku masih bayi?"

"Tapi Allah, bukankah ini padang pasir? Bagaimana jika mereka lapar, haus, bla bla bla"

Belajar dari Ibrahim, juga seiring-sejalan dengan belajar dari Hajar. Coba bayangin kalau Hajar adalah kita. Mendengar 'hanya' jawaban YA, seribu-satu tapi hampir pasti tak terelekkan.

'Tapi anakmu kan masih bayi, di sini sepi, gimana kalo kita berdua laper??!!!'

'Tapi bagaimana nasib kami? Kamu tega!!! Kamu gak sayang sama kita!!' *ini sih versi lebay-ku, ya =D*

Tapi tidak. Hajar justru menjawab tegas, "Jika memang ini perintah Allah, maka tinggalkanlah kami. Allah tidak akan membiarkan kami". Masya Allah. Taat tanpa tapi.

Pelajaran tak berhenti sampai di situ. Taat tanpa tapinya Nabi Ibrahim masih terus ditempa Allah. Ketika Ismail -- buah hati yang dulu ditinggalkannya di padang pasir mendewasa, Ibrahim kembali diperintah Allah. Tak hanya diminta meninggalkannya, kini Ibrahim diminta menyembelih buah hati tersayangnya itu. Bayangkan! Menyembelih anaknya sendiri. Ibrahim galau. Lalu sebagai ayah yang bijak, ia mendiskusikannya dengan sang buah hati. Seperti ibundanya, Ismali pun berkata tegas, "Lakukanlah ayah, jikalau itu perintah Tuhan". Dan Ibrahim siap menyembelih. Sebelum akhirnya Allah menggantikan posisi Ismail dengan seekor domba dari surga -- yang hingga kini kita replikasi kejadiannya melalui ibadah qurban. Lagi-lagi kita belajar taat tanpa tapi dari Ibrahim. Juga Ismail. Tak ada keluh. Tak ada tanya.

'Tapi kenapa aku harus disembelih ayah??!!'

Tak ada.

Sedangkan apa kabar kita hari ini? Saya pribadi terutama. Taatnya saya pada orang tua, pada suami, bahkan pada Allah masih sebatas taat yang penuh syarat. Bahkan lebih panjang list syaratnya dibanding ketaatannya. Maka idul adha, semoga tak hanya jadi hari di mana kita bisa makan sate, rendang dan rica-rica sepuasnya. Melainkan bisa terus Belajar dari Ibrahim dan keluarganya, tentang taat tanpa tapi, terlebih pada apa yang diperintahkan oleh Tuhan Semesta Alam.

Tambahan sedikit, saya suka sekali dengan status seorang teman di facebook. Ia berkata, Ibrahim takkan sempurna mengaplikasikan cinta pada Rabb-Nya jika istri dan anaknya tak punya cinta yang sama pada Rabb-Nya. Ya, kalau Hajar dan Ismail banyak bantah dan banyak tapi kayak saya, bukan gak mungkin Ibrahim goyah dan mengurungkan niatnya untuk menjalankan apa yang Allah perintahkan.

Tentang Mbak Nita dan Keinginan Kuliahnya

on
Rabu, 07 September 2016

Saya tiba-tiba kangen nulis curhatan personal di sini. Hehe. Secara, saya paling suka baca blogpost dari temen blogger tu yang tipe-tipe curhatan personal, dan sedih karna akhir-akhir ini blogpost dengan tipe seperti itu sudah semakin langka. Sedangkan diri saya sendiri ternyata juga menjadi salah satu pelaku dari fenomena tersebut. Haha.

Oke, saya mulai curhat, ya =D

Semenjak nikah dengan laki-laki yang domisilinya di daerah Semarang atas, otomatis saya jadi sering melewati jalan Sultan Agung. Yang mana di jalan tersebut terletak bangunan yang punya sejarah tersendiri buat saya. Makanya saya berangan-angan banget kapan-kapan bisa foto di depan bangunan itu. Hehe. Alhamdulillah dua minggu lalu dituruti sama Mas Suami pas nemenin beliaunya servis mobil di deket situ. Dan foto di atas itu lah hasilnya =))

Emang bangunan apa sih itu?

Itu kampus, pemirsa! Namanya Akademi Kesejahteraaan Sosial (AKS) Ibu Kartini. Gak tau? Wajar sih. Yang asli Semarang aja banyak yang gak tau kok. Ahahahaha. Nah, di AKS ini ada ada tiga jurusan jenjang Diploma tiga, yaitu Tata Rias, Tata Boga dan Tata Busana. Terus kenapa AKS bersejarah buat saya, padahal saya bukan alumni akademi tersebut?

Jadi gini ceritanya...

17 tahun yang lalu, saat saya masih berseragam putih-merah alias SD, kuliah merupakan salah satu hal mewah yang mengangankannya pun kami hampir gak berani. Tapi kakak pertama saya -- Mbak Nita -- entah bagaimana awalnya tiba-tiba menangis merengek pada Bapak dan Ibu minta dikuliahkan. Padahal, seperti kebanyakan orang di desa kami lainnya, yang terbayang di benak Bapak-Ibu adalah menikahkannya. Calon pun sudah tersedia -- tetangga belakang rumah. Hihi.

Tapi sekali lagi, entah dapet bisikan dari mana, Mbak Nita memaksa. Salah satu caranya memaksa adalah dengan mengatakan pada Bapak, "Kalau saya gak dikuliahkan, nanti Bapak harus menguliahkan anak saya". Saya gak tahu cara itu baik atau gak. Yang jelas, Bapak luluh. Bayangin harus nguliahin anaknya Mbak Nita -- yang mana saat itu pasti umur Bapak sudah sangat senja -- pasti jauh lebih mengerikan bagi Bapak. Hehe. Tapi Bapak memberi syarat, "pilihlah jurusan yang membuatmu punya keterampilan dan bisa dikerjakan di rumah". Ya, Bapak tetap ingin anak perempuannya ada di rumah, meskipun bekerja.

Singkat cerita, akhirnya Mbak Nita daftar di AKS, setelah mendapat info tentang akademi tersebut dari seorang sepupu. Dan itu benar-benar merupakan sejarah baru bagi keluarga kami. Dan itu bikin kami -- saya dan kakak kedua, adik-adiknya Mbak Nita -- jadi seperti berani berharap bahwa kesempatan merasakan kuliah pun tak mustahil bisa kami cecap.

Kenangan lucu, indah, dan mengesankan yang selalu saya ingat adalah... Dulu, waktu proses daftar ke kampus pertama kali dan mengantar ke kost, betapa semangatnya keluarga kami. Yang ikut mengantar gak cuma satu-dua orang -- melainkan orang semobil penuh sesak. Mobilnya mobil angkutan jaman dulu itu. Kampungan? Ya, memang! Hehe. Kesempatan pergi ke Semarang -- gak peduli apa kepentingannya - merupakan kesempatan 'liburan' yang sama sekali gak boleh disia-siakan.

Dan Semarang waktu itu di mata saya sebagai anak SD, wow sekali rasanya. Mobil-mobil, bangunan di kanan-kiri jalan, keramaian, dan apapun yang saya lihat tampak amat mempesona. Saya takjub, lalu berharap diam-diam dalam hati kelak ingin merasakan hidup di kota 'besar' seperti itu. Time flies, sekarang saya di sini, di kota yang dulu amat menakjubkan bagi saya :')

Jadi, mengapa AKS menjadi amat bersejarah dan meninggalkan kesan mendalam bagi saya? Karena di kampus yang amat sederhana itulah pertama kali saya meletakkan pondasi keinginan dan mimpi saya untuk bisa merasakan bangku kuliah. Karna AKS adalah kampus kakak perempuan saya -- yang dengan ijin Allah -- membukakan jalan bagi kami adik-adiknya untuk memiliki cita-cita kuliah, serta membuka pikiran kedua orangtua kami yang kemudia bertekad harus bisa menguliahkan ketiga anaknya. Kalau 17 tahun lalu Mbak Nita gak memaksa Bapak-Ibu untuk menguliahkannya dan memilih menikah dengan tetangga belakang rumah, mungkin saya dan kakak laki-laki saya juga entah terpikir tentang kuliah atau tidak.

Mbak Nita - saya - Mas Mansyur

Atas perjuangan Mbak Nita meyakinkan Bapak-Ibu 17 tahun lalu, sepenuh hati saya ucapkan terima kasih. Itu merupakan satu dari sekian banyak perjuanganmu untuk mengantarkan langkah adik-adikmu hingga kami ada di sini hari ini. Terima kasih :)

4 Langkah Membuat Kamar Sempit Terasa Lega

on
Selasa, 06 September 2016

Mahalnya harga hunian membuat banyak mahasiswa memutar otak untuk memilih tempat tinggal selama mereka menyelesaikan studi. Ada banyak tempat kos atau apartemen yang harganya miring, namun hal tersebut tidak dibarengi dengan fasilitas dan kenyamanan yang memadai. Sehingga, banyak mahasiswa yang lebih memilih untuk menyewa apartemen dibandingkan kamar kos dengan alasan kenyamanan. Walaupun harus diakui harga sewa apartemen sedikit lebih mahal daripada harga kosan.

Masalahnya, apartemen yang disewakan untuk mahasiswa biasanya adalah apartemen tipe satu ruangan atau studio yang dikenal memiliki ruang yang tidak terlalu luas. Hal ini menyebabkan apartemen jadi terasa sumpek oleh banyak barang kebutuhan, dan mengurangi kenyamanan.

Berikut adalah tips untuk membuat ruangan sempit memadai terasa lebih luas.

Gunakan Warna Cerah untuk Interior

Warna ruangan yang cerah dapat memantulkan cahaya ke seluruh ruangan dan menjadikan ruangan lebih terasa luas, juga lega dibandingkan dengan menggunakan warna yang gelap. Warna-warna seperti putih, kuning, hijau, biru langit, atau merah muda dapat dijadikan pilihan untuk warna tembok kamar.

Beri Ruang Antara Dinding dan Tempat Tidur

Usahakan untuk tidak menempelkan dinding dengan tempat tidur. Beri sedikit celah agar tercipta kesan luas. Letakkan meja di samping tempat tidur. Dengan menempelkan tempat tidur dengan dinding, kesan yang akan didapatkan adalah ruangan yang sempit dan tidak memiliki ruang yang cukup.

Gunakan Kerai Sebagai Penutup Jendela

Menggunakan kerai sebagai penutup jendela dapat membantu. Hal ini karena kerai tidak terlalu memakan banyak tempat dan membiarkan cahaya masuk ke dalam ruangan. Dengan adanya cahaya yang masuk, tentunya akan memberikan kesan ruangan yang lega dan luas.

Manfaatkan Rak

Memanfaatkan rak untuk menyimpan barang-barang yang kamu punya. Gantung rak tinggi di dekat langit-langit ruangan agar nuansa lega lebih terasa.

Rak terbukti efektif daripada kamu harus menggunakan lemari dalam ruangan yang sempit. Rak dapat dimanfaatkan untuk menyimpan dan mengatur buku dan juga barang keperluan lainnya.

Jangan lupa untuk mengatur barang sesuai dengan ukuran dan juga warnanya. Hal ini dapat membantu ruangan agar terlihat lebih rapi. Ruangan yang lebih rapi akan memunculkan kesan tertata dan luas, tidak sumpek dan juga sempit, sehingga kenyamanan pun bisa kamu dapatkan.

Kalau tempat tinggalmu nyaman, belajarmu juga pasti akan lebih efektif. Tips di atas juga bisa kamu terapkan di kamar kost, lho!

5 Tips Mengatur Furnitur Dengan Maksimal

on
Senin, 05 September 2016

Banyak orang yang merasa rumahnya sempit dan terlalu penuh dengan barang-barang perabotan. Mulai dari sofa, meja, tempat duduk, rak, hingga lemari yang terkadang membuat ruangan terasa sangat sempit. Padahal, barang-barang tersebut merupakan barang yang penting.

Kondisi itu diperparah dengan luas rumah yang tidak seberapa. Hal tersebut tidak mengherankan, mengingat kini sudah banyak masyarakat yang memilih untuk membeli rumah minimalis dengan luas yang tidak terlalu besar seperti tipe 30 atau tipe 36.

Padahal, ada beberapa barang yang dapat dimanfaatkan agar furnitur yang ada di rumah dapat berfungsi maksimal. Hal ini dilakukan agar furnitur yang seharusnya menjadi barang yang bermanfaat, tidak menjadi penyebab sempitnya rumah. Berikut adalah beberapa kiatnya.

Jangan Harus Memaksakan Simetris

Banyak masyarakat yang terjebak pada pakem simetris. Mereka menata ruangan dan furnitur dengan meletakkan perabotan pada posisi simetris. Padahal, hal tersebut tidak melulu berfungsi maksimal. Selain itu, hal ini tidak memberikan kesan unik dan tampak kuno.

Maksimalkan Keseimbangan

Kondisi dan juga distribusi perabotan di rumah tidak harus simetris dalam artian sama di sebelah kiri dan kanannya. Yang seharusnya dilakukan adalah dengan melakukan distribusi perabotan yang seimbang ke seluruh ruangan. Jangan sampai ada ruangan yang terasa lebih kosong dan ada ruangan yang terasa lebih penuh dengan furnitur.

Utamakan Fungsi

Utamaka fungsi dalam menata furnitur. Misalnya, jika dalam ruangan tidak memerlukan kursi untuk duduk, maka jangan memaksakan untuk memasukkan kursi ke dalam ruangan tersebut hanya untuk menampilkan kesan “bagus”.

Kreatiflah Dalam Mendekorasi Ruangan

Untuk memanfaatkan ruangan yang terbatas, Kamu harus dapat mengeksplorasi kreativitasmu dalam memilih furnitur. Cobalah pilih furnitur yang tidak memakan banyak tempat, multifungsi, dan juga mudah untuk dipindahkan.

Hindari Kursi Saling Berpunggungan

Kursi yang berpunggungan membuat celah imajiner di ruangan. Sayangnya ruang imajiner tersebut tidak dapat manfaatkan. Misalnya, dengan membuat kursi makan dan sofa ruang tengah berpunggungan, ini akan membuat kesan sempit dalam ruangan. Cobalah untuk menghindari hal tersebut sehingga memberikan kesan lega.

Nah, terbukti kan, jika ditata dengan baik, furnitur tidak akan membuat rumahmu sempit meskipun rumahmu memang kecil. Maka mulai sekarang, yuk tata ulang perabotan di rumah agar rumah terasa lebih lapang dan nyaman untuk dijadikan tempat beristirahat dan berkumpul bersama keluarga.

4 Taman Bermain untuk Anak di Rumah

on
Minggu, 04 September 2016

Banyak rumah dijual di Surabaya, Bandung, Jakarta, Bogor, Bekasi, dan kota besar lainnya yang menawarkan bentuk minimalis dengan halaman yang dapat dimanfaatkan di bagian depan dan juga bagian dalamnya. Halaman tersebut tentunya dapat Kita manfaatkan sebagai tempat bersantai untuk duduk nongkrong, berkumpul, maupun bercengkerama dengan keluarga.

Namun, bagi Kita yang memiliki buah hati atau anak yang berusia 5 hingga 10 tahun, halaman tersebut bisa kita sulap sebagai tempat bermainnya. Hal ini dapat membantu Kita yang memiliki anak, apalagi jika tidak tersedia taman bermain di sekitaran rumah atau memiliki jarak yang jauh.

Selain itu, dengan menciptakan area bermain untuk anak di rumah tentunya anak akan lebih terjamin keamanannya daripada harus bermain di luar rumah. Lalu taman bermain seperti apa yang bisa dimanfaatkan di rumah untuk si buah hati? Berikut beberapa contoh di antaranya:

Panjat Tebing

Halaman belakang rumah biasanya diakhiri dengan benteng rumah di belakang. Dinding tersebut dapat dimanfaatkan sebagai area panjat tebing untuk sang anak. Apalagi jika anak kita adalah anak laki-laki yang aktif dan menggemari kegiatan outdoor dan sedikit ekstrem.

Tentu saja yang dibuat adalah panjat tebing mini yang dapat disesuaikan dengan umur dan kebutuhan sang anak. Jangan lupa untuk memasang alat keselamatan, ya!

Trampolin

Dengan menyimpan trampolin di halaman belakang rumah tentunya anak kita akan merasa senang karena bisa bermain dengan nyaman. Memasang trampolin sendiri tergolong mudah di bandingkan dengan memasang panjat tebing di taman. Sehingga dapat dimanfaatkan dengan baik untuk Kita yang tidak mau terlalu repot, tapi ingin memberikan ruang bermain untuk si buah hati.

Rumah Kayu

Anak-anak senang bermain rumah-rumahan? Hal itu bisa disiasati dengan cara membuat rumah-rumahan kayu kecil di halaman Kita. tempatkan kursi dan meja kayu di dalam rumah kayu tersebut dan letakkan mainan di dalamnya. Rumah kayu tersebut dapat juga digunakan untuk tempat bermain sang anak bersama teman-temannya. untuk membangunnya tentu membutuhkan keahlian khusus, namun jika Kita membangunnya dengan keluarga, tentu akan sangat menyenangkan.

Taman Bermain Biasa

Taman bermain di dalam perumahan biasanya dilengkapi dengan ayunan dan juga perosotan. Kita dapat menempatkan ayunan dan perosotan di rumah Kita. sehingga sang anak akan dapat bermain di dalam rumah. Ini terlihat kuno dan biasa saja, namun banyak anak-anak yang akan senang untuk dapat bermain ayunan dan juga perosotan di dalam rumah.

Jadi, sarana bermain apa yang akan Kita pilih untuk disediakan di rumah? Tentu saja semua harus melalui pertimbangan-pertimbangan tertentu. Selamat memilih ^_^

3 Hal yang Harus Diperhatikan Sebelum Renovasi Rumah

on
Sabtu, 03 September 2016


Banyak masyarakat yang ingin memiliki rumah yang sesuai dengan kebutuhannya. Terkadang, beberapa orang menginginkan rumah yang besar dan luas. Namun, tentu saja itu semua membutuhkan biaya yang tidak murah.

Harga rumah dijual di Jakarta Selatan sendiri misalnya, kini sudah berharga miliaran rupiah. Hal yang sama juga terjadi di kota-kota besar lain seperti Bandung, Surabaya, Semarang, dan kota besar lainnya. Alhasil, masyarakat pun akhirnya membeli rumah yang lebih sederhana.

Setelah beberapa tahun, tentunya mereka ingin mengubah bentuk sesuai dengan keinginan dan mulai merenovasi rumah hingga dirasa sesuai dengan keinginan dan kebutuhan mereka. Untuk itu, simaklah beberapa tips saat berniat hendak merenovasi rumah. Berikut beberapa tips yang saya punya jika kamu berniat hendak merenovasi rumah.

Catat Kerusakan di Rumah Kamu

Jika kamu baru saja membeli rumah atau hunian di tempat yang baru dikembangkan seperti apartemen, kondominium, atau perumahan baru, yang harus kamu lakukan adalah mencatat segala kekurangan dari bangunan yang baru saja kamu beli tersebut. Lalu, mintalah pengembang untuk memperbaikinya. Biasanya ada pengembang yang memberikan waktu untuk membetulkan kerusakan atau kecacatan bangunan.

Jika kamu sudah membeli rumah dan baru akan merenovasi, ada baiknya kamu membuat daftar kerusakan di rumah kamu. setelah itu kamu bisa membuat prioritas kerusakan atau kekurangan mana yang terlebih dahulu akan direnovasi. Tentunya prioritas tersebut tergantung pada kondisi keuangan dan juga kebutuhan kamu.

Perhatikan Larangan Pengembang

Setiap pengembang hunian memiliki kebijakan yang berbeda-beda. Ada beberapa pengembang yang mengizinkan pemilik rumah untuk merenovasi rumah atau hunian mereka sesuka hati. Namun, ada pula pengembang yang tidak mengizinkan beberapa hal dalam renovasi hunian.

Biasanya pengembang melarang pembangunan bangunan baru karena nantinya akan mengubah tampilan fasad atau tampilan depan perumahan yang berbeda-beda. Maka dari itu, penting untuk mengetahui larangan apa saja yang tidak boleh dilakukan saat merenovasi hunianmu. Dan pastikan kamu mendapat persetujuan dari pengembang untuk merenovasi rumah sebelum proses renovasi dimulai.

Perhitungkan Rencana ke Depan

Banyak pemilik rumah yang merenovasi rumah tanpa memikirkan rencana ke depannya. Misalnya saja, mereka membangun satu kamar untuk dua orang anak. Padahal, seiring waktu tentunya nanti sang anak juga akan membutuhkan kamar sendiri saat mereka beranjak dewasa. Maka dari itu, akan lebih baik jika kita memikirkan rencana masa depan dan mulai mengaplikasikannya saat merenovasi rumah.

Nah, tiga point di atas merupakan tips jika kita berniat merenovasi rumah. Semoga bermanfaat, ya :)

Signature

Signature