Pisang Cavendish, Teman Setia Penolong Kelaparan Selama Hamil dan Menyusui

on
Rabu, 30 Agustus 2017
Sejak ketahuan hamil, nafsu makan saya meningkat berpuluh-puluh kali lipat. Saya gak tau peningkatan tersebut disebabkan karena saya secara gak sadar tersugesti oleh perkataan beberapa orang bahwa wanita hamil itu makannya banyak, atau memang tubuh saya benar-benar menuntut hal itu. Yang jelas, saya beruntung karena gak pernah merasakan mual sama sekali selama hamil.

Tapi nafsu makan yang membabi-buta pun sempat membuat saya bingung mengatasinya.Gimana enggak, bentar-bentar laper, bentar-bentar laper. Padahal saya kan kerja. Masa' di kantor makan terus, kan ga enak 😑

Setelah berusaha menahan lapar di minggu-minggu pertama kehamilan, ternyata saya gak sanggup. Laparnya benar-benar lapar. Laper yang sampe terasa perih di perut dan bikin lemes. Dan repotnya, lapar seperti ini datangnya sewaktu-waktu banget. Kadang jam satu malam, jam setengah empat pagi, atau jam sembilan pagi -- padahal barusan sarapan satu jam sebelumnya. Hadehhh.

Kondisi seperti ini bikin saya dan mas suami mikir. Kami mencari alternatif cemilan apa yang bisa menolong saya saat didera kelaparan, dan cocok untuk segala kondisi.

Pernah memilih sedia biskuit selalu, tapi ternyata biskuit sama sekali gak ngefek dan saya tetap laper. Pernah coba roti-rotian, eh pas periksa rutin ke Sp.Og berat badan saya naik 5 Kg dalam sebulan. Lalu disuruh dokter mengganti cemilan. Dan saran utama beliau adalah buah.

Saya dan mas suami langsung mengaminkan. Buah sepertinya memang pilihan terbaik. Dan dari berbagai pilihan buah yang ada, akhirnya yang paling pas adalah buah pisang. Kenapa pas? Karna ngupasnya praktis, lalu bisa tinggal lhep kapan saja saya lapar. Yang paling penting, buah pisang cukup mengenyangkan. Yeay! Jadilah mulai saat itu, buah pisang selalu menjadi teman setia saya -- bahkan hingga masa menyusui sekarang ini.

Pas lapar tengah malam, tinggal raih pisang di meja samping ranjang, lhep, selesai urusan. Lapar saat jam kerja, menyantap satu pisang juga gak terlalu memalukan. Gak sampai satu menit, dan lapar sudah bisa terjinakkan 😋

Saya lumayan pilih-pilih soal jenis pisang. Gak semuanya saya doyan. Tapi saya sudah menemukan pisang yang cocok sekali di lidah saya, yaitu Pisang Cavendis dari Sunpride. Jadi, pisang pasti sunpride.

  Pisang Cavendish merupakan komoditas buah tropis yang sangat popular di dunia. Beberapa orang mengira pisang cavendish ini merupakan pisang import karna kulitnya yang mulus khas buah-buah import lainnya. Jangan salah ya, pisang cavendish ini dibudidayakan di kebun milik Group Gunung Sewu yang ada di Lampung. Jadi 100% Indonesia 😍 Yang saya suka, kalo mau beli pisang cavendish gak harus selalu satu sisir, karna ada pilihan cluster, finger dan single yang disediakan oleh Sunpride. Cavendish cluster terdiri dari 3-8 finger, Finger terdiri dari 1-2 finger, sedangkan yang single hanya terdiri dari 1 finger.

Enak, terjangkau pula :)
Selain rasanya enak dan manis, beruntungnya pisang cavendish juga menyimpan banyak manfaat dan kandungan yang baik untuk ibu hamil dan menyusui. Kandungan bermanfaat dalam pisang cavendish antara lain terdiri dari Vitamin C, Folat, Zat besi,  protein, Vitamin B6, dan beberapa kandungan baik lainnya. Jadi gak cuma dapat kenyang saja 😀
 
Ohya, selain dimakan langsung, pisang cavendish juga bisa bangett lho dibikin variasi resep. Kan kadang ada bosennya yah kalo dimakan langsung terus. Salah satunya pancake pisang cavendish yang kemarin saya coba bikin di rumah. Rasanya yummyyy. Resep menyusul yah.


Mengingat rasanya yang lezat, kualitasnya yang oke dan kandungannya yang bermanfaat bikin saya mengincar pisang cavendish ini juga sebagai salah satu menu andalan untuk menu MP-ASI Faza nanti 😃

Kalau kalian, apa buah yang paling disuka dan diandalkan sebagai penolong saat kelaparan?

PERUBAHAN

on
Rabu, 23 Agustus 2017

Minggu ini ada mutasi di kantor saya. Ada dua orang yang dimutasi. Salah satunya, dimutasi dari posisi yang sebelumnya lumayan 'bertaring' ke posisi yang... yah, benar-benar staff biasa.

Saya tidak hendak membanding-bandingkan dua posisi tersebut sih. Cuma, mutasi tersebut membuat saya cukup merenung. Betapa dalam hidup kita harus selalu siap atas perubahan. Katanya, satu-satunya yang gak pernah berubah adalah perubahan itu sendiri.

Sejak kemarin saya banyak membayangkan. Gimana kalau saya ada di posisi teman saya yang kena mutasi tersebut? Gimana kalau saya jadi teman satu bagiannya yang sekarang?

Seperti yang sebelumnya saya bilang, teman saya yang kena mutasi ini posisi sebelumnya bisa dibilang zona nyaman banget buat dia. Dari beberapa kali ngobrol, saya juga tau bahwa posisi tersebut sudah sesuai sekali sama passionnya. Selain itu, posisi yang sebelumnya juga terbilang cukup 'bertaring'. Punya wewenang untuk mengkritisi dan didengarkan oleh pimpinan.

Sedangkan posisinya yang sekarang, ya staff macam saya yang cuma ngerjain kerjaan-kerjaan rutinitas.

Terus saya jadi bayangin. Gimana kalau saya jadi dia? Pasti saya bakal sedih banget. Gak semangat kerja. Pengen protes. Serba gak nyaman.

Tapi dia keren. Dia berusaha terlihat baik-baik saja, meskipun terlihat cukup jelas dia belum benar-benar enjoy.

Saya juga bayangin jadi rekan kerjanya yang sekarang.

Rekan-rekan kerjanya kan tadinya sudah terlihat nyaman dan klop sama reka yang sebelumnya (yang kena mutasi juga). Terus tiba-tiba harus punya rekan kerja baru. Yang mana lebih dewasa (secara umur) dan sebelumnya ada di posisi gak terbiasa disuruh-suruh atau dimintai sesuatu oleh teman sejawat.

Kan pasti serba pakewuh lah. Kelihatan kok, mereka mau minta sesuatu atau nyuruh sesuatu jadi serba gak enak gitu. Hehe. Nah, kalau saya ada di posisi tersebut, pasti deh ngeluh. Aduh kenapaaa sih harus ganti orang. Dan lain-lain.

Tapi waktu saya tanya ke yang bersangkutan, beliau jawabnya wise banget. "Ya canggung sih kak ros (panggilan dia ke saya), tapi yawislah, namanya juga hidup... pasti ada perubahan terus."

Nah, saya jadi serasa dicubit. Hidup itu pasti ada perubahan terus. Selama ini rasanya saya masih selalu ngeluh tiap ada perubahan. Padahal ngeluh sendiri gak akan mengubah apapun. Akhirnya saya capek sendiri.

Kalau sudah tau bahwa hidup selalu penuh perubahan, kenapa gak belajar berlapangdada saja menerima setiap perubahan yang sedang datang bergiliran? Kalau milih selalu ngeluh, kapan kita bahagianya, sedangkan perubahan akan terus terjadi silih berganti?! *tanya pada diri sendiri*

Review Amoorea Beauty Bar dan Curhatan Melawan Jerawat

on
Kamis, 03 Agustus 2017
Halooo, saya mau cerita soal jerawat lagi nih. Haha.

Bagi yang setia membaca blog ini (semoga ada T.T) pasti pernah baca tentang curhatan saya yang galau menghadapi jerawat yang bandel sekali. Kegalauan yang sempat bikin saya coba beberapa macem produk kecantikan. Tapi Alhamdulillah, akal sehat saya masih jalan waktu itu. Saya tetap memilih kosmetik-kosmetik yang aman dan terdaftar di BPOM. Apalagi saat itu saya sedang hamil.

Nah, setelah melahirkan, salah satu hal yang membuat saya bahagia sekali adalah: YES, BENTAR LAGI JERAWAT SAYA ENYAH!

Baca: Review Himalaya Purifying Neem Face Wash dan Purifying Neem Scrub

Iya, saya yakin sekali lah. Lha kan katanya saya ini jerawat hormonal gara-gara saya lagi hamil. Berarti kan kalao udah gak hamil (sudah melahirkan) harusnya jerawatnya ilang dong?!

Eh ternyata keyakinan saya hancur berkeping-keping 😢😢😢😢😢

Beberapa hari setelah melahirkan, jerawat saya bukannya ilang eh malah tumbuh bersemi subur sekali, omaigad. Jauh lebih parah dibanding saat masih hamil, hiks. Parah sampe level saya pengen nangis tiap ngaca. Besar-besar dan bernanah 😢

Baca: Cerita Pengalaman Memakai Mud Mask Jafra

Parahnya lagi, tangan saya usil luar biasa. Hobi banget mitesin itu jerawat. Mbak Nita (kakak saya) juga, ikut gemas sekali dia lihat jerawat yang udah mateng banget. Jadi pernah di suatu siang, saat saya lagi nenenin Faza, Mbak Nita berdiri di hadapan saya. Ngapain? Mecahin jerawat yang udah pada mateng pake duri pohon jeruk! 😂😂😂 Dan saya anteng menikmati.

Saya tau tindakan itu fatal banget. Tapi saat itu saya benar-benar hopeless dan gak tau harus gimana ngatasi jerawat saya. Di totol pake acne lotion La Tulipe yang dulu manjur juga sekarang mental doang. Hiks. Apalagi ceritanya lagi baby blues ya. Lengkaplah sudah. Ditusuk-tusuk pake duri kok malah terasa nikmat 😂😂

Akhirnya Takluk Pada Amoorea

Hingga pada suatu siang, saya akhirnya memutuskan untuk mencoba Amoorea Beauty Bar.

Ada yang belum tau apa itu Amoorea Beauty Bar? Nah, mari baca review saya 😁

Amoorea Beauty Bar merupakan sabun batangan yang konon punya segudang manfaat. Bisa untuk mencerahkan wajah, menghilangkan noda bekas jerawat, bikin wajah jadi glowing, sekaligus bikin sehat karna si Amoorea ini akan mendetoks wajah kita dari berbagai macam bahan kimia merugikan dari kosmetik-kosmetik kita sebelumnya. Katanya lagi, Amoorea juga bisa untuk menghilangkan ketombe, menghilangkan ruam pada bayi, dll dst dsb.

Kata siapa?

Kata para membernya! 😄

Soalnya saya gak menemukan berbagai claim tersebut pada kemasan produknya.

Jadi, Amoorea ini merupakan produk kecantikan yang dijual dengan sistem MLM. Jujur saja saya awalnya sama sekali gak tertarik sama Amoorea. Jengah sekaligus under-estimate. Karena apa? Seperti tipikal produk MLM lainnya, para member seringkali promosinya terlalu gencar, ngalah-ngalahin gencarnya kampanye pilkada 😑

Tapi ternyata takdir berkata lain. Saya takluk pada rayuan Mbak Nita yang saat itu pengen mencoba keampuhan Amoorea ini untuk menghilangkan tanda-tanda kemunculan flek hitam di wajahnya. Mbak Nita ngajak saya patungan beli sekotak Amoorea, yang berisi dua bar.

Kenapa harus patungan?

Karna mahal. Satu kotak berisi dua bar @25 gram harganya Rp 380.000. 25 gram itu kecil sekali lho. Persis kayak trasi 😑 Kalo beli ecer satu bar harganya Rp 200.000. Satu bar habis sekitar 1-2 bulan.


Ohya, dipakainya sehari dua kali. Caranya simpel sekali. Cuma dengan cara menggosok sabun ke telapak tangan yang sudah dibasahi hingga muncul banyak busa, lalu tempelkan deh busanya ke muka kita. Ingat, cuma ditempelkan ya, jadi bukan digosok-gosok. Jadi cara kerjanya semacam masker gitu kali ya, cuma ditempel. Nah, didiamkan maksimal tiga menit, lalu bilas deh.


Beda sama Mbak Nita yang sudah yakin banget sama Amoorea, saya waktu itu nyoba masih dengan perasaan gak yakin. Masa sih cuma busa ditempelin aja bisa ngaruh? Gitu terus saya mikirnya. Nah, karna masih setengah ragu, tiap hari saya masih rajin sekali googling tentang cara mengatasi jerawat. Tapi kali ini saya pakai kata kunci "Cara mengatasi jerawat hormonal".

Eh eh eh... ternyata kata artikel, mengatasi jerawat hormonal gak bisa cuma ngandelin obat atau skincare. Melainkan harus mengubah pola hidup, terutama pola makan. Omaigad, pantesan jerawat saya makin merajalela. Lha wong setelah melahirkan saya hampir tiap hari minum coklat panas. Kadang sehari sampe 3x 😪😂 Ngemilnya juga edan-edanan banget. Haha.

Nah, mulai saat itu saya mulai mengubah pola makan saya. Ngemilnya banyakin buah. Minumnya air putih. Kurangin goreng-gorengan. Dll dst dsb. Sambil tetep berusaha istiqomah pakai Amoorea sehari 2x. Mahal cyin, sayang kalo gak istiqomah. Hehe.

Alhamdulillah, menjelang dua bulan pakai Amoorea (pola makan sih udah amburadul lagi 😂), hasilnya mulai signifikan. Sampai saat ini saya masih pakai, cuma udah gak istiqomah sehari 2x lagi. Seingetnya aja. Dan Alhamdulillah gak ada tanda-tanda ketergantungan, seperti kata para membernya.

Foto kiri setelah 2 mingguan pake Amoorea, foto kiri setelah 3,5 bulan pake Amoorea
Yang saya suka dari Amoorea, terbukti bikin muka saya jadi terlihat cerah. Ini kata suami saya dan beberapa orang lainnya sih. Hehe. Saya sekarang pede keluar rumah tanpa oles-oles apapun ke muka. Lipstik aja, titik. Lagi-lagi, ini sesuai sama yang dipromosikan para member.

Ohya, hasil dari pemakaian Amoorea ini konon sesuai kondisi kulit. Semakin sering kulit terpapar bahan-bahan kimia berbahaya, maka efeknya akan semakin lama dan akan mengalami efek detoksifikasi di awal pemakaian. Parahnya proses detoks juga tergantung masing-masing kondisi kulit. Kalau saya efek detoksnya cuma kulit terasa kering sekali. Tapi gak lama.

Nah, pertanyaannya... apakah saya akan terus menggunakan Amoorea?

Bisa iya, bisa enggak 😄

Saya sudah mengakui keampuhan Amoorea sih. Tapi gak tau kenapa saya gatel pengen oles-oles krim malem dan krim siang kayak dulu lagi. Tapi apa iya saya masih sempet, sedangkan sisiran aja sering kelupaan 😂😂

Signature

Signature