Cara dan Manfaat Berpikir Kritis Menurut Gita Savitri Devi

on
Kamis, 24 September 2020

Beberapa hari lalu di tengah jam kerja, saya mendengarkan salah satu video di channel Youtube milik salah seorang influencer berhijab asli Indonesia yang saat ini berdomisili di Jerman, yaitu Gita Savitri Devi. Video yang saa tonton itu berjudul "Gimana Caranya Berpikir Kritis?".


Pada era digital seperti ini, tiap hari kita digempur dengan puluhan informasi. Ada informasi-informasi yang mudah untuk dicerna, tapi banyak juga yang menuntut kita untuk berpikir kritis. Karena sekarang banyak informasi atau isu yang banyak zona abu-abunya, sehingga jika kita nggak berpikir dengan kritis, ada kemungkinan kita akan terombang-ambing dalam kebingungan untuk mempercayai mana informasi yang benar dan mana yang salah.

 

Kenapa Saya Tertarik Menonton Video Tentang Berpikir Kritis Tersebut?

 

Jadi, beberapa hari sebelumnya, saya membaca buku Pak Rhenald Kasali yang berjudul Strawberry Generation. Di dalam buku tersebut, Pak Rhenald sempat membahas tentang isu yang sempat viral sekitar tahun lalu. Yaitu tentang serangan tenaga kerja dari China yang masuk ke Indonesia dan membuat beberapa orang gusar. Isu tersebut dibagikan secara berantai melalui akun media sosial maupun aplikasi pesan Whatsapp, sehingga melaju dengan sangat tak terkendali.

 

Dalam bukunya, Pak Rhenald Kasali mengatakan,

"Penyebar berita kebencian itu mestinya lebih rajin jalan-jalan ke luar negeri. Bukankah dunia sudah borderless, tiket pesawat juga sudah jauh lebih murah. Cara menginao juga sangat mudah dan murah. Kalau saja rajin, dia akan menemukan fakta-fakta ini: Sebanyak 300.000 tengaa kerja Indonesia bekrja di Taiwan. Sebanyak 250.000 lainnya di Hongkong. Lebih dari 100.000 orang ada di Malaysia. Selain itu, perusahaan-perusahaan kita sudah mulai mengepung Nigeria, Myanmar dan Brasil, Bahkan juga Kanada dan Amerika.

Jadi, bagaimana ya? Kok baru dikepung 10.000 orang saja, kita sudah rasial? Ini tentu mengerikan."

(dikutip dari Buku Stawberry Generation, karangan Pak Rhenald Kasali, yang diterbitkan oleh Mizan, halaman 171)


Saat membaca hal tersebut, saya merasa tertampar. Pasalnya, saya salah satu orang yang dengan dulu menelan mentah-mentah berita virak tentang serangan tenaga kerja dari China tersebut. Saya sempat ikut kebakaran jenggot. Setelah membaca buku Pak Rhenald Kasali, saya jadi sadar bahwa selama ini saya belum menggunakan cara berpikir kritis dalam mencerna banyak informasi yang saya dapat.

 

Maka dari itu, saat melihat video milik Gita yang membahas tentang cara dan manfaat berpikir kritis, saya langsung tertarik untuk menyimaknya dengan seksama.


Apa Sih Berpikir Kritis Itu?

 

Dalam video "Gimana Caranya Berpikir Kritis", Gita Savitri Devi mengutip pendapat dari salah seorang Psikolog bernama John Dewey tentang definisi dari berpikir kritis.


Menurut John Dewey,

Critical thinking or reclective thinking is an active, persistent and careful consideration of any belief or supposed form of knowledge in the light of the grounds that support it, and the further conclusions to which it ends.

 

Di Indonesia sendiri, berpikir kritis masih memiliki banyak tantangan. Karena salah satu cara untuk berpikir kritis adalah salah satunya dengan banyak bertanya. Sedangkan di Indonesia, orang yang banyak bertanya sering dianggap ngeyel, keras kepala dan beberapa judge negatif lainnya.

 

Mungkin gara-gara itu, banyak anak muda di Indonesia yang akhirnya tidak memiliki cara berpikir yang kritis. Karena saat baru mulai mencoba berpikir kritis, mereka sudah terlebih dahulu mendapat judge nagatif. 


Padahal, berdasarkan 21 Century Partnership Learning Framework disebutkan, bahwa 1 dari 4 keterampilan belajar yang harus dimiliki oleh seseorang di antaranya adalah critical thinking atau berpikir kritis.

 

cara-dan-manfaat-berpikir-kritis

 

Dalam videonya, Gita Savitri Devi menyebutkan bahwa berpikir kritis merupakan sebuah proses. Proses tersebut terdiri dari:

1. Mengidentifikasi

2. Mengobservasi

3. Menganalisis

4. Mengevaluasi

5. Merefleksi

6. Menyimpulkan

7. Mengambil keputusan

 

Kenapa sih Kita Harus Berpikir Kritis?


Lagi-lagi, dalam video Gita yang saya tonton, penulis buku Rentang Kisah yang telah diangkat menjadi sebuah film layar lebar itu menyebutkan beberapa alasan kenapa kita butuh berpikir kritis. Di antaranya adalah:

 

1. Agar kita memiliki kebebasan dalam berpikir dan punya kepemilikan 100% atas keputusan kita.

2. Kita akan memiliki kepercayaan diri atas setiap opini dan kita sendiri, karena memiliki dasar yang kuat.

3. Membuat kita jadi lebih open minded atau berpikiran terbuka.

4. Memahami nuance, atau perbedaan-perbedaan kecil.

5. Terhindar dari manipulasi, baik manipulasi media, berita palsu, penipuan, dll.

 

Gimana Caranya Agar kita Bisa Berpikir Kritis?


Dalam videonya, Gita Savitri Devi juga tidak lupa memaparkan gimana sih caranya agar kita bisa memiliki cara berpikiri kritis.

 

Berikut pemaparannya:

1. Berpikir terhadap suatu masalah seobjektif mungkin.

2. Sadar atas kemungkinan bias. Sebagai manusia kita tentu memiliki perasaan suka dan tidak suka, atau faktor-faktor internal lain yang akan membuat cara berpikr kita menjadi bias.

3. Mengidentifikasi argumen atau sudut pandang lain yang berhubungan dengan hal tersebut. Semakin banyak kita memperlajari sudut pandang lain atas suatu masalah, maka kita akan bisa semakin berpikir dengan kritis.

4. Jangan lupa mengevaluasi sudut pandang kita sendiri, apakah sudah valid atau belum.

5. Memperhatikan efek dan implikasi dari argumen kita. Dan apa argumen kita atas implikasi yang mungkin akan muncul tersebut.

 

Menurut salah seorang psikolog bernama Jordan Peterson, dalam satu cara mudah berpikir kritis adalah dengan menulis. Karena menulis akan melatih otak kita untuk berpikir lebih sistematis, dan memilah mana info yang penting dan mana yang tidak penting.


Saya jadi berpikir. Sepertinya, salah satu faktor yang membuat sebagian besar rakyat Indonesia ini agak sumbu pendek dan mudah termakan berita palsu adalah karna kemampuan berpikir kritis yang masih belum terasah. Kita terbiasa memakan informasi mentah-mentah, tanpa mencari terlebih dahulu apakah sumbernya valid atau tidak, siapa yang menulis, adakah sudut pandang lain atas informasi tersebut, dan banyak faktor lain yang seharusnya kita telisik lebih dulu secara mendalam sebelum memutuskan sebuah sudut pandang yang kita yakini.


Andai saja kita bisa berpikir kritis, pasti berita hoax akan kehilangan peminat dan lambat laut akan semakin berkurang. Semoga.

 

Yuk latihan berpikir kritis, dimulai dari diri kita sendiri dulu :)


Be First to Post Comment !
Posting Komentar

Terimakasih telah berkunjung, tinggalkan kesanmu ya :)

Signature

Signature