Belajar Tentang Toleransi Beragama yang Benar pada Ayahanda Shandy Aulia

on
Senin, 21 September 2020
Beberapa hari lalu, dunia hiburan sekaligus dunia maya sempat agak heboh dengan kabar pernikahan artis sinetron Audi Marissa yang menikah dengan kekasihnya – Anthony. Pasalnya, Audi Marissa dikabarkan berpindah keyakinan mengikuti keyakinan suaminya, yang ditandai dengan tidak hadirnya ibunda dari Audi Marissa.

Sebagai orang yang kadang masih suka kepo dengan gosip, saya sempat iseng menengok akun IG Audi Marissa, lalu membaca komentar para netizen di beberapa postingannya. Saya sedih sekaligus miris sekali membaca komentar-komentar itu. Yah, sebenarnya yang seperti itu sudah khas komentar ala netizen +62 banget sih.

Yang bikin sedih sekaligus miris adalah, banyak komentar yang sebenarnya mungkin didasari niat baik, tapi karena disampaikan dengan cara, waktu dan tempat yang tidak tepat, jadi sama sekali nggak tersampaikan niat baiknya tersebut. Contohnya, ada beberapa netizen yang menasehati Audi Marissa, tapi ujung-ujungnya ada unsur menjelekkan agama lain. Huaaa, alih-alih nasehatnya sampai, kolom komentar malah berubah jadi ajang debat antar-agama. Kan miris ya :(

Lalu saya jadi ingat sekitar seminggu yang lalu, saya menonton vlog-nya Shandy Aulia. Di vlog yang saya tonton saat itu, Shandy Aulia ngobrol dengan ayahandanya tentang perbedaan keyakinan di antara mereka. Mereka cukup gamblang menceritakan bagaimana awalnya hingga Shandy Aulia bisa berbeda keyakinan dengan ayahanda dan tiga kakak perempuannya yang lain.

Dari vlog tersebut, saya belajar cukup banyak tentang toleransi yang benar dan lurus. Dalam hal ini, benar dan lurus berdasarkan keyakinan saya sebagai muslim. Menurut saya, saat ini masih banyak orang yang masuk ke dalam dua ekstrim. Ekstrim pertama adalah orang-orang yang meneriakkan toleransi dengan amat lantang, tapi salah kaprah. Sedangkan ekstrim kedua adalah orang-orang yang memang benar-benar belum bisa bersikap toleran. Saya menemukan sampel dari masing-masing ekstrim ini di kolom komentar beberapa postingan Audi Marissa tadi.
 
 
Potongan vlog Shandy Aulia
 
 
Sekali lagi, dalam tulisan ini saya membahas toleransi dari sudut pandang saya sebagai muslim. Dalam Islam, sikap toleransi adalah salah satu sikap yang sangat dianjurkan oleh Allah melalui teladan yang diberikan oleh Rasulullah. Salah satunya dalam peristiwa Fathul Makkah, di mana pasukan Rasulullah berhasil menaklukkan Kota Makkah. Saat itu, penduduk Makkah ketakutan, karena dulu mereka menindas Rasulullah dan para pengikutnya. Mereka khawatir Rasulullah akan memperlakukan mereka sebagaimana dulu mereka memperlakukan Rasulullah. Tapi yang mereka takutkan sama sekali tidak terjadi.

Ya, Islam sangat menjunjung tinggi sikap toleransi. Namun jangan lupa, ada aturan main yang jelas tentang ini. Toleransi bagi kaum Muslim hanya dibolehkan dalam perkara muamalah, atau hubungan antar-manusia saja. Tapi tidak dibenarkan bertoleransi jika sudah menyangkut masalah aqidah dan ibadah.

Dalam Vlog Shandy Aulia yang saya tonton sepekan lalu itu, saya belajar tentang toleransi beragama yang benar dari ayahandanya. Ayahanda Shandy Aulia bersikap sangat toleran dengan tetap menyayangi satu-satunya putrinya yang berbeda keyakinan dengannya, tanpa membeda-bedakan dengan anak lain. Tapi di sisi lain beliau tetap memegang teguh hukum yang telah ditetapkan dalam Islam.
 
Ayahanda Shandy Aulia tidak hadir dalam acara pemberkatan pernikahan Shandy dengan suaminya, karena acara tersebut diselenggarakan di gereja dan merupakan salah satu bentuk prosesi agama. Sebagai seorang muslim, ayahanda Shandy Aulia tidak boleh hadir karena pemberkatan tersebut merupakan salah satu bentuk ritual ibadah. Ini sudah masuk ranah aqidah, jadi tidak boleh menggunakan 'toleransi' sebagai tameng. Tapi saat acara resepsi, beliau hadir karena resepsi sudah bukan termasuk prosesi ibadah. Jadi masuknya ke ranah muamalah.

Yang membuat saya cukup surpraised adalah ketika di dalam Vlog tersebut, ayahanda Shandy Aulia 'mendakwahi' putrinya dengan menyampaikan harapan supaya Shandy bersedia belajar tentang Islam.

"Papa nggak nyuruh kamu masuk Islam. Papa cuma minta kamu belajar" begitu salah satu potongan kalimat ayah Shandy Aulia.

Sekali lagi, ayahanda Shandy tetap berusaha menjalankan salah satu perintah agamanya -- yaitu berdakwah -- tapi tetap dengan cara yang baik. Bahkan beliau bilang, sudah lama ingin mengatakan itu, tapi belum pernah menemukan waktu yang tepat sampai akhirnya ada kesempatan karena Shandy memancing obrolan terkait itu terlebih dahulu.

Saya makin kagum ketika ayah Shandy Aulia menegaskan bahwa jika akhirnya Shandy Aulia tetap pada keyakinannya yang sekarang, hal itu tidak akan mengurangi kasih sayang beliau pada putri bungsunya itu. Huhu, sweet yaaa :)

Maka, dari ayahanda Shandy Aulia saya belajar banyak. Tentang bagaimana menempatkan toleransi pada tempat yang seharusnya, tanpa harus menabrak garis yang telah disyariatkan. Toleransi beragama itu bukan berarti kita harus turut merayakan hari besar agama lain. Toleransi beragama yang benar cukup ditunjukkan dengan bersikap baik pada siapapun, baik yang seiman maupun yang berbeda keyakinan. Lalu tidak saling mengganggu apalagi menjelekkan agama lain.
 
Satu lagi yang banyak dilupakan orang hari ini. Ketika berbicara tentang toleransi beragama, seringkali yang terpikir di benak kita hanya tentang toleransi antara kita, dan orang lain yang berbeda keyakinan dengan kita. Padahal dengan yang satu keyakinan pun tetap harus menerapkan sikap toleransi.
 
Hari ini, ada beberapa orang yang bisa sangat toleran dengan orang yang berbeda keyakinan, tapi justru sama sekali tidak bisa toleran terhadap orang yang satu keyakinan. Contohnya, ada beberapa orang Islam yang memandang perempuan bercadar dengan sebelah mata atau bahkan penuh prasangka, lalu memperlakukannya dengan berbeda. Atau dengan yang berbeda ormas atau ustadz rujukan, jadi saling mengolok-olok di media sosial. Sikap seperti itu sama sekali nggak bisa dibilang toleran.
 
Nah, semoga kita bisa belajar lebih jauh tentang toleransi beragama yang benar, demi Indonesia yang damai dan terjaga persatuannya. Aamiin.
2 komentar on "Belajar Tentang Toleransi Beragama yang Benar pada Ayahanda Shandy Aulia"
  1. Aaaak sweet banget ayahnya. Mau nonton juga ah vlognya. Senang deh kalau keluarga tetap bisa akur meski banyak perbedaannya.

    BalasHapus
  2. Aku pernah ada diposisi itu, bahkan sampai sekarang masih ada beberapa yang kurang nyaman liat caraku berpakaian. Serba tertutup, apalagi harus sampai pakai kaos kaki untuk segala kegiatan

    Tapi Alhamdulillah, sebagian teman-teman malah ikutan bergamis. Tanpa pernah aku suruh apalagi dengan paksaan

    BalasHapus

Terimakasih telah berkunjung, tinggalkan kesanmu ya :)

Signature

Signature