#SelfReminder: Ibarat Air Dan Garam

on
Kamis, 26 November 2015
dr Tumblr

Masalah itu diibaratkan garam.
Hati kita ibarat air. Hati yang sempit ibarat air dalam gelas, sedangkan hati yang luas ibarat air di luasnya telaga.

Saat segenggam garam dimasukkan pada segelas air, tentu rasanya akan berubah menjadi asin tak terperi.
Tapi jika garam dengan jumlah yang sama dimasukkan ke dalam air di luasnya telaga, akankah mampu mempengaruhi rasanya? Sama sekali tidak.

Begitu juga tentang hati kita.
Saat segenggam masalah menimpa orang yang hatinya sempit, bisa jadi hal itu sudah sangat mampu membuatnya amat terpengaruh. Hidupnya berantakan. Reaksinya berlebihan.
Tapi saat masalah yang sama menimpa orang berhati luas, tak akan pernah masalah tersebut mempengaruhinya kecuali membuatnya semakin banyak mengingat Tuhannya.

Masalah kita dan orang-orang di sekitar kita mungkin sama.
Sikap kita atas masalah tersebutlah yang membuatnya jadi berbeda.


**Nasehat ini kalo gak salah saya baca dari FP-nya Teh Ninih (dengan perubahan kalimat)
Dan jadi sadar bahwa hati saya masih terlampau sempit dalam menghadapi banyak hal :((

Artis Cilik Dalam Kenangan

on
Rabu, 25 November 2015
Kemarin Paman datang... Pamanku dari desa...
Dibawakannya rambutan, pisang dan sayur-mayur segala rupa... Bercerita Paman tentang ternaknya, berkembang-biak semua...

Adakah yang gak kenal sama lagu tersebut? Bagi yang kenal, selamat! Itu artinya masa kecil anda terselamatkan. *niru kata2 di meme* :D

Akhir-akhir ini -- setiap saya pulang kampung, saya selalu didaulat keponakan saya untuk menyanyikan lagu itu -- berulang-ulang sampai saya bosan sendiri :D

Iya, dia sedang gandrung sekali sama lagu itu sejak saya iseng mengenalkannya sebulanan lalu. Mungkin dia excited ya dengar lagu bagu yang liriknya sepenuhnya bisa dia pahami dan 'khas' dunianya dia. Hari ini lagu anak-anak sudah hampir tinggal sejarah kan, ya?

Saya tiba-tiba jadi bersyukur karna saya hidup pada jaman di mana artis cilik masih cukup banyak. Saya bersyukur karna telinga kanak-kanak saya masih cukup mudah mendapatkan suguhan lagu-lagu ceria yang sesuai umur saya saat itu. Saya miris saat mendengar anaknsalah satu tetangga saya dengan amat fasih dan menghayati menyanyikan lagu 'mana mungkin selimut tetangga, hangati tubuhku...' Omaigaaddd :|

Saya jadi tiba-tiba ingin mengenang beberapa artis cilik yang cukup saya gemari saat saya masih kanak-kanak. Mereka merupakan salah satu hal yang membuat masa kanak-kanak saya menjadi berwarna dan menyenangkan. Tapi iya lho, sosok yang dikagumi seorang anak itu sedikit-banyak pasti memberi pengaruh pada anak tersebut. Siapa saja artis cilik yang saya idolakan dan apa pengaruh yang mereka bawa buat saya? Cekidot :p

1. Maissy

From google
Ci luk ba!!! Udah sih... Saya ingetnya cuma itu aja, udah gak inget lagunya seperti apa. Ahahaha. Faktor U :p

Saya dulu ngefans banget sama artis cilik yang sekarang udah jadi Mbal Dokter cantik (dan SUDAH MENIKAH) *capslock jebol!* ini. Sampai-sampai, saya sering merengek sama ibu saya agar diijinkan gak berangkat sekolah madrasah demi menonton acaranya maissy. Apa ya judul acaranya? Saya lupa. Ada yang ingat?

Itu pengaruh negatifnya, ya. Pengaruh postifinya juga ada banget. Dulu, entah dari mana saya tahu bahwa Maissy ini anak pintar dan selalu ranking 1 di sekolah. Nah, saya terobsesi untuk bisa jadi seperti dia! Taraaaa.... Beneran loh di penerimaan raport pertama semenjak tekad itu tertanam saya ranking 1 terus sampai lulus SD. Sayangnya siihhh, prestasi itu perlahan memudar seiring memudarnya rasa suka saya pada sosok Maissy. Haha. Kalo saya tetap ngefans sama Maissy mungkin saya juga bakal ambil kuliah kedokteran :D *Mau bayar pake daun, mbak? :p*

2. Sherina

From Google
Naahh, ini nih artis cilik yang bikin saya agal berpaling dari maissy. Ngefansnya pun bertahan lumayan lama -- kira-kira sampai SMP. Dulu bermimpi banget bisa ikut macem-macem les kayak si Sherina kecil dulu. Balet, bahasa ingris, piano, dll. Tapi apa daya tangan tak sampai :D

Ada satu hal yang paling berkesan dari sejarah saya ngefans sama Sherina. Sampai hari ini, kado paling manis yang pernah saya terima adalah: kaset Sherina yang album Andai Aku Besar Nanti, yang diberikan oleh kakak laki-laki saya. Selain seneeeeng banget akhirnya bisa beli kaset itu, saya juga terharu karna kakak laki-laki saya membelikan dengan cara mengumpulkan sisa uang jajannya yang saya tahu udah pas-pasaaaannn bangetttt :')

Ohya, satu lagi yang terkenang banget. Gara-gara Film Petualangan Sherina yang entah berapa-puluh kali saya tonton waktu itu :D saya terobsesi banget pengen sok-sokan 'berpetualang' di hutan kayak si Sherina. Pengen juga main-main di tengah-tengah kebun teh/sayur gitu. Tahu gak gimana saya mewujudkan obsesi tersebut? Saya bersama genk masa kecil saya 'kabur' ke sawah dekat rumah, sambil bawa tas dan jajan coklat kayak si Sherina. Ahahahaha.

3. Tasya

From Google
Kalau sama Tasya saya gak terlalu gimana-gimana sih. Sekedar suka aja. Yang paling terkenang ya pipinya yang gembul gemesin bangettt.

Tapi saya jadi gak takut tidur dalam gelap gara-gara lagunya si Tasya yang duet sama Duta itu.

'Jangan takut akan gelap... Karna gelap melindungi kita dari kelelahan...' -- ada yang tahu lagu itu?

Yuhuu... Itulah 3 artis cilik yang dulu mewarnai hari-hari saya. Kalau kamu, punya idola artis cilik gak dulu? :)

3 Alasan Orang Enggan Datang ke Kajian

on
Minggu, 22 November 2015
Apa yang terlintas di otak kalian saat mendengar kata kajian? Berapa perbandingan antara tertarik untuk datang versus malasnya? Lebih sering mana hayoo?

Saya pernah beberapa kali mengajak teman untuk datang ke kajian keagamaan. Sayangnya, saya beberapa kali nggak berhasil meyakinkan mereka untuk turut berangkat bersama saya. Seperti ada keengganan di wajah mereka saat saya mencoba mengajak. "Kenapa, ya? Apa cara saya mengajak yang masih belum oke?" pikir saya. Setelah mencoba merenung dan menelaah beberapa penolakan dari beberapa teman, akhirnya saya menarik 3 alasan yang (mungkin) menjadi alasan orang enggan datang ke kajian.

1. Belum tahu keutamaan menuntut ilmu

Salah satu jawaban yang saya dapat saat mengajak teman datang ke kajian adalah: 'Duh, aku kan nggak pinter soal agama. Malu ah!'

Lho, padahal datang ke kajian itu dalam rangka menuntut ilmu kan, ya? Justru karna kita belum pinter soal agama makanya kita seharusnya sering datang ke kajian biar makin pinter. Sering dengar kan kalimat-kalimat mutiara yang mengatakan tuntutlah ilmu meski ke Negeri China? Atau tuntutlah ilmu dari buaian hingga liang lahat? Nah, kalimat mutiara itu seharusnya nggak cuma kita hafalin waktu jaman kuliah, buat jaga-jaga siapa tahu keluar di soal ujian.

Kalimat mutiara itu juga senada loh sama sebuah hadist yang mengatakan bahwa barangsiapa menempuh sebuah jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.

2. Malu (?)

Masih senada sama alasan yang pertama tadi, biasanya ada tambahan kata malu di belakangnya. 'Malu, kan pakaianku masih gini', 'malu aku nggak bisa ngaji', 'malu nanti bla bla bla'

Iya sih, harus diakui memang ada beberapa forum kajian yang jamaahnya berpakaian 'sejenis', dan akhirnya membuat beberapa orang merasa 'nggak pantas' untuk turut serta bergabung bersama mereka. Tapi percaya deh, ada (semoga banyak) kok forum kajian yang pesertanya memakai berbagai macam style (tapi tetep memakai jilbab), dan sama sekali nggak akan dianggap 'aneh'. Saya bersyukur bertemu forum kajian semacam ini. Yang nggak terkesan 'kotak-kotak', dan merangkul berbagai kalangan: dari yang masih sangat awam, sampai yang sudah expert.

Soal malu nggak bisa ngaji (maksudnya baca qur'an)... Hehe, di forum kajian jarang kok kita disuruh ngaji satu-satu gitu. Jangan parno duluan :) Kalo memang belum bisa ngaji, di forum kajian Insya Allah kamu bakal ketemu orang-orang yang bisa kamu mintai tolong nemenin kamu belajar ngaji :)

3. Takut (??)

Alasan cukup bikin sedih ya sebenarnya. Sejak munculnya berbagai rumor tentang terorisme, aliran radikal, dll.. Banyak orang yang jadi salah kaprah menempatkan rada was-was. Gencarnya pemberitaan media yang harus diakui sering nggak seimbang, membuat kaum muslim yang 'lurus' jadi ikut terpojok.

'Takut ah, jangan-jangan itu aliran keras'

Okey, waspada boleh. Tapi jangan kebablasan ya, dear. Jangan sampai bikin kita jadi 'tega' nuduh macam-macam saudara (sesama muslim) kita sendiri. Sekali lagi, waspada boleh. Tapi jangan sampai bikin kita jadi kehilangan kesempatan dan kemauan belajar. Belajar itu bukan hanya ilmu duniawi aja loh.. Belajar ilmu agama juga gak boleh lupa :)

Kalau memang takut 'salah gabung', bergabunglah sama kelompok kajian yang mana sudah ada teman/saudara/siapapun yang kamu percaya yang juga sudah ikut kajian tersebut.


So, jangan ragu datang ke kajian, yaa.. Yakin, Insya Allah gak bakal nyesel.

Nah, itu tadi 3 alasan hasil 'penerawangan' saya. Menurutmu, apalagi alasan orang atau mungkin kamu sendiri enggan datang ke kajian?

#YukNgaji :)

Terapi Hati: Belajar Merajut

on
Selasa, 17 November 2015
karya pertama dan kedua

Saya sedang minat lagi sama crafting. Kali ini saya sedang semangat belajar merajut, setelah beberapa tahun lalu semangat sekali sama flanel, kali ini saya mencoba rajut dan kristik. Dan seperti sebelum-sebelumnya, kalo lagi semangat gini saya suka sampai lupa makan dan minum -- dan efeknya udah mulai kerasa: perut perih dan punggung sakit :(

Seperti sebelumnya juga, saya nggak tahu ini bakal bertahan berapa lama. Saya lumayan lemah soal konsistensi :D

Tapi saya masih selalu percaya, bahwa punya ketrampilan itu ngak pernah ada ruginya. Apalagi perempuan :)

Yang jelas, bagi saya crafting itu terapi hati.

Giveaway Pertama :)

on
Rabu, 11 November 2015
Huaa... Akhirnya saya ngadain giveaway :D

Sebenarnya ini cuma sekedar latihan sih buat saya. Pertama, karna ini giveaway pertama saya. Kedua, hadiahnya amat sangat sederhana sekali :) Dan ketiga, saya belom siap untuk bikin 'soal' yang susah-susah, karna itu berarti juga butuh tenaga dan waktu 'lebih' untuk menentukan pemenang.

Okay, langsung saja, yaa.. Aturan main giveaway pertama saya sangat sederhana, Insya Allah.
1. Follow blog saya ini, ya.. Tapi ga wajib kok, yang berkenan saja :)
2. Tulis di kolom komentar: sebutkan ayat Al-Qur'an atau hadist yang paling berkesan buat kamu, berserta alasannya. Kenapa soalnya kayak gini? Biar sembari menilai, saya juga sekaligus belajar, Insya Allah :)
3. Pesertanya punya alamat di Indonesia, ya. Hehe.
4. DL-nya 30 November 2015, yaaa...

Udah gitu aja sih :)

Apa hadiahnya? Ini dia:

Tuu kaann, hadiahnya sederhana sekali: khimar berbahan satin :) dan maaf yaa, habis disimpen di lemari, ga sempet nyetrika :D

Semoga berkenan meramaikan 'hajatan' sederhana pertama saya, yaaa... Dan semoga lewat 'hajatan' ini, saya mendapat banyak teman baru, aamiin :)

Menjaga Kondisi Badan dengan Rutin Mengonsumsi Buah

on
Sabtu, 07 November 2015
Alhamdulillah, hujan sekali-dua kali sudah mulai hadir, ya. Meskipun teriknya siang masih cetar. Nah, cuaca seperti ini seringkali bikin badan jadi gak enak. Saat ini panas banget, beberapa jam berselang angin berhembus dingin. Kalau gak pinter-pinter jaga kondisi, badan pasti akan drop. Mriang ga karuan.

Dulu, saya termasuk orang yang kurang tahan sama perubahan cuaca. Apalagi jika orang-orang di sekitar saya juga daya tahannya kurang bagus. Klop lah. Tepar sama-sama. Hehe

Tapi alhamdulillah tahun ini saya merasakan perbedaan yang cukup signifikan pada daya tahan saya. Beberapa waktu lalu, banyak sekali orang di sekitar saya yang terkesan batuk dan pilek. Dan alhamdulillah daya tahan tubuh saya masih bisa melawannya.

Lalu apa kira-kira yang membuat daya tahan tubuh saya jadi jauh lebih baik? Kalau menurut saya, mungkin karna beberapa bulan ini saya rutin mengonsumsi buah. Dulu, makan buah bagi saya hanya hiburan, jauh dari kata sadar bahwa ia merupakan kebutuhan. Sekali-sekali saja. Terlebih lagi saya mendapat tambahan ilmu belum lama ini, bahwa waktu terbaik mengonsumsi buah adalah saat perut dalam keadaan kosong, agar kita bisa mendapatkan manfaat maksimal atas buah yang kita makan.



Saya jadi semakin sadar bahwa pengetahuan dan kesadaran tentang makanan sehat, signifikan sekali dampaknya pada perbaikan kondisi kesehatan. Dulu salah satu alasan saya enggan rutin membeli buah adalah karna merasa buah itu mahal. Tapi mainset itu ternyata salah. Salah besar. Mahal tidaknya tetap bisa kita sesuaikan dengan kantong. Kalau kita membeli buah lokal, apalagi yang sedang musim, tentu saja tidak akan mahal. Apalagi jika dibandingkan dengan kesehatan yang merupakan harta paling tak ternilai. Iya, kan?

So, yuk jangan ragu untuk rutin makan buah :)

Bagaimana Rasanya Bekam?

on
Rabu, 04 November 2015
Beberapa waktu lalu badan saya terasa amat tidak fit. Kepala pusing luar biasa -- seolah sekrupnya dipasang terlalu kencang =D *kepala kok ada sekrupnya, ya*. Saya memang tergolong lumayan gampang gak enak badan gitu sih selama ini, terutama kalo kecapekan =(

Tapi setahunan terakhir ini saya berusaha untuk sebisa mungkin menghindari obat-obatan. Contohnya kalo lagi flu. Dulu saya pasti langsung cepat-cepat minum obat titiktitikflu deh begitu hidung meler. Kalau sekarang? No! Saya akan lebih memilih minum vitamin C, perbanyak minum, makan buah dan istirahat. Yah, walaupun enggak simsalabim langsung sembuh, alhamdulillah flu-nya gak bertahan lama menyerang saya. Nahh, susahnya kalau masuk angin dan kecapekan. Terutama kalau sekrup di kepala kencengnya udah keterlaluan. Selama ini saya memilih dua cara: pijit dan kerokan. Tau kerokan, kan?

Sayangnya, di masuk angin saya yang kemarin itu, dua cara di atas sama sekali ga mempan. Kepala saya makin berat. Waktu di kantor saya hampir ga bisa mikir saking gak karuannya badan saya. Naahh, saat melihat saya loyo gitu, seorang teman menyarankan saya untuk bekam.

Seumur hidup saya belum pernah bekam. Sama sekali nggak punya bayangan kayak apa rasanya. Malah ada sedikit bayangan ngeri karna teringat tayangan di TV tentang bekam. Darah dikeluarin gitu, apa gak sakit ya? Apa gak perih ya? Dll. Tapi, entah karna saking gak tahannya saya sama rasa sakit yang saya rasakan saat itu, atau entah karna 'sekedar' pengen nyoba, saya seketika mengiyakan saran dari teman saya itu. Pasti udah banyak yang tau ya, bekam adalah pengobatan alternatif yang dianjurkan oleh Rasulullah. Jadi saya yakin sekali sama manfaat positif pengobatan itu. Bismillah.

Saya pun kemudian membuat janji dengan seorang ibu ahli bekam bernama Bu Tanti yang juga biasa membekam teman saya yang ngasih saran itu. FYI, Bu Tanti ini sudah terdaftar sebagai anggota ABI alias Asosiasi Bekam Indonesia, jadi Insya Allah terpercaya. Selain itu, beliau tidak keberatan untuk datang ke rumah pasien yang membutuhkan jasanya. Maka, di petang hari berikutnya Bu Tanti datang ke kost saya.

Sebelum bekam, saya sudah diberitahu sebelumnya untuk makan dan mandi terlebih dahulu. Buat jaga-jaga aja sih biar gak lemes atau kelaperan selama proses bekam. Setelah bekam juga tidak dianjurkan untuk mandi, makanya sebelum bekam disuruh mandi dulu. Dan mandinya gak boleh berselang bentar dari dimulainya proses bekam. Karna menurut Bu Tanti, bekam nggak akan efektif jika dilakukan pada tubuh yang sedang dalam kondisi dingin.

Bagaimana rasanya bekam? Sakitkah? Sama sekali enggak! Jangan dibandingin sama sakit saat disuntik. Jelas lebih sakit disuntik meskipun sama-sama pakai jarum. Yakiiiin, ga bohong.

Lalu bagaimana rasanya setelah dibekam?? Badan rasanya enteeeeeeng banget. Sekrup di kepala yang tadinya terasa terlalu kencang langsung pada ilang semua! Ahihihi, lebay ya? Tapi beneran loh. Alhamdulillah pusing yang sebelumnya saya rasakan hilang seketika. Malamnya pun tidur saya pulas dan nyenyak sekali. Paginya? Fresh!!!

Aahh, daripada cuma dengerin cerita dan deskripsi saya yang ga jelas, mending coba sendiri deh ya =D

Yuk mari, sehat dengan terapi ala Rasulullah :)

Tentang Dunia Kerja

on
Minggu, 01 November 2015
'Duh, bos gue tuh nyebelin banget. Sama karyawan gak care, gak pernah peduli sama kesejahteraan bla bla bla'

'Ih, tempat kerjaku tuh gak oke banget. Masa' iya bla bla bla...'

Pernah gak dengar keluhan-keluhan semacam itu dari teman kita? Keluhan yang ladang bernada menjelek-jelekkan tempat kerja kita. Atau jangan-jangan kita sendiri pelakunya? Hehehe. *tutupmuka*

Saya pernah dengar (atau baca, ya? Lupa) sebuah nasehat. Bahwa menjelek-jelekkan tempat yang menjadi perantara kita menjemput rizki itu ibarat kita meludahi sumur yang airnya kita pakai untuk minum sehari-hari. Jijik banget gak sih?? Hiii....

Sayangnya, sepertinya hal seperti itu sudah sangat 'umum' di masyarakat kita. Anehnya lagi, tiap hari mengeluhkan macam-macam tentang tempat kerjanya, tapi kok ya tetap tahan bertahun-tahun dan gak resign. Ehehehe. Mengeluh wajar sih ya. Manusia memang sifat dasarnya suka berkeluh-kesah, kan? Tapi kita selalu bisa berusaha meminimalisir sifat-sifat 'bawaan' yang kurang baik itu tersebut, Insya Allah.

Saya belum lama ada di dunia persilatan (baca: dunia kerja) ini. Tapi saya sudah belajar beberapa hal. Tentang rizki, tentang bermuamalah dengan teman kerja, dan tentang bijak menerima penilaian orang lain.

Pernah gak melihat teman kita dengan pandangan iri. Merasa pekerjaan dia lebih ringan, lebih santai... Sementara kita seolah harus jungkir balik menyelesaikan pekerjaan yang tak ada habisnya. Dulu saya juga gitu. Merasa pekerjaan saya adalah yang paling berat bla bla bla.

Tapi kemudian saya belajar. Segala sesuatu di dunia ini relatif. Rumput tetangga seringkali terlihat lebih hijau. Sawang-sinawang kalo kata orang jawa. Coba tukar posisi dengan orang yang kamu anggap lebih enak kerjanya itu. Dijamin kamu akan merasa posisimu sebelumnya tetap lebih enak setelahnya -- selama kamu gak berusaha merubah sudut pandang hatimu dalam melihat sesuatu. Kuncinya ada pada syukur memang. Saya sudah belajar tentang ini, sudah menemukan pointnya... Tapi memang tidak mudah kok aplikasinya :) Maka dari itu saya menulis. Bukan karna saya sudah pandai mempraktekkan. Saya menulis untuk menasehati diri saya sendiri.

Belajar bijak di tengah 'keras'nya dunia kerja tak ubahnya belajar tentang kehidupan itu sendiri. Pahit-manis, susah-senang, liku-terjal. Apapun itu, pointnya selalu ada di hati. Kuncinya ada pada seberapa lapang dada kita memandang semuanya.

Kata Bang Tere Liye dalam novel Pulang, 'Hidup ini tidak pernah tentang mengalahkan orang lain. Hidup ini adalah tentang mengalahkan diri sendiri'. Setuju sekali :)

Signature

Signature